Bau Busuk dan Angkernya Kuburan Abu Lahab, Paman Sekaligus Musuh Nabi SAW
Senin, 01 Maret 2021 - 05:00 WIB
ABU Lahab memang busuk. Ia adalah penghalang utama dakwah Rasulullah SAW . Paman Nabi ini mati secara mengenaskan. Sebelum mati, ia menderita sakit parah dengan menebarkan aroma busuk sehingga tak ada yang sudi mendekatinya. Aroma busuk kian menusuk ketika dia mati. Berhari-hari mayatnya tak dikubur karena tak ada yang tahan dengan baunya.
Mayat Abu Lahab akhirnya dilempari batu oleh sanak keluarganya dari kejauhan sampai terkubur oleh batu kerikil itu. Lalu, bagaimana kondisi kuburan orang yang diabadikan namanya dalam Al-Quran itu?
Belum lama ini kanal YouTube Alman Mulyana menayangkan kuburan dedengkot kafir Quraisy itu. Kuburan Abu Lahab di berada puncak gunung yang di kemudian hari dinamakan Jabal Abu Lahab atau Gunung Abu Lahab .
Gunung yang menyimpan jasad Abu Lahab itu tidak jauh dari Masjidil Haram . Sekitar 3-4 km. Dari atas gunung yang sudah diratakan dan di sekelilingnya banyak berdiri bangunan itu, terlihat kesibukan kota. Mobil lalu lalang dan gedung-gudung yang berjajar.
Abu Lahab cukup kaya. Lokasi kuburannya itu adalah rumah keduanya. Rumah satunya lagi ada di kompleks Masjidil Haram.
Alman Mulyana menceritakan, untuk mencapai kuburan Abu Lahab butuh tenaga ekstra karena mesti jalan kaki melalui gang-gang permukiman yang sunyi. Di situ banyak rumah tua tanpa penghuni alias kosong. "Serem," kata Alman Mulyana.
Permukiman ini dinamakan kampung Abu Lahab. Tak tampak lalu lalang atau anak-anak yang sedang bermain laiknya sebuah permukiman di sana. Di salah satu rumah bau bangkai menyeruak. "Serem banget di sini," tambah Alman. Dia pun batuk-batuk, seperti tersedak karena menahan bau yang menyengat. "Aura negatif ini," tuturnya. "Aduh, sampai berairan mata saya," tambahnya.
Jalan yang dilalui menanjak laiknya mendaki gunung. Hanya saja, ini adalah perjalanan melalui gang yang sebagian jalannya berupa anak tangga selebar tidak lebih 2 meter.
Alman mendatangi kuburan Abu Lahab bersama dua orang temannya yang sama-sama youtuber asal Indonesia.
Mereka terlihat ngos-ngosan untuk mencapai kuburan sang legendaris itu. Beberapa menit dari rumah kosong berbau busuk tadi, mereka sampai di puncak Gunung Abu Lahab. Puncak gunung itu berpagar besi. "Inilah kuburan Abu Lahab," kata Alman dengan nafas tersengal-sengal.
Jangan berpikir kuburan itu laiknya kuburan di Indonesia yang banyak nisan dengan tuliskan 'penghuninya'. Tidak. Ini adalah tanah kosong berbatu. Ada cekungan di puncak gunung. Dan cekungan itulah yang diperkirakan menyimpan jasad Abu Lahab bersama istrinya. Tak ada tanda sedikitpun yang menggambarkan bahwa itu adalah kuburan.
Bau Busuk
Tentang bau busuk itu mengingatkan kita akan matinya Abu Lahab yang tragis. Mari kita menoleh ke belakang, tatkala Abu Lahab masih segar bugar.
Kala itu kafir Quraisy mengirim 1000 pasukan dalam Perang Badar. Abu Lahab tidak mengikuti pertempuran tersebut. Namun ia menyumbang 4.000 dirham untuk mendukung perang itu. Dia juga meminta seorang temannya, al-Ashi bin Hisyam, untuk menggantikannya di medan perang.
Perang Badar berakhir dengan kekalahan yang memalukan dari pihak musyrikin Quraisy. Sepekan setelah itu, Abu Lahab menderita sakit parah. Dia pun meregang nyawa dan tewas. Konon ia sakit lepra.
