Meneladani Good Looking Nabi Yusuf, Kisah Terindah dalam Al-Qur'an
Senin, 23 November 2020 - 09:04 WIB
Shamsi Ali
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center
Presiden Nusantara Foundation
Barangkali dari sekian banyak kisah yang dikisahkan dalam Al-Qur'an, kisah Nabi Yusuf 'alaihissalam menjadi salah satu kisah yang paling indah. Selain memiliki cerita yang unik, juga penuh dengan hikmah-hikmah atau 'Ibar (pelajaran-pelajaran) yang luar biasa (extraordinary).
Secara umum kisah Nabi Yusuf adalah gambaran perjuangan (struggle) dalam perjalanan hidup (life journey) dari keadaan yang lemah dan memprihatinkan ke keadaan yang kuat dan menentukan. Intinya kisah perjalanan hidup dari situasi yang penuh tantangan dan kesulitan ke situasi sukses dan memudahkan. (
)
Nabi Yusuf tentunya kita kenal sebagai sosok hamba Allah yang sangat "Good Looking" (ganteng). Sebuah karunia kelebihan yang Allah berikan kepada seorang hamba-Nya. Tapi penekanan kisah Yusuf tidak pada "physical good looking" (keindahan fisiknya). Mungkin karena dikhawatirkan justru menjadi tuduhan radikal.
Saya sendiri tidak terlalu peduli dengan keindahan fisik seseorang semata. Walaupun kita tahu bahwa Allah menyukai keindahan. "Innallaha jamiilun yuhibbul jamaal" (Allah itu indah mencintai keindahan).
Tetapi juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada fisik tubuhmu. Melainkan kepada hati dan amal-amalmu".
Maka penekanan dari Good Looking dalam konteks kisah Nabi Yusuf untuk kita bukan pada aspek fisiknya. Toh itu karunia yang bersifat alami. Tapi lebih kepada karakternya sebagai seorang hamba dan juga Nabi Allah yang luar biasa indahnya.
Lalu apa-apa saja yang perlu kita pelajari dari Good Looking Nabi Yusuf?
Berikut beberapa hal yang saya anggap penting untuk digaris bawahi sebagai pekajaran hidup untuk kita semua. Apa yang disampaikan di sini hanya sebagian kecil dari hikmah-hikmah kisahnya. Saya yakin semakin diselami semakin banyak hikmah yang dapat dipetik.
1. Keyakinan terhadap Kuasa Allah yang tak tergoyahkan.
Keyakinan seorang Mukmin akan Kuasa Allah itu bukan slogan. Bukan teori yang diungkapkan di mana-mana dengan retorika-retorika yang indah. Tapi realita hati yang dalam dan kokoh, yang tak tergoyahkan oleh apapun.
Keyakinan seperti ini dimisalkan dalam Al-Qur'an dengan bagaikan pohon yang akarya terhunjam kuat ke dalam tanah. Artinya selain tertanam kokoh ke dalam tanah, juga tumbuh dengan kuat dan sehat. Bahkan memberikan buah-buah (ukulaha) setiap saat kepada lingkungan sekitarnya.
Di sinilah Yusuf membuktikan soliditàs keyakinannya. Di saat dilempar oleh saudara-saudaranya ke dalam sumur itu keyakinannya kepada kekuasaan yang mengendalikan segalanya menjadikan Allah mengintervensi dan menyelamatkannya. Persis ketika kakeknya Ibrahim AS diselamatkan dari kobaran api Namrud saat itu.
Dengan soliditas "al-yaqiin" (keyakinan) ini juga Nabi Yusuf diselamatkan oleh Allah dari ketergelinciran ke dalam pelukan hawa nafsu di saat digoda oleh isteri raja di istana. Keyakinan itulah yang di saat tersudutkan, Yusuf melihat burhana Rabbih (cahaya Tuhan) yang menjadi tameng baginya dari dahsyatnya godaan sang wanita.
2. Respek dan terbuka (jujur) pada orang tua.
Kisah Nabi Yusuf menyebutkan bahwa Ayahnya Ya'kub juga seorang nabi dan anak dari seorang nabi (Ishak), cucu dari seorang nabi (Ibrahim) memiliki perhatian dan cinta lebih kepada anaknya yang satu ini. Yusuf memiliki 11 saudara dari beberapa Ibu. Yusuf sendiri bersaudara seibu dengan adik bungsunya, Benjamin.
Dari 12 bersaudara itu Ayahnya memiliki perhatian dan kasih sayang lebih kepada Yusuf . Saya kira hal ini bukan sekedar bersifat manusiawi. Pastinya ada inspirasi langit. Selain karena memang Yusuf memilki respek dan juga cinta kepada Ayahnya (orang tuanya) yang lebih. Hal itu dibuktikan bahwa Yusuf begitu terbuka kepada Ayahnya dan menceritakan segala sesuatu kepadanya. Salah satu yang disebutkan dalam kisah ini adalah cerita Yusuf tentang mimpinya kepada sang Ayah.
Saya tidak lagi menyebutkan cerita mimpi itu. Tapi intinya sang Ayah menasehatkan agar mimpi tersebut tidak diekspos kepada Saudara-Saudaranya. Karena hal tersebut akan menjadikan mereka semakin hasad (dengki) kepadanya.
