Harapan kepada Biden: Hentikan Muslim Ban dan Muslim Bom!

Rabu, 18 November 2020 - 15:32 WIB
Ijtihad politik ini selain membawa friksi di kalangan Komunitas Muslim, juga membawa mala petaka besar dengan perang Irak II yang telah disebutkan di atas. Belum lagi karena 9/11 2001 berbagai kebijakan GW Bush sangat menekan Komunitas Muslim. Satu di antaranya adalah kebijakan "war on terror" (perang melawan teror) ternyata banyak dimaknai sebagai perang kepada Islam.

Harapan kemudian tumbuh delapan tahun kemudian. Tiba-tiba ada seorang Afro Amerika, muda dan kharismatik, pintar dan berwawasan luas, lolos menjadi kandidat Presiden Amerika dari Partai Demokrat. Barack Obama menjadi harapan umat saat itu.

Selain berlatar belakang aktifis, yang pasti paham kehidupan rakyat bawah termasuk keragaman yang ada. Dia juga pernah tinggal di sebuah negara Muslim terbesar dunia (Indonesia). Sedikit banyaknya capres Amerika ini tahu akan Islam yang sesungguhnya. Minimal ada memori tentang kehidupan Umat Islam yang normal (tidak ditakuti).

Ternyata harapan itu tidak juga terbukti secara maksimal. Barack Obama berusaha menjaga jarak (tanpa langsung) dengan Komunitas Muslim Amerika karena tumbuh imej (bahkan tuduhan) jika Barack Obama adalah Muslim yang terselubung.

Tapi lebih dari itu beberapa kebijakan Barack Obama juga merugikan Komunitas Muslim, baik di Amerika maupun di dunia internasional. Di zaman Obama program mata-mata (surveillance) Bush masih berlanjut. Tapi yang terpenting di zaman Barack Obamalah terjadi serangan “Drone” (senjata tanpa manusia) besar-besaran ke dunia Islam.

Satu peristiwa yang terjadi dan tidak terlupakan adalah serangan drone ke Pakistan yang menewaskan keluarga 12 orang yang sedang makan malam. Tindak lanjut peristiwa ini hanya diselesaikan dengan dukungan politik kepada musyarraf. Menyedihkan!

Artinya dengan segala hal positif, termasuk suasana yang lebih bersahabat, Barack Obama juga tidak bisa melakukan banyak hal untuk mengurangi "damages" (kerusakan-kerusakan) yang ditimbulkan oleh berbagai kebijakan pemerintahan Amerika.

Barack Obama berakhir dengan manis tapi pahit. Tiba-tiba Amerika mendarat cobaan (musibah) dengan terpilihnya Donald Trump, seorang yang rasis, memiliki idiologi ekstrim kanan, dan berdarah white supremacy. Maka sempurnalah penderitaan komunitas Muslim Amerika.

Saya Tentu tidak perlu mengulangi lagi tantangan-tantangan yang dialami umat di bawah pemerintahan Donald Trump. Semua sudah berulang kali dibahas di berbagai kesempatan dan menjadi pengetahuan umum yang terbuka.

Harapan kepada Biden

Dengan semua pengalaman masa lalu itu, baik pada era Demokrat maupun Republican, walaupun kenyataannya bahwa Biden adalah bagian dari masa lalu itu, Umat tidak pernah putus asa. Kita jalani, alami, dan mengambil ibrah (pelajaran) dari semua itu.

Dari masa ke masa Komunitas Muslim berusaha memainkan peranan aktif, bahkan pro aktif, dalam membangun kekuatan dan partisipasi politiknya. Dan semua itu tentunya dibangun di atas dasar ijtihad, yang boleh benar dan mungkin juga salah.

Kini Komuniats Muslim memberikan suaranya kepada Kandidat Joe Biden. Tentu harapannya akan ada perubahan ke arah yang lebih baik. Bahwa di bawah pemerintahan Joe Biden akan tumbuh lingkungan atau suasana yang lebih terbuka dan bersahabat.

Saya selalu mengatakan "Kita tidak mengharapkan keIstimewaan dari pemerintah Amerika. Yang kita harapkan hanya ruang yang netral/sama seperti warga Amerika yang lain". Berikan kepada kami ruang yang sama itu. Dan kami akan mengambil bagian untuk berkompetisi dalam memberikan kontribusi bagi negara dan bangsa Amerika.

Kini Biden telah menyampaikan banyak janji. Salah satunya adalah bahwa Biden akan segera meniadakan kebijakan diskriminatif Trump yang dikenal dengan Muslim Ban atau larangan orang Islam masuk Amerika.

Tentu harapan itu tinggi. Apalagi selama kampanye Biden mengutip hadits Rasul: "siapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaknya dirubah dengan tangannya. Kalau tidak mampu dengan lisannya. Dan kalau masih tidak mampu hendaknya dirubah dengan hatinya".

Maka dengan "insya-Allah" (dengan kehendak Allah) yang juga Biden sempat ucapkan dalam acara debat kandidat, kita banyak menaruh harapan. Harapan yang tidak saja bahwa Biden akan meniadakan "Muslims Ban". Tapi juga harapan besar bahwa Biden juga akan meniadakan "Muslims Bom".

Dengan kata lain, harapan kami warga Muslim Amerika kepada Biden akan ada perubahan dan perbaikan secara domestik dengan menghapus Muslim Ban. Tapi juga harus ada perubahan kebijakan Amerika di Dunia Islam. Salah satunya hentikan "membom umat Islam " (Muslims Bom).

Tapi akhirnya akankah itu terwujud? Yakinlah semua itu banyak ditentukan oleh Umat Islam sendiri. Baik yang di Amerika maupun yang ada di negara-negara Islam. Amerika tidak akan intervensi ke negara mana saja jika tidak ada yang memainkan kepentingan sempit di negara itu sendiri.

Dan biasanya, pengkhianat terbesar sebuah bangsa adalah pemimpinnya sendiri. Mereka yang kadang punya kepentingan untuk melanggengkan kekuasaan dengan mencari perlindungan di balik kekuatan Amerika.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Farwah bin Naufal Al Asyja'i dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat memohon kepada Allah Azza wa Jalla, maka Aisyah menjawab, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa: ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA 'AMILTU WA MIN SYARRI MAA LAM A'MAL (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan).

(HR. Muslim No. 4891)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More