Tidak Thuma'ninah, Dianggap Belum Salat
Kamis, 24 Desember 2020 - 14:36 WIB
Salat adalah cahaya kehidupan seorang mukmin. Salat adalah amal yang membawa keselamatan di dunia dan akhirat. Salat adalah amal yang membawa ketenangan hati dan barokah. Salat juga sebagai jalan menuju surga.
Salat juga menjadi amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Salat merupakan hubungan antara hamba dengan Rabb-Nya yang wajib dilaksanakan lima waktu sehari semalam , sesuai petunjuk Rasulullah sebagai sabda beliau:
“Salatlah, sebagaimana kalian melihat aku salat.” (HR Bukhari).
(Baca juga: Sepuluh Macam Siksaan di Akhirat Bagi Perempuan )
Artinya salat itu tidak hanya sekadar salat. Tidal asal salat. Salat itu harus “thuma’ninah” atau tenang. Dilarang tergesa-gesa. Tidak boleh salat dengan cepat seperti burung pelatuk saat mematuk. “Thuma’ninah” itu wajib karena termasuk rukun salat. Tidak sah salat yang dilakukan dengan tidak “thuma’ninah”.
Jangan sampai salat seperti patukan burung gagak atau patukan ayam. Salat yang tenang akan membawa kebaikan secara ruhani. Jiwa akan merasa tenang karena merasa menghadap kepada Sang Khalik, raja dari segala raja. Salat yang benar akan menjadi seorang muslim dan mukmin baik akhlaknya.
(Baca juga: Kekhususan Mendidik Anak Perempuan, Allah Ganjar dengan Pahala Besar )
Allah Ta'ala berfirman :
ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Ankabut : 45)
(Baca juga : Mengenal Ummu Hani, Saksi Penting Sejarah Isra Miraj Nabi SAW )
Ibadah salat sangat menjadi perhatian Allah Ta'ala dam Al-Qur'an. Karena itulah salat menjadi salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim dan muslimah. Salat merupakan tiang agama yang wajib ditegakkan dan dikokohkan. Salat adalah sebaik-baik amal.
Begitu pentingnya salat, maka Rasulullah mengajarkan tata caranya. Rasulullah sangat melarang saalat dengan cara seperti burung gagak yang mematuk.
(Baca juga : Bunga Bank Tak Kunjung Turun, Bos LPS Ulik Penyebabnya )
Abu Dawud meriwayatkan :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِبْلٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَقْرَةِ الْغُرَابِ (سنن أبى داود
"Dari Abdurrahman Bin Syibl, ia berkata, Rasulullah melarang patukan burung gagak (dalam shalat). (HR Abu Dawud).
*Maksud salat seperti patukan burung gagak adalah tidak “thuma’ninah” dalam sujud. Caranya dia dalam sujud bagaikan burung gagak mematuk saja. Dahi dan hidung hanya mentutul atau menyentuh tanah sebentar, setelah itu segera di angkat lagi.
(Baca juga: Jabat Mensos dan Wali Kota, ICW: Risma Langgar 2 Undang-Undang )
Salat seperti inilah yang dianggap Rasulullah belum salat sehingga harus diulang lagi. Pernah terjadi di Masjid Nabawi, Rasulullah melihat seorang lelaki yang salat, tetapi Rasulullah menyuruhnya mengulang sampai 3 kali karena masih belum benar. Dalam sejumlah riwayat, kesalahan lelaki itu dijelaskan bahwa penyebabnya adalah karena dia melakukan shalat dengan ringan (“fa-akhoffa sholaatahu”) dan tidak menyempurnakan rukuk-sujudnya.
Salat seperti ini pula yang dikritik oleh sahabat Nabi yang bernama Hudzaifah. Beliau pernah melihat seorang lelaki yang salat tanpa menyempurnakan rukuk dan sujud.
