Kisah Sahabat yang Disuruh Rasulullah Menikah
Jum'at, 15 Januari 2021 - 17:01 WIB
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dikenal sebagai sosok yang sangat penyayang dan penuh perhatian . Tak terkecuali kepada para shahabat yang juga menjadi asistennya yang membantu meringankan kesibukan .Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebagai seorang pimpinan agama dan negara . Di antara pembantunya itu, adalah Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu ‘anhu.
Tentang Rabi'ah, Rasulullah sangat memperhatikan kehidupannya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Rabi’ah bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu pernah bercerita:
Aku adalah seorang yang membantu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau berkata padaku, “Wahai Rabi’ah, apakah kau tidak ingin menikah ?”
“Demi Allah, wahai Rasulullah, aku belum ingin menikah. Aku tak punya sesuatu yang bisa menanggung seorang wanita. Selain itu, aku tak ingin ada hal yang membuatku sibuk dari melayanimu.”, jawabku.
Baca Juga: Ketika Menikah Tanpa Restu Orang Tua
Kemudian Rasulullah pun berlalu. Aku kembali melayani beliau seperti biasa.
Pada kesempatan berikutnya, beliau bertanya untuk kali kedua, “Wahai Rabi’ah, apakah kau tidak ingin menikah?”
“Aku belum ingin menikah. Aku tak punya sesuatu yang bisa menanggung seorang wanita. Selain itu, aku tak ingin ada sesuatu yang membuatku sibuk dari melayanimu.”, jawabku. Rabi’ah belum mengubah pendiriannya.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun berlalu. Kali ini aku merenungi diriku. “Demi Allah, sungguh Rasulullah tahu sesuatu yang terbaik untuk kehidupan duniaku dan akhiratku. Dia lebih tahu dari diriku. Demi Allah. seandainya ia kembali bertanya tentang menikah, akan kukatakan kepadanya, ‘Iya Rasulullah, perintahkanlah aku dengan sesuatu yang engkau kehendaki’.” Gumam Rabi’ah.
Kemudian Rasulullah kembali bertanya, “Wahai Rabi’ah, apakah kau tidak ingin menikah?”
“Tentu mau, perintahkan aku dengan apa yang Anda kehendaki”, jawabku.
Beliau memerintahkan, “Pergilah ke keluarga Fulan. Suatu kampung dari kalangan Anshar.” Mereka lambat menunaikan perintah Nabi SAW. “Katakan pada mereka, Rasulullah mengutusku kepada kalian. Dia memerintahkan agar kalian menikahkanku dengan Fulanah -salah seorang wanita dari kalangan mereka-.”
Aku pun pergi. Dan kusampaikan kepada mereka bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengutusku kepada kalian. Beliau memerintahkan agar kalian menikahkanku dengan Fulanah. Mereka menjawab, “Selamat datang kepada Rasulullah dan utusannya Rasulullah. Demi Allah, utusannya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak akan pulang kecuali keperluannya telah terpenuhi.”
Mereka menikahkanku dan bersikap lemah lembut terhadapku. Mereka sama sekali tidak minta penjelasan padaku. Kemudian aku kembali menemui Rasulullah dalam keadaan haru. Beliau bertanya, “Apa yang terjadi padamu wahai Rabi’ah?”
“Wahai Rasulullah, aku menemui suatu kaum yang mulia. Mereka menikahkanku, memuliakanku, dan bersikap baik kepadaku. Mereka sama sekali tidak meminta bukti. Hanya sayangnya, aku tidak memiliki mas kawin.”, jawabku.
Rasulullah berkata, “Wahai Buraidah al-Aslami, kumpulkan untuknya sebiji emas.”
Tentang Rabi'ah, Rasulullah sangat memperhatikan kehidupannya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Rabi’ah bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu pernah bercerita:
Aku adalah seorang yang membantu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau berkata padaku, “Wahai Rabi’ah, apakah kau tidak ingin menikah ?”
Baca Juga
“Demi Allah, wahai Rasulullah, aku belum ingin menikah. Aku tak punya sesuatu yang bisa menanggung seorang wanita. Selain itu, aku tak ingin ada hal yang membuatku sibuk dari melayanimu.”, jawabku.
Baca Juga: Ketika Menikah Tanpa Restu Orang Tua
Kemudian Rasulullah pun berlalu. Aku kembali melayani beliau seperti biasa.
Pada kesempatan berikutnya, beliau bertanya untuk kali kedua, “Wahai Rabi’ah, apakah kau tidak ingin menikah?”
“Aku belum ingin menikah. Aku tak punya sesuatu yang bisa menanggung seorang wanita. Selain itu, aku tak ingin ada sesuatu yang membuatku sibuk dari melayanimu.”, jawabku. Rabi’ah belum mengubah pendiriannya.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun berlalu. Kali ini aku merenungi diriku. “Demi Allah, sungguh Rasulullah tahu sesuatu yang terbaik untuk kehidupan duniaku dan akhiratku. Dia lebih tahu dari diriku. Demi Allah. seandainya ia kembali bertanya tentang menikah, akan kukatakan kepadanya, ‘Iya Rasulullah, perintahkanlah aku dengan sesuatu yang engkau kehendaki’.” Gumam Rabi’ah.
Kemudian Rasulullah kembali bertanya, “Wahai Rabi’ah, apakah kau tidak ingin menikah?”
“Tentu mau, perintahkan aku dengan apa yang Anda kehendaki”, jawabku.
Beliau memerintahkan, “Pergilah ke keluarga Fulan. Suatu kampung dari kalangan Anshar.” Mereka lambat menunaikan perintah Nabi SAW. “Katakan pada mereka, Rasulullah mengutusku kepada kalian. Dia memerintahkan agar kalian menikahkanku dengan Fulanah -salah seorang wanita dari kalangan mereka-.”
Aku pun pergi. Dan kusampaikan kepada mereka bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengutusku kepada kalian. Beliau memerintahkan agar kalian menikahkanku dengan Fulanah. Mereka menjawab, “Selamat datang kepada Rasulullah dan utusannya Rasulullah. Demi Allah, utusannya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak akan pulang kecuali keperluannya telah terpenuhi.”
Mereka menikahkanku dan bersikap lemah lembut terhadapku. Mereka sama sekali tidak minta penjelasan padaku. Kemudian aku kembali menemui Rasulullah dalam keadaan haru. Beliau bertanya, “Apa yang terjadi padamu wahai Rabi’ah?”
“Wahai Rasulullah, aku menemui suatu kaum yang mulia. Mereka menikahkanku, memuliakanku, dan bersikap baik kepadaku. Mereka sama sekali tidak meminta bukti. Hanya sayangnya, aku tidak memiliki mas kawin.”, jawabku.
Rasulullah berkata, “Wahai Buraidah al-Aslami, kumpulkan untuknya sebiji emas.”
Baca Juga