Kisah lain menyebut, ketika Abu Sufyan bersama kafilahnya tiba di Makkah dari Perang Badar, Abu Lahab memintanya untuk menceritakan kejadian yang menimpa mereka dan sebab-sebab kekalahan mereka.
Mayat Abu Lahab akhirnya dilempari batu oleh sanak keluarganya dari kejauhan sampai terkubur oleh batu kerikil itu. Lalu, bagaimana kondisi kuburan orang yang diabadikan namanya dalam Al-Quran itu?
Belum lama ini kanal YouTube Alman Mulyana menayangkan kuburan dedengkot kafir Quraisy itu. Kuburan Abu Lahab di berada puncak gunung yang di kemudian hari dinamakan Jabal Abu Lahab atau Gunung Abu Lahab .
Gunung yang menyimpan jasad Abu Lahab itu tidak jauh dari Masjidil Haram . Sekitar 3-4 km. Dari atas gunung yang sudah diratakan dan di sekelilingnya banyak berdiri bangunan itu, terlihat kesibukan kota. Mobil lalu lalang dan gedung-gudung yang berjajar.
Abu Lahab cukup kaya. Lokasi kuburannya itu adalah rumah keduanya. Rumah satunya lagi ada di kompleks Masjidil Haram.
Alman Mulyana menceritakan, untuk mencapai kuburan Abu Lahab butuh tenaga ekstra karena mesti jalan kaki melalui gang-gang permukiman yang sunyi. Di situ banyak rumah tua tanpa penghuni alias kosong. "Serem," kata Alman Mulyana.
Permukiman ini dinamakan kampung Abu Lahab. Tak tampak lalu lalang atau anak-anak yang sedang bermain laiknya sebuah permukiman di sana. Di salah satu rumah bau bangkai menyeruak. "Serem banget di sini," tambah Alman. Dia pun batuk-batuk, seperti tersedak karena menahan bau yang menyengat. "Aura negatif ini," tuturnya. "Aduh, sampai berairan mata saya," tambahnya.
Jalan yang dilalui menanjak laiknya mendaki gunung. Hanya saja, ini adalah perjalanan melalui gang yang sebagian jalannya berupa anak tangga selebar tidak lebih 2 meter.
Alman mendatangi kuburan Abu Lahab bersama dua orang temannya yang sama-sama youtuber asal Indonesia.
Mereka terlihat ngos-ngosan untuk mencapai kuburan sang legendaris itu. Beberapa menit dari rumah kosong berbau busuk tadi, mereka sampai di puncak Gunung Abu Lahab. Puncak gunung itu berpagar besi. "Inilah kuburan Abu Lahab," kata Alman dengan nafas tersengal-sengal.
Jangan berpikir kuburan itu laiknya kuburan di Indonesia yang banyak nisan dengan tuliskan 'penghuninya'. Tidak. Ini adalah tanah kosong berbatu. Ada cekungan di puncak gunung. Dan cekungan itulah yang diperkirakan menyimpan jasad Abu Lahab bersama istrinya. Tak ada tanda sedikitpun yang menggambarkan bahwa itu adalah kuburan.
Bau Busuk
Tentang bau busuk itu mengingatkan kita akan matinya Abu Lahab yang tragis. Mari kita menoleh ke belakang, tatkala Abu Lahab masih segar bugar.
Kala itu kafir Quraisy mengirim 1000 pasukan dalam Perang Badar. Abu Lahab tidak mengikuti pertempuran tersebut. Namun ia menyumbang 4.000 dirham untuk mendukung perang itu. Dia juga meminta seorang temannya, al-Ashi bin Hisyam, untuk menggantikannya di medan perang.
Perang Badar berakhir dengan kekalahan yang memalukan dari pihak musyrikin Quraisy. Sepekan setelah itu, Abu Lahab menderita sakit parah. Dia pun meregang nyawa dan tewas. Konon ia sakit lepra.
Kisah lain menyebut, ketika Abu Sufyan bersama kafilahnya tiba di Makkah dari Perang Badar, Abu Lahab memintanya untuk menceritakan kejadian yang menimpa mereka dan sebab-sebab kekalahan mereka.