Tingkatan Iman Manusia, Di Mana Posisi Kita?

Selasa, 19 Januari 2021 - 08:53 WIB
5. Iman Hakikat

Seseorang pada tingkatan iman ini hanya melihat Allah bahkan dirinya pun tak terlihat. Dirinya bahkan merasa lenyap karena Allah dan dimabuk oleh cinta kepada-Nya. Layaknya tenggelam dalam lautan dan tidak melihat adanya pantai sama sekali. Keimanan ini berada pada tingkat maqam fana.



Keimanan pada tingkat pertama dan kedua bisa dicapai oleh seseorang melalui pencarian dalil dan mempelajari sifat-sifat Allah. Namun, tingkatan keimanan ketiga, keempat, dan kelima merupakan keimanan yang dikhususkan oleh Allah untuk seseorang yang dia kehendaki.

"Seseorang wajib berada di dua level pertama. Sedangkan tiga level setelah itu adalah ilmu rabbani (anugerah ilahi) yang Allah berikan secara khusus kepada sejumlah hamba-Nya yang dikehendaki."

Semua keimanan tersebut memiliki derajat yang berbeda di hadapan Allah. Sejatinya sebagai seorang hamba-Nya tidak pantas apabila kita menilai keimanan orang lain. Ada baiknya apabila kita fokus untuk meningkatkan iman kita sendiri.



Tak hanya terdapat lima tingkatan iman tersebut, karena menurut Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam-nya terdapat 6 tingkatan keimanan yaitu penambahan iman di tingkat maqam baqa. Pada tingkatan keenam ini dianggap lebih sempurna karena selain menjaga hubungan dengan Allah, juga tetap menjaga hubungan antara alam, manusia, dan hewan. Seseorang juga memandang dua entitas yang berbeda yaitu Allah sebagai ujud hakiki dan makhluk-Nya sebagai ujud majazi.

Dalam kutipan Al-Hikam seperti dinukil NU Online, menunjukkan tingkat keimanan maqam baqa.

"Sahabat Abu Bakar al-Siddiq Radhiyallahu'anhu memerintahkan Aisyah Radhiyallahu'anha ketika turun ayat pembebasannya dari fitnah melalui lisan Rasulullah, 'Wahai 'Aisyah, sampaikan ucapan terima kasih kepada Rasulullah!' "Demi Allah, aku tidak akan berterima kasih kecuali kepada Allah," jawab Aisyah.



Sahabat Abu Bakar al-Siddiq lalu menunjukinya dengan maqam yang lebih sempurna, yaitu maqam baqa yang menuntut ketetapan eksistensi ciptaan-Nya.

Allah berfirman,

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِ‌ۚ حَمَلَتۡهُ اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ

"Bersyukurlah kepada-Ku dan bersyukurlah kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku tempat kembali," (QS.Luqman: 14).

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak dianggap bersyukur kepada Allah kalau tidak berterima kasih kepada orang lain."



Tentu saja ketika itu Siti Aisyah sedang tercabut dari penglihatannya dan lenyap dari ciptaan-Nya sehingga ia hanya menyaksikan Allah yang maha esa dan maha perkasa."

Wallahu A'lam.
(wid)
Halaman :
Follow
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More