Mudir Ali Sabri: Laki-laki dan Guru

Jum'at, 15 Januari 2021 - 16:18 WIB
Ilustrasi/Ist
Seorang tukang bangunan ditugaskan oleh orang yang baik untuk membangun dan menyiapkan sebuah rumah yang akan diberikan kepada yang membutuhkan.

Tukang tersebut mulai bekerja; tetapi ia segera dikerumuni banyak orang. Sebagian dari mereka ingin belajar bagaimana membangun rumah. Dari mereka ini, hanya beberapa saja yang memiliki kemampuan. Sebagian lagi memprotesnya, berkata:

"Engkau memilih orang-orang yang kau sukai. " Lainnya mencacinya, "Engkau membangun rumah ini hanya untuk dirimu sendiri."

Tukang tersebut berkata kepada mereka, 'Aku tidak dapat mengajar setiap orang. Dan aku membangun rumah ini untuk mereka yang membutuhkan."

Mereka menjawab, "Engkau cuma beralasan setelah didakwa, dan sekadar menjawab saja."

Katanya, "Tetapi bagaimana jika benar? Apakah masih disebut kebohongan?"

Mereka berkata, "Ini tidak masuk akal; kita tidak akan mendengarkan."

Tukang tersebut melanjutkan pekerjaannya. Beberapa pembantunya menjadi begitu dekat dengan rumah tersebut, dan untuk kebaikan mereka sendiri, mereka diusirnya. Si pengumpat berteriak:

"Sekarang ia mulai menunjukkan warna aslinya. Lihat apa yang ia lakukan terhadap teman-temannya: diusirnya!"

Salah satu dari teman sang tukang menjelaskan, "Ia melakukan ini untuk alasan-alasan tertentu. Ini demi kebaikan orang lain."

"Lalu mengapa ia tidak berbicara untuk dirinya sendiri, menjelaskannya secara rinci kepada kita semua?" mereka berteriak.

Tukang batu, mengorbankan waktunya yang dibutuhkan untuk membangun, menghampiri mereka dan mengatakan:

"Aku ke sini untuk menjelaskan kepadamu apa yang aku lakukan dan mengapa."

Tiba-tiba mereka berteriak, "Lihat, setelah tahu orang sewaannya tidak dapat meyakinkan kita, ia datang sendiri, mencoba menipu kita! Jangan dengarkan ia."

Si tukang kembali melanjutkan pekerjaannya, sementara yang lain berseru di belakangnya:

"Lihat bagaimana ia menyelinap pergi ... ia tidak dapat membingungkan kita, karena kita orang-orang yang berpikiran jernih."

Salah seorang, yang memiliki pemikiran lebih adil daripada yang lain, berkata:

"Tidak dapatkah kita sedikit menyesuaikan dalam masalah ini; barangkali ia benar-benar mencoba melakukan sesuatu yang baik. Di lain pihak, jika tidak, barangkali kita dapat menentukan situasi ini berdasar kenyataan, bukan pendapat."

Beberapa orang setuju, kendati kebanyakan menolak. Sebagian besar ini terbagi diantara mereka yang berpikir bahwa orang yang berpikiran jernih ada dalam pembayaran tukang, dan mereka yang berpikir bahwa ia kurang intelek.

Sebagian kemudian mendekati tukang batu dan berkata:
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?  Para sahabat menjawab: Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.

(HR. Muslim No. 4678)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More