Bahayanya Pujian, Ini 6 Penyakit yang Ditimbulkannya
Senin, 25 Januari 2021 - 18:27 WIB
Setiap manusia membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi . Salah satu bentuk interaksi sosial ini adalah dengan berbincang-bincang. Ketika berbincang, tak jarang pula memuji seseorang karena merasa kagum baik karena cara bicaranya, perilakunya, kepintarannya maupun keindahan. Selain karena kagum, keluarnya pujian-pujian bertujuan untuk membahagiakan lawan bicara.
Pujian seseorang kepada orang lain biasanya disampaikan dengan kata-kata manis . Ada yang betul-betul ikhlas memberikannya karena seseorang itu layak dipuji, namun ada pula dicampuri dengan pamrih tertentu. Pamrih inilah, umumnya berkonotasi negatif , yang sesungguhnya yang amat berbahaya.
Namun, apakah dalam Islam memuji merupakan hal yang diperbolehkan? Ada sebuah riwayat dari Abu Bakar radhiyallahu'anhu, ia menceritakan bahwa ada seorang pria yang disebutkan di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang hadirin memuji orang tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,
ويحك قطعت عنق صاحبك، (يقوله مراراً)، إن كان أحدكم مادحاً لا محالة، فليقل: أحسِبَ كذا وكذا- إن كان يرى أنه كذلك – وحسيبه الله، ولا يزكي على الله أحداً
“Celaka engkau, engkau telah memotong leher temanmu (berulang kali beliau mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang di antara kalian terpaksa/harus memuji, maka ucapkanlah, ”’Saya kira si fulan demikian kondisinya.” -Jika dia menganggapnya demikian-. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah dan janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah.” (Shahih Bukhari)
Dari hadis ini, Rasulullah pada dasarnya sangat melarang umatnya untuk memuji orang lain, terlebih di hadapan orang tersebut secara langsung. Perbuatan memuji orang lain berdampak mencelakakan saudaranya sendiri. Dalam hadis di atas dapat disimpulkan jikalau ada kebaikan dan kelebihan pada diri seseorang lebih baik kita memuji Allah, karena Allah-lah yang membuat orang tersebut terlihat hebat.
Bahkan dalam suatu riwayat hadis lain Imam Bukhari dan Imam Muslim dikisahkan suatu ketika ada sahabat yang memuji salah satu gubernur, kemudian Rasulullah memerintahkan untuk menyiramkan pasir ke wajahnya.
Imam Al-Ghazali menyebutkan tentang bahayanya memuji ini. Ia berkata pujian itu bisa mendatangkan enam penyakit : empat kepada pemujinya, dan dua kepada yang dipuji. Penyakit apa saja itu?
Bahaya bagi yang memberi pujian, antara lain:
1.Orang yang memberi pujian cenderung berlebihan dalam memuji, hingga berbohong. Apalagi jika ada maunya.
2.Sering terjadi, orang yang memuji tidak tahu betul tentang orang orang yang dipujinya sehingga timbul pujian pujian semu.
3.Orang yang memuji belum tentu menyenangi orang yang dipujinya. Dia hanya menunjukkan senang sesaat dan ada maksud atau harapan tertentu. Akibatnya bisa jatuh pada kemunafikan.
4.Bisa jadi yang dipuji itu sebenarnya adalah orang zhalim atau orang fasik dan ini dilarang. Sebab jika orang zhalim atau orang fasik dipuji maka yang memuji telah ikut mendorongnya untuk meneruskan kezhaliman dan kefasikannya.
Bahaya bagi yang menerima pujian
1.Bisa mendatangkan ujub dan sombong bagi yang dipuji.
Pujian seseorang kepada orang lain biasanya disampaikan dengan kata-kata manis . Ada yang betul-betul ikhlas memberikannya karena seseorang itu layak dipuji, namun ada pula dicampuri dengan pamrih tertentu. Pamrih inilah, umumnya berkonotasi negatif , yang sesungguhnya yang amat berbahaya.
Namun, apakah dalam Islam memuji merupakan hal yang diperbolehkan? Ada sebuah riwayat dari Abu Bakar radhiyallahu'anhu, ia menceritakan bahwa ada seorang pria yang disebutkan di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang hadirin memuji orang tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,
ويحك قطعت عنق صاحبك، (يقوله مراراً)، إن كان أحدكم مادحاً لا محالة، فليقل: أحسِبَ كذا وكذا- إن كان يرى أنه كذلك – وحسيبه الله، ولا يزكي على الله أحداً
“Celaka engkau, engkau telah memotong leher temanmu (berulang kali beliau mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang di antara kalian terpaksa/harus memuji, maka ucapkanlah, ”’Saya kira si fulan demikian kondisinya.” -Jika dia menganggapnya demikian-. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah dan janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah.” (Shahih Bukhari)
Dari hadis ini, Rasulullah pada dasarnya sangat melarang umatnya untuk memuji orang lain, terlebih di hadapan orang tersebut secara langsung. Perbuatan memuji orang lain berdampak mencelakakan saudaranya sendiri. Dalam hadis di atas dapat disimpulkan jikalau ada kebaikan dan kelebihan pada diri seseorang lebih baik kita memuji Allah, karena Allah-lah yang membuat orang tersebut terlihat hebat.
Bahkan dalam suatu riwayat hadis lain Imam Bukhari dan Imam Muslim dikisahkan suatu ketika ada sahabat yang memuji salah satu gubernur, kemudian Rasulullah memerintahkan untuk menyiramkan pasir ke wajahnya.
Imam Al-Ghazali menyebutkan tentang bahayanya memuji ini. Ia berkata pujian itu bisa mendatangkan enam penyakit : empat kepada pemujinya, dan dua kepada yang dipuji. Penyakit apa saja itu?
Bahaya bagi yang memberi pujian, antara lain:
1.Orang yang memberi pujian cenderung berlebihan dalam memuji, hingga berbohong. Apalagi jika ada maunya.
2.Sering terjadi, orang yang memuji tidak tahu betul tentang orang orang yang dipujinya sehingga timbul pujian pujian semu.
3.Orang yang memuji belum tentu menyenangi orang yang dipujinya. Dia hanya menunjukkan senang sesaat dan ada maksud atau harapan tertentu. Akibatnya bisa jatuh pada kemunafikan.
4.Bisa jadi yang dipuji itu sebenarnya adalah orang zhalim atau orang fasik dan ini dilarang. Sebab jika orang zhalim atau orang fasik dipuji maka yang memuji telah ikut mendorongnya untuk meneruskan kezhaliman dan kefasikannya.
Bahaya bagi yang menerima pujian
1.Bisa mendatangkan ujub dan sombong bagi yang dipuji.