Hati Adalah Raja, Amalan Hati Lebih Penting Ketimbang Amal Badan
Minggu, 10 Mei 2020 - 17:15 WIB
Menurut Syaikh Qardhawy, semua tingkah laku dan perbuatan yang mulia, serta tingkatan amalan rabbaniyah yang menjadi perhatian para ahli suluk dan tasawuf , serta para penganjur pendidikan ruhaniah, merupakan perkara-perkara yang berkaitan dengan hati; seperti menjauhi dunia, memberi perhatian yang lebih kepada akhirat, keikhlasan kepada Allah, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, tawakkal kepada Allah, mengharapkan rahmat-Nya, takut kepada siksaan-Nya, mensyukuri nikmatNya, bersabar atas bencana, ridha terhadap ketentuan-Nya, selalu mengingat-Nya, mengawasi diri sendiri... dan lain-lain.
Perkara-perkara ini, menurutnya, merupakan inti dan ruh agama, sehingga barangsiapa yang tidak memiliki perhatian sama sekali terhadapnya maka dia akan merugi sendiri, dan juga rugi dari segi agamanya.
Siapa yang menyia-nyiakan umurnya, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Anas meriwayatkan dari Nabi saw, "Tiga hal yang bila siapapun berada di dalamnya, maka dia dapat menemukan manisnya rasa iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; hendaknya ia mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah; dan hendaknya ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka." (Muttafaq 'Alaih [al-Lu'lu'wa al-Marjan, 26])
( )
Diriwayatkan dari Anas bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi saw, "Kapankah kiamat terjadi wahai Rasulullah?"
Beliau balik bertanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan?"
Dia menjawab, "Aku tidak mempersiapkan banyak salat dan puasa, serta sedekah , tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya."
Rasulullah saw kemudian bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai." (Muttafaq 'Alaih dari Anas (al-Lu'lu' wa al-Marjan, 1693)
Hadis ini dikuatkan oleh hadis Abu Musa bahwa ada seseorang berkata kepada Nabi saw, "Ada seseorang yang mencintai kaum Muslimin, tetapi dia tidak termasuk mereka."
Nabi saw menjawab, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dia cintai." (Muttafaq 'Alaih dari Anas [al-Lu'lu' wa al- Marjan, 1694])
( )
Hadis-hadis tersebut menunjukkan bahwa cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah, serta cinta kepada hamba-hamba-Nya yang saleh merupakan cara pendekatan yang paling baik kepada Allah SWT; walaupun tidak disertai dengan tambahan salat, puasa dan sedekah. "Hal ini tidak lain adalah karena cinta yang murni merupakan salah satu amalan hati, yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT," tutur Syaikh Qardawy.
Atas dasar itulah beberapa ulama besar berkata, "Aku cinta kepada orang-orang saleh walaupun aku tidak termasuk golongan mereka."
"Aku berharap bahwa aku bisa mendapatkan syafaat (ilmu, dan kebaikan) dari mereka."
"Aku tidak suka terhadap barang-barang maksiat, walaupun aku sama maksiatnya dengan barang-barang itu."
Cinta kepada Allah, benci karena Allah merupakan salah satu bagian dari iman, dan keduanya merupakan amalan hati manusia.
Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barang siapa mencintai karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, menahan pemberian karena Allah, maka dia termasuk orang yang sempurna imannya." (HR Abu Dawud dalam kitab al-Sunnah dari Abu Umamah (4681), dan dalam al-Jami' as-Shaghir riwayat ini dinisbatkan kepada Dhiya' (Shahih al-Jami' as-Shaghir, 5965)
"Ikatan iman yang paling kuat ialah berwala' karena Allah, bermusuhan karena Allah, mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah SWT." (HR al-Thayalisi, Hakim, dan Thabrani dalam al-Kabir, dan al-Awsath dari Ibn Mas'ud, Ahmad, dan Ibn Abi Syaibah dari Barra" dan juga diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibn ,Abbas (Shahih al-Jami' as-Shaghir, 2539). Wallahu'alam. ( )
Perkara-perkara ini, menurutnya, merupakan inti dan ruh agama, sehingga barangsiapa yang tidak memiliki perhatian sama sekali terhadapnya maka dia akan merugi sendiri, dan juga rugi dari segi agamanya.
Siapa yang menyia-nyiakan umurnya, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Anas meriwayatkan dari Nabi saw, "Tiga hal yang bila siapapun berada di dalamnya, maka dia dapat menemukan manisnya rasa iman. Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; hendaknya ia mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah; dan hendaknya ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka." (Muttafaq 'Alaih [al-Lu'lu'wa al-Marjan, 26])
( )
Diriwayatkan dari Anas bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi saw, "Kapankah kiamat terjadi wahai Rasulullah?"
Beliau balik bertanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan?"
Dia menjawab, "Aku tidak mempersiapkan banyak salat dan puasa, serta sedekah , tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya."
Rasulullah saw kemudian bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai." (Muttafaq 'Alaih dari Anas (al-Lu'lu' wa al-Marjan, 1693)
Hadis ini dikuatkan oleh hadis Abu Musa bahwa ada seseorang berkata kepada Nabi saw, "Ada seseorang yang mencintai kaum Muslimin, tetapi dia tidak termasuk mereka."
Nabi saw menjawab, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dia cintai." (Muttafaq 'Alaih dari Anas [al-Lu'lu' wa al- Marjan, 1694])
( )
Hadis-hadis tersebut menunjukkan bahwa cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah, serta cinta kepada hamba-hamba-Nya yang saleh merupakan cara pendekatan yang paling baik kepada Allah SWT; walaupun tidak disertai dengan tambahan salat, puasa dan sedekah. "Hal ini tidak lain adalah karena cinta yang murni merupakan salah satu amalan hati, yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT," tutur Syaikh Qardawy.
Atas dasar itulah beberapa ulama besar berkata, "Aku cinta kepada orang-orang saleh walaupun aku tidak termasuk golongan mereka."
"Aku berharap bahwa aku bisa mendapatkan syafaat (ilmu, dan kebaikan) dari mereka."
"Aku tidak suka terhadap barang-barang maksiat, walaupun aku sama maksiatnya dengan barang-barang itu."
Cinta kepada Allah, benci karena Allah merupakan salah satu bagian dari iman, dan keduanya merupakan amalan hati manusia.
Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barang siapa mencintai karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, menahan pemberian karena Allah, maka dia termasuk orang yang sempurna imannya." (HR Abu Dawud dalam kitab al-Sunnah dari Abu Umamah (4681), dan dalam al-Jami' as-Shaghir riwayat ini dinisbatkan kepada Dhiya' (Shahih al-Jami' as-Shaghir, 5965)
"Ikatan iman yang paling kuat ialah berwala' karena Allah, bermusuhan karena Allah, mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah SWT." (HR al-Thayalisi, Hakim, dan Thabrani dalam al-Kabir, dan al-Awsath dari Ibn Mas'ud, Ahmad, dan Ibn Abi Syaibah dari Barra" dan juga diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibn ,Abbas (Shahih al-Jami' as-Shaghir, 2539). Wallahu'alam. ( )
(mhy)