"Meskipun dia sudah shalat selama 40 tahun, tapi jika seperti itu cara shalatnya, maka dia belum dianggap salat sama sekali."
(Baca juga: Aksi Pencurian Ponsel dan Laptop di Restoran Gajah Mada Terekam CCTV )
Ahmad meriwayatkan :
عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ قَالَ دَخَلَ حُذَيْفَةُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَجُلٌ يُصَلِّي مِمَّا يَلِي أَبْوَابَ كِنْدَةَ فَجَعَلَ لَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَلَا السُّجُودَ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مُنْذُ كَمْ هَذِهِ صَلَاتُكَ قَالَ مُنْذُ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ فَقَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مَا صَلَّيْتَ مِنْ أَرْبَعِينَ سَنَةً وَلَوْ مُتَّ وَهَذِهِ صَلَاتُكَ لَمُتَّ عَلَى غَيْرِ الْفِطْرَةِ الَّتِي فُطِرَ عَلَيْهَا مُحَمَّدٌ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ قَالَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ يُعَلِّمُهُ فَقَالَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيُخَفِّفُ فِي صَلَاتِهِ وَإِنَّهُ لَيُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ (مسند أحمد
“Dari Zaid bin Wahab, ia berkata, ‘Hudzaifah masuk ke dalam masjid. Ternyata di sana ada seorang lelaki yang sedang salat di dekat pintu Kindah. Orang itu tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Ketika selesai, Hudzaifah bertanya kepadanya, ‘Sejak kapan salatmu seperti ini ?’* Dia menjawab, ‘Sejak 40 tahun’.
(Baca juga: Catat! Jadwal Operasional Bank Saat Libur Natal & Tahun baru )
Maka Hudzaifah berkata kepadanya, "Kamu belum pernah salat selama 40 tahun. Kalau kamu mati dan salatmu seperti ini, maka kamu mati dalam keadaan tidak sesuai fitrah Nabi Muhammad’. Kemudian Hudzaifah mengajarinya dan berkata, ‘Orang itu bisa saja meringankan salatnya, tetapi dia tetap menyempurnakan rukuk dan sujudnya." (HR. Ahmad).
Wallahu 'Alam
Salat juga menjadi amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Salat merupakan hubungan antara hamba dengan Rabb-Nya yang wajib dilaksanakan lima waktu sehari semalam , sesuai petunjuk Rasulullah sebagai sabda beliau:
“Salatlah, sebagaimana kalian melihat aku salat.” (HR Bukhari).
(Baca juga: Sepuluh Macam Siksaan di Akhirat Bagi Perempuan )
Artinya salat itu tidak hanya sekadar salat. Tidal asal salat. Salat itu harus “thuma’ninah” atau tenang. Dilarang tergesa-gesa. Tidak boleh salat dengan cepat seperti burung pelatuk saat mematuk. “Thuma’ninah” itu wajib karena termasuk rukun salat. Tidak sah salat yang dilakukan dengan tidak “thuma’ninah”.
Jangan sampai salat seperti patukan burung gagak atau patukan ayam. Salat yang tenang akan membawa kebaikan secara ruhani. Jiwa akan merasa tenang karena merasa menghadap kepada Sang Khalik, raja dari segala raja. Salat yang benar akan menjadi seorang muslim dan mukmin baik akhlaknya.
(Baca juga: Kekhususan Mendidik Anak Perempuan, Allah Ganjar dengan Pahala Besar )
Allah Ta'ala berfirman :
ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Ankabut : 45)
(Baca juga : Mengenal Ummu Hani, Saksi Penting Sejarah Isra Miraj Nabi SAW )
Ibadah salat sangat menjadi perhatian Allah Ta'ala dam Al-Qur'an. Karena itulah salat menjadi salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim dan muslimah. Salat merupakan tiang agama yang wajib ditegakkan dan dikokohkan. Salat adalah sebaik-baik amal.
