Kisah Imam Syaqiq dan Seorang Sufi Muda

Selasa, 08 Desember 2020 - 21:22 WIB
Saya menghampirinya dan mengucapkan salam. Ia pun menjawab salamku. Lalu aku berkata kepadanya, "Berikanlah kepadaku sebagian dari nikmat Allah ta'ala yang diberikan kepadamu."

(Baca Juga: Kisah Para Wali: Awal Mula Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani Belajar Tasawuf)

Pemuda itu menjawab:

يا شقيق تزل نعمة الله علينا ظاهرة وباطنة فأحسن ظنك برك

"Wahai Syaqiq, tidak terhitung nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kita, ada nikmat zahir dan juga nikmat batin. Oleh karenanya, berprasangka baiklah kepada Tuhanmu."

Pemuda itu memberikan tekonya dan saya pun meminumnya. Rasanya seperti bubur yang manis. Demi Allah, belum pernah aku merasakan yang lebih lezat dan lebih harum daripada itu.

Saya mencicipinya hingga kenyang. Bahkan setelah mencicipi itu, saya merasa tidak ingin makan dan minum hingga beberapa hari.

Kemudian saya tidak melihatnya lagi hingga kami berada di Makkah. Pada suatu malam di Makkah, saya melihatnya di dekat kubah air. Ia sedang melaksanakan shalat saat pertengahan malam dengan khusyuk seraya menangis. Ia tidak beranjak hingga malam berlalu.

Ketika fajar terlihat, ia pun duduk di mushalla dan bertasbih kepada Allah. Kemudian setelah melaksanakan shalat Subuh, ia bertawaf mengelilingi Kakbah tujuh kali. Setelah itu ia pergi, lalu saya mengikutinya. Di tengah jalan, saya melihat orang-orang mengelilingi pemuda itu dan menyampaikan salam kepadanya.

Saya pun bertanya kepada sebagian orang yang kulihat berada di dekatnya,"Siapakah pemuda itu?"

Mereka menjawab: "Ia adalah Musa bin Ja'far bin Muhammad bin 'Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu.

Saya berkata, "Saya dibuat terheran, keajaiban itu hanya untuk yang serupa pemuda sayyid ini."

Demikian kisah pertemuan Imam Syaqiq dan Musa bin Ja'far Al-Husain. Allah mengajarkan ilmu hikmah kepada Imam Syaqiq lewat wasilah para wali-Nya . Semoga kita dapat mengambil iktibar untuk terus beramal saleh dan berprasangka baik kepada Allah Ta'ala.

[Baca Juga: Inilah Karamah Paling Agung yang Dimiliki Para Wali (Bagian 5/Habis)]

Sumber:

Al-Imam Al-Alim Jamal al-Din Abi al-Faraj Ibnu al-Jauzi, Shifat al-Shafwah Jilid 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1409 H/1989 M)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(rhs)
Halaman :
cover top ayah
وَقَدۡ نَزَّلَ عَلَيۡكُمۡ فِى الۡـكِتٰبِ اَنۡ اِذَا سَمِعۡتُمۡ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكۡفَرُ بِهَا وَيُسۡتَهۡزَاُبِهَا فَلَا تَقۡعُدُوۡا مَعَهُمۡ حَتّٰى يَخُوۡضُوۡا فِىۡ حَدِيۡثٍ غَيۡرِهٖۤ‌ ‌ ۖ اِنَّكُمۡ اِذًا مِّثۡلُهُمۡ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ جَامِعُ‌‌‌الۡمُنٰفِقِيۡنَ وَالۡكٰفِرِيۡنَ فِىۡ جَهَـنَّمَ جَمِيۡعَا
Dan sungguh, Allah telah menurunkan ketentuan bagimu di dalam Kitab (Al-Qur'an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir, maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena kalau tetap duduk dengan mereka, tentulah kamu serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam,

(QS. An-Nisa Ayat 140)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More