Berikut Ini Hal-hal yang Menyebabkan Su'ul Khatimah
Rabu, 17 Februari 2021 - 05:00 WIB
Abu Hazim menjawab, “Awas! Jangan sampai Allah melihatmu pada saat Ia melarangmu atau Ia luput darimu pada saat Ia memerintahkanmu.”
Shiddiq Hasan Khan menukil pandangan al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin bahwa su'ul khatimah ada dua tingkatan, dan salah satunya lebih besar dari yang lain.
Tingkatan yang sangat besar adalah bila yang mendominasi hati pada saat sakaratul maut adalah syak (keraguan) atau pengingkaran, sehingga apabila seseorang wafat dalam kondisi seperti itu maka selamanya ia akan terhijab dari Allah.
Hal ini akan membuatnya jauh dari rahmat Allah dan memperoleh azab yang abadi.
Kedua, yang setingkat di bawahnya, yaitu bila yang mendominasi hatinya adalah cinta pada dunia sehingga hal itu memenuhi ruangan dalam hatinya dan tidak menyisakan tempat untuk yang lain. Bila rohnya melayang dalam kondisi seperti itu, maka itu sangat membahayakan, sebab seseorang mai tergantung atas kebiasaannya selama ia hidup.
Pada saat itu kerugian yang dideritanya sangat besar. Kecuali memang jika akar iman dan cinta kepada Allah telah tertanam di dalam hai cukup lama dan diperkuat oleh amal saleh, maka hal itu dapa menghapus kondisi seperti di atas.
Selanjunya bila kualitas imannya lebih rendah , maka ia masuk neraka dalam waktu lama.
Bila iman itu sebesar biji sawi, maka ia pasi akan keluar dari neraka walaupun setelah beribu-ribu tahun.
Selanjutnya, setiap yang meyakini Allah berikut sifat-sifat dan perbuatanNya dengan keliru, baik karena taklid aau dengan pikiran sendiri, maka ia berada dalam bahaya, dan zuhud serta kesalehan sekalipun tidak dapat menolah bahaya ini. Bahkan ia tidak akan selamat kecuali dengan akidah yang benar sesuai Al-Quraan dan Sunnah.
Shiddiq Hasan Khan menukil pandangan al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin bahwa su'ul khatimah ada dua tingkatan, dan salah satunya lebih besar dari yang lain.
Tingkatan yang sangat besar adalah bila yang mendominasi hati pada saat sakaratul maut adalah syak (keraguan) atau pengingkaran, sehingga apabila seseorang wafat dalam kondisi seperti itu maka selamanya ia akan terhijab dari Allah.
Hal ini akan membuatnya jauh dari rahmat Allah dan memperoleh azab yang abadi.
Kedua, yang setingkat di bawahnya, yaitu bila yang mendominasi hatinya adalah cinta pada dunia sehingga hal itu memenuhi ruangan dalam hatinya dan tidak menyisakan tempat untuk yang lain. Bila rohnya melayang dalam kondisi seperti itu, maka itu sangat membahayakan, sebab seseorang mai tergantung atas kebiasaannya selama ia hidup.
Pada saat itu kerugian yang dideritanya sangat besar. Kecuali memang jika akar iman dan cinta kepada Allah telah tertanam di dalam hai cukup lama dan diperkuat oleh amal saleh, maka hal itu dapa menghapus kondisi seperti di atas.
Selanjunya bila kualitas imannya lebih rendah , maka ia masuk neraka dalam waktu lama.
Bila iman itu sebesar biji sawi, maka ia pasi akan keluar dari neraka walaupun setelah beribu-ribu tahun.
Selanjutnya, setiap yang meyakini Allah berikut sifat-sifat dan perbuatanNya dengan keliru, baik karena taklid aau dengan pikiran sendiri, maka ia berada dalam bahaya, dan zuhud serta kesalehan sekalipun tidak dapat menolah bahaya ini. Bahkan ia tidak akan selamat kecuali dengan akidah yang benar sesuai Al-Quraan dan Sunnah.
(mhy)