Begitu pentingnya salat, maka Rasulullah mengajarkan tata caranya. Rasulullah sangat melarang saalat dengan cara seperti burung gagak yang mematuk.
(Baca juga : Bunga Bank Tak Kunjung Turun, Bos LPS Ulik Penyebabnya )
Abu Dawud meriwayatkan :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِبْلٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَقْرَةِ الْغُرَابِ (سنن أبى داود
"Dari Abdurrahman Bin Syibl, ia berkata, Rasulullah melarang patukan burung gagak (dalam shalat). (HR Abu Dawud).
*Maksud salat seperti patukan burung gagak adalah tidak “thuma’ninah” dalam sujud. Caranya dia dalam sujud bagaikan burung gagak mematuk saja. Dahi dan hidung hanya mentutul atau menyentuh tanah sebentar, setelah itu segera di angkat lagi.
(Baca juga: Jabat Mensos dan Wali Kota, ICW: Risma Langgar 2 Undang-Undang )
Salat seperti inilah yang dianggap Rasulullah belum salat sehingga harus diulang lagi. Pernah terjadi di Masjid Nabawi, Rasulullah melihat seorang lelaki yang salat, tetapi Rasulullah menyuruhnya mengulang sampai 3 kali karena masih belum benar. Dalam sejumlah riwayat, kesalahan lelaki itu dijelaskan bahwa penyebabnya adalah karena dia melakukan shalat dengan ringan (“fa-akhoffa sholaatahu”) dan tidak menyempurnakan rukuk-sujudnya.
Salat seperti ini pula yang dikritik oleh sahabat Nabi yang bernama Hudzaifah. Beliau pernah melihat seorang lelaki yang salat tanpa menyempurnakan rukuk dan sujud.
"Meskipun dia sudah shalat selama 40 tahun, tapi jika seperti itu cara shalatnya, maka dia belum dianggap salat sama sekali."
(Baca juga: Aksi Pencurian Ponsel dan Laptop di Restoran Gajah Mada Terekam CCTV )
Ahmad meriwayatkan :
عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ قَالَ دَخَلَ حُذَيْفَةُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَجُلٌ يُصَلِّي مِمَّا يَلِي أَبْوَابَ كِنْدَةَ فَجَعَلَ لَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَلَا السُّجُودَ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مُنْذُ كَمْ هَذِهِ صَلَاتُكَ قَالَ مُنْذُ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ فَقَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مَا صَلَّيْتَ مِنْ أَرْبَعِينَ سَنَةً وَلَوْ مُتَّ وَهَذِهِ صَلَاتُكَ لَمُتَّ عَلَى غَيْرِ الْفِطْرَةِ الَّتِي فُطِرَ عَلَيْهَا مُحَمَّدٌ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ قَالَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ يُعَلِّمُهُ فَقَالَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيُخَفِّفُ فِي صَلَاتِهِ وَإِنَّهُ لَيُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ (مسند أحمد
“Dari Zaid bin Wahab, ia berkata, ‘Hudzaifah masuk ke dalam masjid. Ternyata di sana ada seorang lelaki yang sedang salat di dekat pintu Kindah. Orang itu tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Ketika selesai, Hudzaifah bertanya kepadanya, ‘Sejak kapan salatmu seperti ini ?’* Dia menjawab, ‘Sejak 40 tahun’.
(Baca juga: Catat! Jadwal Operasional Bank Saat Libur Natal & Tahun baru )
Maka Hudzaifah berkata kepadanya, "Kamu belum pernah salat selama 40 tahun. Kalau kamu mati dan salatmu seperti ini, maka kamu mati dalam keadaan tidak sesuai fitrah Nabi Muhammad’. Kemudian Hudzaifah mengajarinya dan berkata, ‘Orang itu bisa saja meringankan salatnya, tetapi dia tetap menyempurnakan rukuk dan sujudnya." (HR. Ahmad).
Wallahu 'Alam
(wid)