Meneladani Good Looking Nabi Yusuf, Kisah Terindah dalam Al-Qur'an
Senin, 23 November 2020 - 09:04 WIB
3. Kegigihan dalam menjaga integritas dan moralitas.
Ketika pedagang menemukan Yusuf kecil di sumur itu, mereka membawanya ke Mesir untuk dijual sebagai budak. Dan Yusuf pun terjual dengan harga murah (daraahim ma’duudah). Tapi pembelinya bukan orang sembarang. Justeru seorang raja dan permaisurinya.
Nampaknya sang raja mulai menua. Sementara isterinya masih mudah. Namanya juga raja. Pasti punya isteri yang mudah dan cantik. Tapi di sini pula awal musibah itu.
Si remaja Yusuf tumbuh jadi pemuda yang punya kelebihan-kelebihan. Selain pintar, respek dan sopan, tentunya seperti yang kita kenal sangat good looking (ganteng). Dari hari ke hari Yusuf yang tadinya dijual sebagai budak, dijadikan anak angkat oleh raja, semakin menawan hati banyak orang.
Salah satunya yang jatuh hati adalah isteri raja itu sendiri. Hingga suatu hari sang isteri itu berusaha melakukan sesuatu yang keji kepada Yusuf. Dan ternyata itu adalah ujian yang luar biasa bagi Yusuf.
Bagaimana tidak. Yusuf adalah anak muda, besar dalam lingkungan istana yang tentunya dengan fasilitas yang mendukung. Maka menurut Al-Qur'an: "Dan dia (wanita itu) tertarik padanya (Yusuf) dan dia (Yusuf juga) tertarik padanya (wanita itu)".
Artinya sebagai manusia biasa, dan pemuda yang lagi menginjak awal kedewasaan, pastinya punya hawa nafsu. Tapi di sinilah integritas seorang Yusuf teruji. Dia mampu menghindar dari godaan wanita itu. Bahkan pada akhirnya berdoa kalau sekiranya harus memilih antara terjatuh dalam pelukan hawa nafsu atau penjara, Yusuf lebih memilih penjara (assijnu ahabbu ilayya).
4. Komitmen Dakwah yang tidak mengenal keadaan apapun.
Nabi Yusuf berdakwah dengan ilmu dan komunikasi yang tepat. Pada akhirnya pengaruh sang isteri raja begitu kuat. Keinginannya untuk menggoda Yusuf tidak berhasil. Maka konsekwensinya Yusuf harus menerima kenyataan dipenjarakan.
Di penjara itulah Yusuf justru memulai kegiatan dakwahnya. Konon kabarnya ada dua pemuda yang ikut dipenjara bersamanya. Di suatu malam kedua pemuda itu bermimpi dengan mimpi yang aneh.
Satu bermimpi membawa roti di atas kepalanya lalu disambar dan dimakan burung-burung. Yang satunya lagi bernimpi membuat anggur untuk diberikan kepada tuannya (sang raja).
Nampaknya dalam penjara itu Yusuf Sudah memperlihatkan kelebihan-kelebihan. Salah satunya bisa menafsirkan mimpi. Persis kelebihan Ayahnya yang paham makna mimpi (ta’wil al-ahlaam). Maka wajar saja jika kedua pemuda yang bermimpi tadi meminta Yusuf untuk menafsirkan mimpi mereka.
Nabi Yusuf bersedia tapi sebelumnya beliau mempergunakan itu sebagai pintu Dakwah. Sebuah kejelian Dakwah yang luar biasa. Artinya Yusuf memang ahli dalam menangkap peluang Dakwah, sesuai Ilmu dan keadaan yang ada.
Inilah yang saya maksud komitmen Dakwah yang tidak mengenal keadaan. Bahkan dalam penjara sekalipun. Tapi Dakwahya disesuaikan dengan ilmu. Saat itu Ilmu Yang diperlukan adalah Ilmu tafsir mimpi. Dan juga disesuaikan dengan kebutuhan obyek dakwah. Yaitu keinginan untuk tahu arti mimpi mereka.
Poin Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dakwah itu bukan sekadar dakwah. Tapi dengan ilmu, kesesuaian dan juga melihat kepada kebutuhan obyek dakwah. Dakwah seharusnyan bukan tanpa metode yang tepat. Tidak secara buta. Apalagi memakai cara “bolduzer” yang justeru menghacurkan segalanya.
5. Pelayanan publik itu adalah ibadah. Tapi harus berdasarkan kapasitas masing-masing.
Kedua pemuda itu keluar dari penjara dan keduanya ditakdirkan Allah berdasarkan mimpi masing-masing. Yang satu dieksekusi dengan salib. Dan yang satunya lagi bekerja di istana melayani sang raja.
Pada tahun yang sama sang raja bermimpi dengan mimpi yang aneh. Bahwa ada tujuh sapi yang gemuk memakan 7 sapi yang kurus. Para ahli tafsir mimpi istana tidak mampu memberikan tafsiran yang memuaskan sang raja.
Pemuda yang bekerja di istana itu teringat kembali ketika di penjara. Bahwa ternyata dalam penjara itu ada seorang anak muda yang hebat dalam menafsirkan mimpi. Dialah Nabi Yusuf .
