Mengapa Harus Belajar Ilmu dan Adab ke Yaman? Ini Alasannya

Selasa, 09 Maret 2021 - 11:25 WIB
Keindahan Kota Tarim, Hadramaut, Yaman. Kota ini dijuluki Negeri Sejuta Wali. Di sana semua wanita yang baligh pasti memakai cadar niqab atau burqa. Foto/Ist
Mengapa harus belajar ilmu dan adab ke Yaman? Yaman adalah negara di Jazirah Arab di Asia Barat Daya, bagian dari Timur Tengah. Orang-orang keturunan Arab di Indonesia sebagian besarnya berasal dari negara ini.

Mengapa harus ke Yaman? Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad, ulama besar Yaman pengarang Ratib Al-Haddad (1634-1720) dalam bukunya Risalatul Muawanah menceritakan keistimewaan Yaman dibanding negeri lain yang ada di dunia.



Diceritakan, Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin al-Imam Ja'far Shadiq, ketika menyaksikan munculnya bid'ah, hawa nafsu dan perbedaan pendapat yang makin menghangat, maka beliau hijrah dari Irak hingga sampai di Hadramaut, salah satu daerah lembah di negeri Yaman. Beliau bermukim di sana hingga wafat.

Mengapa Imam al-Muhajir memilih Hadramaut Yaman sebagai tempat hijrah? Imam Al-Muhajir memilih Hadramaut sebagai tempat hijrahnya, dikarena beberapa faktor, pertama peristiwa hijrahnya Sayyidina Husein dari Madinah ke Kufah, dimana Ibnu Abbas memberikan nasehat kepada Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib ketika hendak berangkat ke Kufah.





Ibnu Abbas menasehati agar beliau pergi ke Yaman karena di negeri itu para penduduknya menyatakan siap untuk mendukung Imam Husein. Sejarah membuktikan bahwa keturunan Imam Husein sampai saat ini mendapat dukungan di sana. Kedua, keistimewaan penduduk Yaman yang banyak disebut dalam Al-Qur'an dan Hadits.

Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas (pemeberian-Nya) lagi Maha mengetahui." (QS Al-Ma'idah Ayat 54)

Dari Jabir, Rasulullah صلى الله عليه وسلم ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab: "Mereka adalah ahlu Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib". Ibnu Jarir meriwayatkan, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan Rasulullah, beliau berkata, "Kaummu wahai Abu Musa, orang-orang Yaman".

Dalam Kitab Fath Al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 Surat Al-Maidah, Umar berkata, "Saya dan kaum saya wahai Rasulullah". Rasul menjawab: "Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya, yakni Abu Musa al-Asy'ari".

Ketika Allah berfirman dalam Surat Al-Hajj ayat 27 yang artinya: "Dan serukanlah kepada umat manusia untuk menunaikan ibadah haji, niscaya mereka akan datang ke (rumah Tuhan) mu dengan berjalan kaki dan dengan menunggang berbagai jenis unta yang kurus, yang datangnya dari berbagai jalan yang jauh."

Ayat ini turun kepada Nabi Ibrahim 'alahissalam, setelah menerima wahyu tersebut beliau pergi menuju Jabal Qubays dan menyeru untuk menunaikan haji. Dan orang pertama yang menjawab dan datang atas seruan Nabi Ibrahim adalah orang-orang yang Allah berfirman dalam Surah al-Nashr ayat 2: "Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan beramai-ramai".



Berkata Shadiq Hasan Khan dalam tafsirnya dari Ikrimah dan Muqatil, "Sesungguhnya yang dimaksud dengan manusia pada ayat itu adalah orang-orang Yaman, mereka berdatangan kepada Rasulullah untuk menjadi kaum mukminin dengan jumlah tujuh ratus orang".

Dari Ibnu Abbas berkata: Nabi صلى الله عليه وسلم ketika berada di Madinah berkata, "Allahu Akbar, Allahu Akbar, telah datang bantuan Allah dan kemenangannya dan telah datang ahlu Yaman."

Para sahabat bertanya: Siapakah ahlu Yaman itu Ya Rasulullah? Rasulullah bersabda: "Suatu kaum yang suci hatinya dan lembut perangainya. Iman ada pada ahlu Yaman, kepahaman (fiqih) ada pada ahlu Yaman dan hikmah ada pada ahli Yaman." (HR Ahmad)

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani telah meriwayatkan suatu hadits dalam kitabnya berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin Math’am dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata, "Wahai ahlu Yaman, kamu mempunyai derajat yang tinggi. Mereka seperti awan dan merekalah sebaik-baiknya manusia di muka bumi."

Dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Suyuthi meriwayatkan hadits dari Salmah bin Nufail, "Sesungguhnya aku menemukan nafas al-Rahman dari sini".Dengan isyarat yang menunjuk ke negeri Yaman. Masih dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Sayuthi meriwayatkan hadits marfu’ dari Amru ibnu Usbah , berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم: "Sebaik-baiknya lelaki, lelaki ahlu Yaman".

Faktor lain yang menjadi pertimbangan Imam Al-Muhajir hijrah ke Yaman dikarenakan masyarakat Yaman mempunyai hati yang suci dan tabiat yang lembut serta bumi yang penuh dengan keberkahan, sehingga Rasulullah memerintahkan hijrah ke negeri Yaman jika telah terjadi fitnah.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Yang pertama kali yang dihisab (dihitung) dari perbuatan seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika sempurna ia beruntung dan jika tidak sempurna, maka Allah Azza wa Jalla berfirman, Lihatlah apakah hamba-Ku mempunyai amalan shalat sunnah? Bila didapati ia memiliki amalan shalat sunnah, maka Dia berfirman Lengkapilah shalat wajibnya yang kurang dengan shalat sunnahnya

(HR. Nasa'i No. 463)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More