Nasihat Al-Qarni agar Menjadi Perempuan Paling Bahagia
Jum'at, 18 Desember 2020 - 06:11 WIB
Islam datang di saat banyak orang tidak menghargai keberadaan perempuan . Banyak yang menganggap bahwa perempuan hanya sebagai pelayan pria. Kemudian dengan datangnya Islam, keadaan berubah harga diri dan martabat perempuan terangkat. Bahkan Islam menegaskan perannya dalam menaati perintah Allah, tanggung jawabnya mencari jalan ke surga. Islam menempatkan perempuan sebagai manusia mulia.
Maka beruntunglah kita yang terpilih sebagai perempuan muslimah, karena Allah telah memberikan keistimewaan-keistimewaan khusus. Lantas, bagaimana sikap kita agar bisa menjadi muslimah terpilih ini?
(Baca juga : Sufi Perempuan yang Menikah dan Ahli Makrifat )
Dr 'Aidh Al Qarni dalam buku best sellernya ‘Menjadi Wanita Paling Bahagia’, memberikan beberapa nasihat yang akan menjadikan kita seorang muslimah selalu bersyukur dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Inilah petikan beberapa nasihat Al Qarni tersebut:
1. Terimalah apa yang diberikan Allah untukmu dengan senang hati
Alangkah santunnya perkataan Sayyidah Hajar, istri Nabi Ibrahim dan bunda Nabi Ismail, ketika mengejar suaminya, yang meninggalkan dirinya dan putranya di suatu lembah yang gersang dan tak berpenghuni.
(Baca juga : Mensyaratkan Memiliki Harta Dulu Sebelum Menikah, Bolehkah? )
Syahdan, perkataan lembut berikut ini terdengar berulangkali di telinga Ibrahim, “Wahai Kanda Ibrahim, hendak pergi kemanakah engkau hingga tega meninggalkan kami di lembah tanpa penghuni dan tidak ada apa-apanya ini?”
Namun, Ibrahim tidak menolehkan mukanya kepada istrinya sedikit pun. Maka Hajar bertanya lagi, “Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan hal itu?”. Ibrahim pun menjawab, “Ya!”
Hajar pun berkata, “Jika demikian, Dia tidak akan menyia-nyiakan kami”. Benar, Allah sekali-kali tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang saleh.
(Baca juga : Cahaya Allah dan Ciri Orang yang Mendapatkannya )
Dalam surah Al-Kahfi ayat 80-81 misalnya, bukanlah Allah telah berfirman, “Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).”
Lalu firman Allah Ta'ala berikutnya:
وَأَمَّا ٱلْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِى ٱلْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُۥ عَنْ أَمْرِى ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". (QS Al-Kahfi: 82)
(Baca juga : Robert Lewandowski Pemain Terbaik Dunia 2020 versi FIFA )
Maka, janganlah sekalipun berprasangka buruk kepada Allah, karena Allah paling berhak atas yang baik-baik.
2. Kunci-Kunci Keberhasilan
Ada beberapa kuncinya yakni, kunci kemuliaan adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kunci rezeki adalah berusaha dengan diiringi istighfar dan ketaqwaan. Kunci surga adalah tauhid. Kunci iman adalah merenungkan ayat-ayat Allah dan makhluk-makhluk-Nya. Kunci kebaikan adalah kejujuran. Kunci kehidupan hati adalah merenungkan Al-Qur’an, berdo’a di malam hari, dan meninggalkan perbuatan dosa. Kunci ilmu pengetahuan adalah bertanya dan menyimak dengan baik.
Kunci pertolongan dan keberhasilan adalah kesabaran. Kunci kebahagiaan adalah ketaqwaan. Kunci bertambahnya nikmat adalah bersyukur. Kunci rindu akhirat adalah menjaga jarak diri dari kenikmatan duniawi.
Maka beruntunglah kita yang terpilih sebagai perempuan muslimah, karena Allah telah memberikan keistimewaan-keistimewaan khusus. Lantas, bagaimana sikap kita agar bisa menjadi muslimah terpilih ini?
(Baca juga : Sufi Perempuan yang Menikah dan Ahli Makrifat )
Dr 'Aidh Al Qarni dalam buku best sellernya ‘Menjadi Wanita Paling Bahagia’, memberikan beberapa nasihat yang akan menjadikan kita seorang muslimah selalu bersyukur dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Inilah petikan beberapa nasihat Al Qarni tersebut:
1. Terimalah apa yang diberikan Allah untukmu dengan senang hati
Alangkah santunnya perkataan Sayyidah Hajar, istri Nabi Ibrahim dan bunda Nabi Ismail, ketika mengejar suaminya, yang meninggalkan dirinya dan putranya di suatu lembah yang gersang dan tak berpenghuni.
(Baca juga : Mensyaratkan Memiliki Harta Dulu Sebelum Menikah, Bolehkah? )
Syahdan, perkataan lembut berikut ini terdengar berulangkali di telinga Ibrahim, “Wahai Kanda Ibrahim, hendak pergi kemanakah engkau hingga tega meninggalkan kami di lembah tanpa penghuni dan tidak ada apa-apanya ini?”
Namun, Ibrahim tidak menolehkan mukanya kepada istrinya sedikit pun. Maka Hajar bertanya lagi, “Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan hal itu?”. Ibrahim pun menjawab, “Ya!”
Hajar pun berkata, “Jika demikian, Dia tidak akan menyia-nyiakan kami”. Benar, Allah sekali-kali tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang saleh.
(Baca juga : Cahaya Allah dan Ciri Orang yang Mendapatkannya )
Dalam surah Al-Kahfi ayat 80-81 misalnya, bukanlah Allah telah berfirman, “Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).”
Lalu firman Allah Ta'ala berikutnya:
وَأَمَّا ٱلْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِى ٱلْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُۥ عَنْ أَمْرِى ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". (QS Al-Kahfi: 82)
(Baca juga : Robert Lewandowski Pemain Terbaik Dunia 2020 versi FIFA )
Maka, janganlah sekalipun berprasangka buruk kepada Allah, karena Allah paling berhak atas yang baik-baik.
2. Kunci-Kunci Keberhasilan
Ada beberapa kuncinya yakni, kunci kemuliaan adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kunci rezeki adalah berusaha dengan diiringi istighfar dan ketaqwaan. Kunci surga adalah tauhid. Kunci iman adalah merenungkan ayat-ayat Allah dan makhluk-makhluk-Nya. Kunci kebaikan adalah kejujuran. Kunci kehidupan hati adalah merenungkan Al-Qur’an, berdo’a di malam hari, dan meninggalkan perbuatan dosa. Kunci ilmu pengetahuan adalah bertanya dan menyimak dengan baik.
Kunci pertolongan dan keberhasilan adalah kesabaran. Kunci kebahagiaan adalah ketaqwaan. Kunci bertambahnya nikmat adalah bersyukur. Kunci rindu akhirat adalah menjaga jarak diri dari kenikmatan duniawi.