Anak Mulai Berbohong? Awas Sinyal Bahaya!
Senin, 09 November 2020 - 11:30 WIB
Pada anak-anak yang sudah lebih besar atau remaja, umumnya mereka berbohong untuk meningkatkan rasa percaya diri dan status sosialnya. Misalnya, mereka berbohong soal kekayaan keluarga, atau bersahabat dengan orang terkenal, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah mereka ingin diterima oleh suatu komunitas sosial tertentu di kalangan teman-temannya. Mereka juga ingin dianggap “hebat” atau “keren” dan segala hal yang berbau pamor di kalangan para remaja. Terkadang, hal yang demikian juga disebabkan karena anak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari teman-temannya, seperti dipermalukan atau diremehkan.
(Baca juga : Merapi Siaga, Ketersediaan Logistik dan Kesehatan Pengungsi Harus Terjamin )
Mendidik Anak Agar Tidak Bohong
Setiap orang tua tentunya merasa sedih dan kecewa bila melihat dan mendengar anaknya berbohong. Dan tidak jarang kita langsung merasa panik dan buru-buru men-judge anak “kamu bohong” atau “kamu pembohong”.
Yang harus kita lakukan adalah memahami perilaku tersebut sebagai tahapan perkembangan anak dan mencari solusinya agar tidak menjadi kebiasan di kemudian hari. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut solusi agar anak tidak berbohong lagi, di antaranya:
● Keteladanan dari orang tua
Menanamkan sikap jujur dan tidak suka berbohong adalah tugas orang tua dan pendidik. Namun, tentu saja tidak bisa hanya seaedar teori, melainkan dengan keteladanan. Berusahalah untuk bersikap jujur dalam perkataan dan perbuatan. Karena anak-anak melihat dan mencontoh apa yang mereka lihat dan mereka dengar.
(Baca juga : Dokter Keluarkan Ikan Hidup dari Tenggorokan Pria Ini )
● Menanamkan kejujuran sejak dini
Sesungguhnya kejujuran itu sederhana, tapi sulit untuk dilakukan. Semakin dewasa usia seseorang, akan semakin sulit dan makin banyak godaannya untuk berbuat jujur. Padahal, kejujuran adalah salah satu kecerdasan moral. Dan untuk melatih kecerdasan moral seperti ini jauh lebih sulit dari pada melatih kecerdasan intelegensi.
Para psikolog dan pakar pendidikan anak banyak menilai bahwa orang tua masa kini jauh lebih bisa mencerdaskan intelegensi anak dari pada mencerdaskan moral anak. Bukan berarti terjadi kemerosotan moral di sini, melainkan orang tua merasa tidak percaya diri dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Sehingga kemudian, orang tua pun menyerahkan tugas tersebut pada sekolah atau guru anak-anak mereka. Padahal, sejatinya pendidikan moral adalah hal yang juga harus diberikan oleh orang tua, bersama dengan pendidikan agama.
● Hindari memberi hukuman yang terlalu berat pada anak
Jika kita ingin memberikan anak hukuman karena kesalahannya, maka hukumlah dengan “adil”. Dalam artian, tidak setiap kesalahan anak harus mendapatkan hukuman yang berat. Lihat dan pertimbangkan seberapa berat kesalahan anak dan hukuman apa yang paling tepat untuknya.
Misalnya, anak menumpahkan air. Ini adalah perkara yang sepele sebenarnya. Bisa jadi anak tidak sengaja melakukannya. Maka berikan ia konsekuensi, untuk mengambil lap dan mengeringkan airnya dengan bantuan Anda.
● Hargai setiap usaha yang dilakukan anak
Sudah kodratnya anak-anak itu butuh pujian dari orang tuanya. Mereka butuh penghargaan dari setiap usaha baik yang mereka lakukan. Selaras dengan “teguran” yang mereka dapatkan ketika mereka melakukan kesalahan.
Tentunya anak-anak akan bertanya-tanya, kalau aku salah aku selalu dimarahi, tapi kalau aku jadi anak baik, ibu dan ayah biasa saja.
(Baca juga : Biden Jadi Presiden, 'Perang' AS-China Diramal Makin Seru )
Seorang anak lama-kelamaan akan merasa frustrasi dan jenuh ketika setiap usaha yang ia lakukan ia hanya mendapatkan kritikan pedas dari orang tuanya. Mereka akan merasa gagal, ditolak, tidak mampu, tidak percaya diri, dan rendah diri. Lebih-lebih jika orang tuanya membanding-bandingkan dirinya dengan saudaranya atau anak orang lain. Rasa frustrasi dan jenuh itulah yang juga bisa mendorong seorang anak untuk berbohong demi pengakuan.
