Ini Karamah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani yang Tak Masuk di Akal

Selasa, 03 November 2020 - 05:00 WIB
Secara metaforis disebutkan, Al-Sya’rani mengatakan bahwa ia tidak pernah dihinggapi lalat sebagaimana Rasullah SAW, karena kemuliannya.

Karamah al-Jilani

Syaikh Yusuf ibn ‘Ismail al-Nabhani dalam bukunya berjudul Jamiu Karamat al-Auliya’ menyebutkan, pernah suatu ketika al-Jilani sedang duduk dan hendak berwudhu, tiba-tiba ada burung mengotorinya, maka seketika itu juga burung itu mati. Melihat keadaan itu maka al-Jilani cepat-cepat membersihkan pakaiannya dan kemudian pakaian itu disedekahkan kepada fakir miskin sebagai tebusan burung yang mati.

Seraya ia berkata, "seandainya aku berdosa karena burung ini, maka pakainku inilah sebagai tebusannya. Ia juga menghidupkan burung dan ayam yang sudah mati." ( )

Sedangkan Abu Ahmad Abdul Hamid dalam bukunya berjudul Jawahir al-Asani ‘Ala Lujjain al-Dani mengutip Umar Usma al-Shairofi dan Abu Muhammad Abdul Haq al-Harami, mengatakan bahwa ia juga mempunyai kekuatan yang luar biasa. Bisa menaklukkan musuh dari jauh. Dengan kekuatan batinnya ia menangkap seorang dari kejauhan.

Al-Nabbani masih dalam kitabnya yang berjudul Jamiu Karamat al-Auliya’ mencontohkan tentang apa yang dikisahkan Saraj tentang Abu al-Mudhaffar al-Hasan. Al-Hasan adalah seorang pedagang besar Baghdad. Pada suatu ketika ia menghadap kepada Syaikh Hammad al-Dabbasi, seorang tokoh besar dan guru tarekat al-Jilani dengan maksud minta restu agar dalam berniaga mendapat keselamatan dan keuntungan. Tetapi Syaikh Hammad tidak memperkenankan, karena akan ada bahaya maut dan perampok yang hendak menghabiskan barang dagangannya.

Sepulang dari Syaikh Hammad pedagang tersebut bertemu al-Jilani di tengah perjalanan. Maka diceritakanlah semua yang difatwakan oleh Syaikh Hammad. ( )


Mendengar semua cerita itu, maka berkatalah al-Jilani, berlayarlah tahun ini (521 H) pasti engkau selamat dan pulang dengan membawa keuntungan yang besar. Akulah yang bertanggung jawab atas segala risikonya.

Beberapa saat kemudian Abu al-Mudhaffar pun berangkat menuju negeri Syam (Syria). Ternyata sampai di sana dagangannya laris berlaku seribu dinar, kemudian ia menuju Halb, dan di kala ia beristirahat (qadhi al-Hajat), uang dagangannya tertinggal sampai semalaman.

Dalam tidurnya ia bermimpi bahwa ia dan kafilah lainnya dirampok oleh kawanan penjahat dan dibunuhnya. Setelah bangun maka di lehernya terdapat bekas darah dan masih terasa sakitnya gorokan pisau.

Barulah kemudian ingat uangnya yang tertinggal di tempat ia berhajat. Maka segeralah ia mencarinya dan ternyata masih utuh. Dan riang gembira ia kembali menuju ke Baghdad.

Sesampainya di sana ia berkata dalam hatinya, apakah ia harus menemui Syaikh al-Dabbas dulu, karena yang paling tua, atau al-Jilani yang cocok fatwanya. Tetapi tiba-tiba ia bertemu dengan al-Dabbas di pasar sultan. Kemudian al-Dabbas berkata, temuilah dulu al-Jilani karena ia kekasih Tuhan, yang mendoakanmu sampai tujuh belas kali sehingga bahaya maut yang semestinya menimpa dirimu benar-benar hanya engkau temui dalam mimpi saja.

Begitu pula hartamu yang hilang sementara karena kelupaanmu. Lalu Abu al-Mudhaffar menemui al-Jailani. Sebelum ia (al-Mudhaffar) mengutarakan segala sesuatunya, tiba-tiba al-Jailani sudah mendahului pembicaraannya.

Ia berkata “al-Dabbas mengatakan kepadamu bahwa aku mendoakanmu tujuh belas kali. Demi tuhan sungguh aku mendoakanmu sampai tujuh puluh kali hingga kau selamat dari bahaya” ( )


Demikianlah beberapa di antara karamah al-Jilani. Cerita ini memang sulit untuk ditelaah secara rasional. Toh, banyak yang meyakini kebenarannya. Karamah memang masalah yang sublim dan luar biasa.

Mukjizat dan Karamah

Al-Qur'an memperkenalkan tiga bentuk perbuatan luar biasa, yaitu mukjizat, karamah, waqi'iyyah dan sihir. Mukjizat secara sederhana biasa diartikan sebagai perbuatan luar biasa yang muncul dari diri seorang Nabi atau Rasul. Selain Nabi dan Rasul tidak ada orang yang mampu mengakses keajaiban ini.

Karamah biasa diartikan perbuatan luar biasa muncul dari diri seorang wali atau kekasih Tuhan. Waqi'iyyah hampir sama dengan karamah, hanya lebih banyak tampil dalam bentuk pengetahuan kejadian masa akan datang yang belum terjadi. Sedangkan sihir adalah juga perbuatan luar biasa yang muncul dari diri seorang yang belajar dan terus berusaha memahirkan diri di dalam mengamalkan keterampilan supernatural itu.

Mukjizat, karamah, dan waqi'iyyah hanya bisa diakses oleh orang-orang yang secara konsisten membersihkan diri lahir dan batin, melakukan pengabdian tulus di dalam pembinaan masyarakat. Ciri-ciri orang yang mendapatkan mukjizat dan karamah tidak pernah memperkenalkan diri dengan mendemonstrasikan kelebihan yang dianugrahkan Tuhan kepadanya.

Apalagi, mereka tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mengomersialkan kelebihan yang Tuhan berikan kepadanya. Bahkan, banyak orang yang sesungguhnya mendapatkan karunia berupa karamah tetapi tidak pernah mau memperkenalkan diri ke dalam masyarakat. ( )
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Ajarkanlah aku suatu do'a yang bisa aku panjatkan saat shalat!. Maka Beliau pun berkata: Bacalah! ALLAHUMMA INNII ZHALAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN 'INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHAFUURUR RAHIIM (Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)

(HR. Bukhari No. 790)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More