Istikharah dan Keterbatasan Ilmu Manusia
Rabu, 09 Desember 2020 - 06:14 WIB
Subhanallah.. Biji yang kering atau basah, yang tumbuh dan ketika tumbuh dia akan tumbuh berapa meter nantinya, kemudian setelah itu dia ditebang, mungkin dia dijual, siapa yang tahu? Jawabnya adalah Allah
(Baca juga : Ombudsman Sebut Ada Praktik Korupsi dengan Modus yang Lebih Canggih )
Menurut dai yang rutin mengisi kajian di berbagai tempat ini, ada banyak hal yang dikerjakan oleh manusia karena faktor ketidaktahuan dia dengan yang ghaib, dengan apa yang akan terjadi, mana yang baik dan mana yang buruk, dia tidak tahu. Maka di sini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan sebuah doa, yaitu ketika engkau mempunyai pilihan, engkau hendak mengambil sebuah keputusan yang memang tidak tahu baik dan buruknya.
Kalau kita tahu baiknya, ini sudah selesai. Tidak ada orang istikharah memilih antara puasa sunnah atau tidak. Karena pilihan terbaiknya adalah puasa, tidak perlu istikharah dalam masalah ini. Tapi ada perkara-perkara yang memang ghaib masa depannya, kita tidak tahu.
(Baca juga : Manusia Tengah Berada di Zaman Keemasan Misi Ruang Angkasa )
Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata:
كان النبي صلى الله عليه وسلم يعلمنا الاستخارة في الأمور كالسورة من القرآن إذا هم بالأمر فليركع ركعتين
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengajarkan kepada kami untuk istikharah…”
Apa makna istikharah? Yaitu sebuah permohonan, meminta pilihan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Jadi istikharah ini bukan jalan untuk mengetahui yang ghaib. Kita sedang meminta pilihan kepada Allah ‘Azza wa Jalla untuk mendapatkan kebaikan dan agar terhindar dari keburukan. Hal ini karena manusia tidak tahu dengan yang baik. Maka di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam mengajarkan kepada para sahabat istikharah dalam perkara-perkara yang memang diperlukan untuk istikharah. Yaitu perkara yang kita tidak tahu dengan hasilnya nanti bagaimana.
(Baca juga : Pengamat Sebut 6 Anggota FPI Tak Ada Hubungannya dengan Teroris )
Di sini disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan istikharah ini dalam perkara-perkara seperti beliau mengajarkan surat dari Al-Qur’anul Karim. Hal ini menunjukkan pentingnya perkara ini. Karena tadi kita singgung bahwa ada orang-orang yang dia tidak tahu untuk menentukan lalu dia cari orang pintar. Padahal “orang pintar” itu juga sama, mereka tidak tahu dengan yang ghaib.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam benar-benar memperhatikan masalah istikharah. Beliau mengatakan:
إذا هم بالأمر فليركع ركعتين
“Kalau seseorang berkeinginan untuk melakukan sebuah tindakan, hendaklah dia shalat sunnah dua rakaat.”
(Baca juga : Orang Tua Laskar FPI: Ini Extra Judicial Killing, Sudahlah Jangan Diputar Kemana-mana )
Dan pelaksanaan salat dua rakaat ini menurut jumhur ulama tidak boleh dilakukan di waktu larangan. Yaitu setelah subuh, dimana kita tahu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang salat sunnah setelah salat subuh. Beliau mengatakan:
لا صلاة بعد الفجر حتى تطلع الشمس
“Tidak ada salat sunnah setelah salat subuh sampai matahari terbit.” (HR. Muslim)
Wallahu A'lam
(Baca juga : Ombudsman Sebut Ada Praktik Korupsi dengan Modus yang Lebih Canggih )
Menurut dai yang rutin mengisi kajian di berbagai tempat ini, ada banyak hal yang dikerjakan oleh manusia karena faktor ketidaktahuan dia dengan yang ghaib, dengan apa yang akan terjadi, mana yang baik dan mana yang buruk, dia tidak tahu. Maka di sini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan sebuah doa, yaitu ketika engkau mempunyai pilihan, engkau hendak mengambil sebuah keputusan yang memang tidak tahu baik dan buruknya.
Kalau kita tahu baiknya, ini sudah selesai. Tidak ada orang istikharah memilih antara puasa sunnah atau tidak. Karena pilihan terbaiknya adalah puasa, tidak perlu istikharah dalam masalah ini. Tapi ada perkara-perkara yang memang ghaib masa depannya, kita tidak tahu.
(Baca juga : Manusia Tengah Berada di Zaman Keemasan Misi Ruang Angkasa )
Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata:
كان النبي صلى الله عليه وسلم يعلمنا الاستخارة في الأمور كالسورة من القرآن إذا هم بالأمر فليركع ركعتين
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengajarkan kepada kami untuk istikharah…”
Apa makna istikharah? Yaitu sebuah permohonan, meminta pilihan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Jadi istikharah ini bukan jalan untuk mengetahui yang ghaib. Kita sedang meminta pilihan kepada Allah ‘Azza wa Jalla untuk mendapatkan kebaikan dan agar terhindar dari keburukan. Hal ini karena manusia tidak tahu dengan yang baik. Maka di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam mengajarkan kepada para sahabat istikharah dalam perkara-perkara yang memang diperlukan untuk istikharah. Yaitu perkara yang kita tidak tahu dengan hasilnya nanti bagaimana.
(Baca juga : Pengamat Sebut 6 Anggota FPI Tak Ada Hubungannya dengan Teroris )
Di sini disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan istikharah ini dalam perkara-perkara seperti beliau mengajarkan surat dari Al-Qur’anul Karim. Hal ini menunjukkan pentingnya perkara ini. Karena tadi kita singgung bahwa ada orang-orang yang dia tidak tahu untuk menentukan lalu dia cari orang pintar. Padahal “orang pintar” itu juga sama, mereka tidak tahu dengan yang ghaib.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam benar-benar memperhatikan masalah istikharah. Beliau mengatakan:
إذا هم بالأمر فليركع ركعتين
“Kalau seseorang berkeinginan untuk melakukan sebuah tindakan, hendaklah dia shalat sunnah dua rakaat.”
(Baca juga : Orang Tua Laskar FPI: Ini Extra Judicial Killing, Sudahlah Jangan Diputar Kemana-mana )
Dan pelaksanaan salat dua rakaat ini menurut jumhur ulama tidak boleh dilakukan di waktu larangan. Yaitu setelah subuh, dimana kita tahu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang salat sunnah setelah salat subuh. Beliau mengatakan:
لا صلاة بعد الفجر حتى تطلع الشمس
“Tidak ada salat sunnah setelah salat subuh sampai matahari terbit.” (HR. Muslim)
Wallahu A'lam
(wid)