● Hindari dan jauhkan anak dari tontonan atau cerita-cerita bohong
(Baca juga : Merapi Siaga, Ketersediaan Logistik dan Kesehatan Pengungsi Harus Terjamin )
Mendidik Anak Agar Tidak Bohong
Setiap orang tua tentunya merasa sedih dan kecewa bila melihat dan mendengar anaknya berbohong. Dan tidak jarang kita langsung merasa panik dan buru-buru men-judge anak “kamu bohong” atau “kamu pembohong”.
Yang harus kita lakukan adalah memahami perilaku tersebut sebagai tahapan perkembangan anak dan mencari solusinya agar tidak menjadi kebiasan di kemudian hari. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut solusi agar anak tidak berbohong lagi, di antaranya:
● Keteladanan dari orang tua
Menanamkan sikap jujur dan tidak suka berbohong adalah tugas orang tua dan pendidik. Namun, tentu saja tidak bisa hanya seaedar teori, melainkan dengan keteladanan. Berusahalah untuk bersikap jujur dalam perkataan dan perbuatan. Karena anak-anak melihat dan mencontoh apa yang mereka lihat dan mereka dengar.
(Baca juga : Dokter Keluarkan Ikan Hidup dari Tenggorokan Pria Ini )
● Menanamkan kejujuran sejak dini
Sesungguhnya kejujuran itu sederhana, tapi sulit untuk dilakukan. Semakin dewasa usia seseorang, akan semakin sulit dan makin banyak godaannya untuk berbuat jujur. Padahal, kejujuran adalah salah satu kecerdasan moral. Dan untuk melatih kecerdasan moral seperti ini jauh lebih sulit dari pada melatih kecerdasan intelegensi.
Para psikolog dan pakar pendidikan anak banyak menilai bahwa orang tua masa kini jauh lebih bisa mencerdaskan intelegensi anak dari pada mencerdaskan moral anak. Bukan berarti terjadi kemerosotan moral di sini, melainkan orang tua merasa tidak percaya diri dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Sehingga kemudian, orang tua pun menyerahkan tugas tersebut pada sekolah atau guru anak-anak mereka. Padahal, sejatinya pendidikan moral adalah hal yang juga harus diberikan oleh orang tua, bersama dengan pendidikan agama.
● Hindari memberi hukuman yang terlalu berat pada anak
Jika kita ingin memberikan anak hukuman karena kesalahannya, maka hukumlah dengan “adil”. Dalam artian, tidak setiap kesalahan anak harus mendapatkan hukuman yang berat. Lihat dan pertimbangkan seberapa berat kesalahan anak dan hukuman apa yang paling tepat untuknya.
Misalnya, anak menumpahkan air. Ini adalah perkara yang sepele sebenarnya. Bisa jadi anak tidak sengaja melakukannya. Maka berikan ia konsekuensi, untuk mengambil lap dan mengeringkan airnya dengan bantuan Anda.
● Hargai setiap usaha yang dilakukan anak
Sudah kodratnya anak-anak itu butuh pujian dari orang tuanya. Mereka butuh penghargaan dari setiap usaha baik yang mereka lakukan. Selaras dengan “teguran” yang mereka dapatkan ketika mereka melakukan kesalahan.
Tentunya anak-anak akan bertanya-tanya, kalau aku salah aku selalu dimarahi, tapi kalau aku jadi anak baik, ibu dan ayah biasa saja.
(Baca juga : Biden Jadi Presiden, 'Perang' AS-China Diramal Makin Seru )
Seorang anak lama-kelamaan akan merasa frustrasi dan jenuh ketika setiap usaha yang ia lakukan ia hanya mendapatkan kritikan pedas dari orang tuanya. Mereka akan merasa gagal, ditolak, tidak mampu, tidak percaya diri, dan rendah diri. Lebih-lebih jika orang tuanya membanding-bandingkan dirinya dengan saudaranya atau anak orang lain. Rasa frustrasi dan jenuh itulah yang juga bisa mendorong seorang anak untuk berbohong demi pengakuan.
● Hindari dan jauhkan anak dari tontonan atau cerita-cerita bohong