Salat Istikharah dan Bacaan Doa Sesuai Sunnah Nabi
loading...
A
A
A
DALAM Islam, baik dan buruk tidak dapat diukur dengan “kacamata” manusia. Penentuan akan baik ataupun buruk sebuah tindakan haruslah melalui “kacamata” Islam. Itu sebabnya baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah SWT. Begitupula dengan keburukan.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT,
وَ عَسٰۤی اَنۡ تَکۡرَہُوۡا شَیۡئًا وَّ ہُوَ خَیۡرٌ لَّکُمۡ ۚ وَ عَسٰۤی اَنۡ تُحِبُّوۡا شَیۡئًا وَّ ہُوَ شَرٌّ لَّکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ وَ اَنۡتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai semua, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216).
Karena keterbatasannya itu, seringkali manusia kebingungan untuk menentukan pilihan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam Islam telah diberikan solusinya yaitu melalui salat istikharah.
Salat Istikharah adalah salat yang bertujuan untuk meminta petunjuk atas masalah yang dihadapi seorang muslim.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah rugi orang yang beristikharah, dan tidaklah menyesal orang yang bermusyawarah.” (HR.Thabrani).
Tata cara salat istikharah sama halnya dengan salat sunnah pada umumnya. Seperti salat dhuha , salat hajat, salat tahajud dan salat sunnah lainnya.
Tak kalah pentingnya adalah memanjatkan doa atas masalah yang tengah dihadapi sehingga butuh tuntunan untuk membuat keputusan atas sebuah pilihan.
Hal ini sesuai hadis Nabi SAW: Dari Jabir bin Abdullah ra, berkata, “Rasulullah mengajarkan kepada kami cara mengerjakan salat istikharah dalam segala urusan, sebagaimana Rasulullah mengajarkan kami Surat Al Qur’an.”
Rasulullah SAW bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian hendak melakukan sesuatu, hendaklah terlebih dahulu mengerjakan salat dua rakaat selain salat fardlu, lalu berdoa: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu…”
Bacaan Doa
Sebenarnya tidak ada kewajiban untuk melampirkan doa khusus ketika salat istikharah. Tetapi ada tuntunan yang diajarkan Rasulullah SAW ketika telah selesai melaksanakan salat ini.
Doa salat tersebut adalah sebagai berikut,
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَاَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَاَسْئَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ. فَاِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَآاَقْدِرُ وَلَآاَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ.
اَللّٰهُمَّ اِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ اَنَّ هَذَااْلاَمْرَ (…) خَيْرٌلِّىْ فِىْ دِيْنِىْ وَمَعَاشِىْ فَاقْدُرْهُ لِىْ وَيَسِّرْهُ لِىْ ثُمَّ بَارِكْ لِىْ فِيْهِ وَاِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ اَنَّ
هذَااْلاَمْرَشَرٌّلِّىْ فِىْ دِيْنِىْ وَمَعَاشِىْ وَعَاقِبَةِ اَمْرِىْ وَعَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّىْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْهُ لِيَ الْخَيْرَحَيْثُ كَانَ ثُمَّ
رَضِّنِىْ بِهِ
“Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka min fadlikal ‘aziimi fa innaka taqdiru wa laa aqdiru wa laa a’lamu wa anta ‘allaamul guyuub.”“Allaahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amro (…..) khairul lii fii diinii wa ma’aasyi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarik lii fii hi wa in kunta ta’lamu anna haadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii wa ‘aajlihii fashrifhu ‘annii wasrifnii ‘anhu waqdurhu liyal-khaira haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bihi.”
Artinya:
“Ya Allah, aku meminta petunjuk kebaikan-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon keputusan-Mu dengan qudrat-Mu dan aku meminta dengan karunia-Mu yang besar, karena sesungguhnya Engkau yang berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa. Engkau Yang Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkau Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT,
وَ عَسٰۤی اَنۡ تَکۡرَہُوۡا شَیۡئًا وَّ ہُوَ خَیۡرٌ لَّکُمۡ ۚ وَ عَسٰۤی اَنۡ تُحِبُّوۡا شَیۡئًا وَّ ہُوَ شَرٌّ لَّکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ وَ اَنۡتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai semua, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216).
Karena keterbatasannya itu, seringkali manusia kebingungan untuk menentukan pilihan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam Islam telah diberikan solusinya yaitu melalui salat istikharah.
Salat Istikharah adalah salat yang bertujuan untuk meminta petunjuk atas masalah yang dihadapi seorang muslim.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah rugi orang yang beristikharah, dan tidaklah menyesal orang yang bermusyawarah.” (HR.Thabrani).
Tata cara salat istikharah sama halnya dengan salat sunnah pada umumnya. Seperti salat dhuha , salat hajat, salat tahajud dan salat sunnah lainnya.
Tak kalah pentingnya adalah memanjatkan doa atas masalah yang tengah dihadapi sehingga butuh tuntunan untuk membuat keputusan atas sebuah pilihan.
Hal ini sesuai hadis Nabi SAW: Dari Jabir bin Abdullah ra, berkata, “Rasulullah mengajarkan kepada kami cara mengerjakan salat istikharah dalam segala urusan, sebagaimana Rasulullah mengajarkan kami Surat Al Qur’an.”
Rasulullah SAW bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian hendak melakukan sesuatu, hendaklah terlebih dahulu mengerjakan salat dua rakaat selain salat fardlu, lalu berdoa: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu…”
Bacaan Doa
Sebenarnya tidak ada kewajiban untuk melampirkan doa khusus ketika salat istikharah. Tetapi ada tuntunan yang diajarkan Rasulullah SAW ketika telah selesai melaksanakan salat ini.
Doa salat tersebut adalah sebagai berikut,
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَاَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَاَسْئَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ. فَاِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَآاَقْدِرُ وَلَآاَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ.
اَللّٰهُمَّ اِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ اَنَّ هَذَااْلاَمْرَ (…) خَيْرٌلِّىْ فِىْ دِيْنِىْ وَمَعَاشِىْ فَاقْدُرْهُ لِىْ وَيَسِّرْهُ لِىْ ثُمَّ بَارِكْ لِىْ فِيْهِ وَاِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ اَنَّ
هذَااْلاَمْرَشَرٌّلِّىْ فِىْ دِيْنِىْ وَمَعَاشِىْ وَعَاقِبَةِ اَمْرِىْ وَعَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّىْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْهُ لِيَ الْخَيْرَحَيْثُ كَانَ ثُمَّ
رَضِّنِىْ بِهِ
“Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka min fadlikal ‘aziimi fa innaka taqdiru wa laa aqdiru wa laa a’lamu wa anta ‘allaamul guyuub.”“Allaahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amro (…..) khairul lii fii diinii wa ma’aasyi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarik lii fii hi wa in kunta ta’lamu anna haadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii wa ‘aajlihii fashrifhu ‘annii wasrifnii ‘anhu waqdurhu liyal-khaira haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bihi.”
Artinya:
“Ya Allah, aku meminta petunjuk kebaikan-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon keputusan-Mu dengan qudrat-Mu dan aku meminta dengan karunia-Mu yang besar, karena sesungguhnya Engkau yang berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa. Engkau Yang Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan Engkau Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.