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center
Presiden Nusantara Foundation
Barangkali dari sekian banyak kisah yang dikisahkan dalam Al-Qur'an, kisah Nabi Yusuf 'alaihissalam menjadi salah satu kisah yang paling indah. Selain memiliki cerita yang unik, juga penuh dengan hikmah-hikmah atau 'Ibar (pelajaran-pelajaran) yang luar biasa (extraordinary).
Secara umum kisah Nabi Yusuf adalah gambaran perjuangan (struggle) dalam perjalanan hidup (life journey) dari keadaan yang lemah dan memprihatinkan ke keadaan yang kuat dan menentukan. Intinya kisah perjalanan hidup dari situasi yang penuh tantangan dan kesulitan ke situasi sukses dan memudahkan. (
Baca Juga
Nabi Yusuf tentunya kita kenal sebagai sosok hamba Allah yang sangat "Good Looking" (ganteng). Sebuah karunia kelebihan yang Allah berikan kepada seorang hamba-Nya. Tapi penekanan kisah Yusuf tidak pada "physical good looking" (keindahan fisiknya). Mungkin karena dikhawatirkan justru menjadi tuduhan radikal.
Saya sendiri tidak terlalu peduli dengan keindahan fisik seseorang semata. Walaupun kita tahu bahwa Allah menyukai keindahan. "Innallaha jamiilun yuhibbul jamaal" (Allah itu indah mencintai keindahan).
Tetapi juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada fisik tubuhmu. Melainkan kepada hati dan amal-amalmu".
Maka penekanan dari Good Looking dalam konteks kisah Nabi Yusuf untuk kita bukan pada aspek fisiknya. Toh itu karunia yang bersifat alami. Tapi lebih kepada karakternya sebagai seorang hamba dan juga Nabi Allah yang luar biasa indahnya.
Lalu apa-apa saja yang perlu kita pelajari dari Good Looking Nabi Yusuf?
Berikut beberapa hal yang saya anggap penting untuk digaris bawahi sebagai pekajaran hidup untuk kita semua. Apa yang disampaikan di sini hanya sebagian kecil dari hikmah-hikmah kisahnya. Saya yakin semakin diselami semakin banyak hikmah yang dapat dipetik.
1. Keyakinan terhadap Kuasa Allah yang tak tergoyahkan.
Keyakinan seorang Mukmin akan Kuasa Allah itu bukan slogan. Bukan teori yang diungkapkan di mana-mana dengan retorika-retorika yang indah. Tapi realita hati yang dalam dan kokoh, yang tak tergoyahkan oleh apapun.
Keyakinan seperti ini dimisalkan dalam Al-Qur'an dengan bagaikan pohon yang akarya terhunjam kuat ke dalam tanah. Artinya selain tertanam kokoh ke dalam tanah, juga tumbuh dengan kuat dan sehat. Bahkan memberikan buah-buah (ukulaha) setiap saat kepada lingkungan sekitarnya.
Di sinilah Yusuf membuktikan soliditàs keyakinannya. Di saat dilempar oleh saudara-saudaranya ke dalam sumur itu keyakinannya kepada kekuasaan yang mengendalikan segalanya menjadikan Allah mengintervensi dan menyelamatkannya. Persis ketika kakeknya Ibrahim AS diselamatkan dari kobaran api Namrud saat itu.
Dengan soliditas "al-yaqiin" (keyakinan) ini juga Nabi Yusuf diselamatkan oleh Allah dari ketergelinciran ke dalam pelukan hawa nafsu di saat digoda oleh isteri raja di istana. Keyakinan itulah yang di saat tersudutkan, Yusuf melihat burhana Rabbih (cahaya Tuhan) yang menjadi tameng baginya dari dahsyatnya godaan sang wanita.
2. Respek dan terbuka (jujur) pada orang tua.
Kisah Nabi Yusuf menyebutkan bahwa Ayahnya Ya'kub juga seorang nabi dan anak dari seorang nabi (Ishak), cucu dari seorang nabi (Ibrahim) memiliki perhatian dan cinta lebih kepada anaknya yang satu ini. Yusuf memiliki 11 saudara dari beberapa Ibu. Yusuf sendiri bersaudara seibu dengan adik bungsunya, Benjamin.
Dari 12 bersaudara itu Ayahnya memiliki perhatian dan kasih sayang lebih kepada Yusuf . Saya kira hal ini bukan sekedar bersifat manusiawi. Pastinya ada inspirasi langit. Selain karena memang Yusuf memilki respek dan juga cinta kepada Ayahnya (orang tuanya) yang lebih. Hal itu dibuktikan bahwa Yusuf begitu terbuka kepada Ayahnya dan menceritakan segala sesuatu kepadanya. Salah satu yang disebutkan dalam kisah ini adalah cerita Yusuf tentang mimpinya kepada sang Ayah.
Saya tidak lagi menyebutkan cerita mimpi itu. Tapi intinya sang Ayah menasehatkan agar mimpi tersebut tidak diekspos kepada Saudara-Saudaranya. Karena hal tersebut akan menjadikan mereka semakin hasad (dengki) kepadanya.