Hal itu disampaikan kepada raja dan sang raja setuju agar Yusuf dihadirkan ke istana. Singkat cerita Yusuf pun dengan beberapa persyaratan memenuhi permintaan raja tersebut.
Ketika pedagang menemukan Yusuf kecil di sumur itu, mereka membawanya ke Mesir untuk dijual sebagai budak. Dan Yusuf pun terjual dengan harga murah (daraahim ma’duudah). Tapi pembelinya bukan orang sembarang. Justeru seorang raja dan permaisurinya.
Nampaknya sang raja mulai menua. Sementara isterinya masih mudah. Namanya juga raja. Pasti punya isteri yang mudah dan cantik. Tapi di sini pula awal musibah itu.
Si remaja Yusuf tumbuh jadi pemuda yang punya kelebihan-kelebihan. Selain pintar, respek dan sopan, tentunya seperti yang kita kenal sangat good looking (ganteng). Dari hari ke hari Yusuf yang tadinya dijual sebagai budak, dijadikan anak angkat oleh raja, semakin menawan hati banyak orang.
Salah satunya yang jatuh hati adalah isteri raja itu sendiri. Hingga suatu hari sang isteri itu berusaha melakukan sesuatu yang keji kepada Yusuf. Dan ternyata itu adalah ujian yang luar biasa bagi Yusuf.
Bagaimana tidak. Yusuf adalah anak muda, besar dalam lingkungan istana yang tentunya dengan fasilitas yang mendukung. Maka menurut Al-Qur'an: "Dan dia (wanita itu) tertarik padanya (Yusuf) dan dia (Yusuf juga) tertarik padanya (wanita itu)".
Artinya sebagai manusia biasa, dan pemuda yang lagi menginjak awal kedewasaan, pastinya punya hawa nafsu. Tapi di sinilah integritas seorang Yusuf teruji. Dia mampu menghindar dari godaan wanita itu. Bahkan pada akhirnya berdoa kalau sekiranya harus memilih antara terjatuh dalam pelukan hawa nafsu atau penjara, Yusuf lebih memilih penjara (assijnu ahabbu ilayya).
4. Komitmen Dakwah yang tidak mengenal keadaan apapun.
Nabi Yusuf berdakwah dengan ilmu dan komunikasi yang tepat. Pada akhirnya pengaruh sang isteri raja begitu kuat. Keinginannya untuk menggoda Yusuf tidak berhasil. Maka konsekwensinya Yusuf harus menerima kenyataan dipenjarakan.
Di penjara itulah Yusuf justru memulai kegiatan dakwahnya. Konon kabarnya ada dua pemuda yang ikut dipenjara bersamanya. Di suatu malam kedua pemuda itu bermimpi dengan mimpi yang aneh.
Satu bermimpi membawa roti di atas kepalanya lalu disambar dan dimakan burung-burung. Yang satunya lagi bernimpi membuat anggur untuk diberikan kepada tuannya (sang raja).
Nampaknya dalam penjara itu Yusuf Sudah memperlihatkan kelebihan-kelebihan. Salah satunya bisa menafsirkan mimpi. Persis kelebihan Ayahnya yang paham makna mimpi (ta’wil al-ahlaam). Maka wajar saja jika kedua pemuda yang bermimpi tadi meminta Yusuf untuk menafsirkan mimpi mereka.
Nabi Yusuf bersedia tapi sebelumnya beliau mempergunakan itu sebagai pintu Dakwah. Sebuah kejelian Dakwah yang luar biasa. Artinya Yusuf memang ahli dalam menangkap peluang Dakwah, sesuai Ilmu dan keadaan yang ada.
Inilah yang saya maksud komitmen Dakwah yang tidak mengenal keadaan. Bahkan dalam penjara sekalipun. Tapi Dakwahya disesuaikan dengan ilmu. Saat itu Ilmu Yang diperlukan adalah Ilmu tafsir mimpi. Dan juga disesuaikan dengan kebutuhan obyek dakwah. Yaitu keinginan untuk tahu arti mimpi mereka.
Poin Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dakwah itu bukan sekadar dakwah. Tapi dengan ilmu, kesesuaian dan juga melihat kepada kebutuhan obyek dakwah. Dakwah seharusnyan bukan tanpa metode yang tepat. Tidak secara buta. Apalagi memakai cara “bolduzer” yang justeru menghacurkan segalanya.
5. Pelayanan publik itu adalah ibadah. Tapi harus berdasarkan kapasitas masing-masing.
Kedua pemuda itu keluar dari penjara dan keduanya ditakdirkan Allah berdasarkan mimpi masing-masing. Yang satu dieksekusi dengan salib. Dan yang satunya lagi bekerja di istana melayani sang raja.
Pada tahun yang sama sang raja bermimpi dengan mimpi yang aneh. Bahwa ada tujuh sapi yang gemuk memakan 7 sapi yang kurus. Para ahli tafsir mimpi istana tidak mampu memberikan tafsiran yang memuaskan sang raja.
Pemuda yang bekerja di istana itu teringat kembali ketika di penjara. Bahwa ternyata dalam penjara itu ada seorang anak muda yang hebat dalam menafsirkan mimpi. Dialah Nabi Yusuf .
Hal itu disampaikan kepada raja dan sang raja setuju agar Yusuf dihadirkan ke istana. Singkat cerita Yusuf pun dengan beberapa persyaratan memenuhi permintaan raja tersebut.