Kemaksiatan Hati: Cinta Dunia, Biang Semua Kesalahan

Kamis, 14 Mei 2020 - 17:10 WIB
"Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya." (QS al-Qashas: 60)

Cinta dunia itu berbentuk cinta harta kekayaan, cinta kehormatan dan kedudukan, dengan disertai rasa tamak untuk memperoleh dua jenis kehidupan dunia itu, sehingga orang yang hendak mencarinya mengorbankan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kehidupannya asal dapat mencapai apa yang diidam-idamkannya, sehingga agama dan imannya hilang dari dirinya. Dalam sebuah hadits disebutkan:

"Dua ekor serigala yang lapar, kemudian dilepaskan di tengah kawanan kambing, kerusakan yang ditimbulkannya tidak separah kerusakan yang menimpa keagamaan seseorang akibat ketamakannya dalam mencari kekayaan dan kehormatan."

Hadis tersebut diriwayatkan Ahmad dari Ka'ab bin Malik, 3: 456, 460; dan diriwayatkan oleh Tirmidzi az-Zuhd. Dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih (2377); al-Manawi menukilnya dalam al-Faidh dari al-Mundziri yang mengatakan bahwa Isnad hadits ini hasan (5:446)

Ketamakan memang diperlukan oleh manusia, tetapi dalam kadar yang wajar. Kalau ketamakan sudah tidak terkendalikan, dan anginnya berhembus, kemudian hawa nafsunya juga sudah tidak terkendali, maka ia akan menimbulkan kerusakan; sebagaimana yang dilakukan oleh dua ekor serigala yang sedang lapar kemudian berjumpa dengan seekor kambing yang hilang dari tuannya.

Kerusakan itu disebabkan oleh adanya rasa tamak yang menyebabkan kesombongan dan kerusakan yang sangat dicela oleh agama itu. Allah SWT berfirman:

تِلْكَ ٱلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS al-Qashas: 83)

Di antara tanda-tanda cinta dunia adalah ketamakan terhadap kedudukan, kerakusan terhadap kepemimpinan, dan senang menampakkan diri, padahal ia dapat menghancurkan kehidupan.

Nabi saw sangat mengkhawatirkan keadaan ini pada umatnya, dan bersabda, "Sesungguhnya kamu kelak akan tamak kepada kepemimpinan, padahal ia akan menyebabkan penyesalan dan kerugian kelak pada hari kiamat. Maka alangkah bahagianya orang yang menyusui dan betapa ruginya orang yang disapih." (HR Bukhari dan Nasa'i dari Abu Hurairah r.a.(Sahih al-Jami,as-Shaghir, 2304)

Nabi saw menyamakan antara manfaat yang diperoleh melalui kepemimpinan dan orang yang menyusui, serta menyamakan orang yang disapih dengan pemimpin yang sudah lepas dari jabatannya, karena mati atau dicopot.

Kepemimpinan itu memang mendatangkan manfaat dan kenikmatan tetapi cepat sekali menghilang, dan akan berakhir dengan kerugian. Oleh karena itu, orang yang berakal tidak akan tamak terhadap kenikmatan yang sifatnya sementara, yang banyak menimbulkan kerugian.

Putus Asa

Di antara kemaksiatan hati yang dianggap besar ialah rasa putus asa dari rahmat Allah SWT.

وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ

"... dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS Yusuf 87)

قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِۦٓ إِلَّا ٱلضَّآلُّونَ

"Ibrahim berkata, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS al-Hijr: 56)

Termasuk dalam kemaksiatan hati yang besar juga ialah merasa aman dan azab Allah SWT. Allah SWT berfirman:

أَفَأَمِنُوا۟ مَكْرَ ٱللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat timbangannya, dan disenangi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Maha Pengasih yaitu, Subhanallah wa Bihamdihi Subhaanallaahil Azhim (Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung).

(HR. Muslim No. 4860)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More