Kisah Imam Sufyan Ats-Tsauri Menegur Khalifah, Ini yang Terjadi!
Selasa, 23 Maret 2021 - 22:31 WIB
Imam Sufyan Ats-Tsauri adalah seorang tokoh ulama yang dihormati pada masanya. Beliau bernama lengkap Sufyan bin Sa'id bin Masruq bin Habib bin Rafi' bin Abdillah atau dipanggil Abu Abdillah Ats-Tsauri.
Sufyan Ats-Tsauri lahir di Kufah pada tahun 96 Hijriyah bertepatan tahun 716 M dan wafat di Bashrah pada bulan Sya'ban Tahun 161 Hijriyah (Tahun 778 M). Beliau dikenal sebagai imam dalam bidang hadis dan dinilai setara dengan para imam fikih mazhab yang empat: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal.
Dalam Kitab-Tadzkiratul Auliya karya Fariduddin At-Tar diceritakan kisah Imam Sufyan Ats-Tsauri dan karomahnya yang penuh hikmah dan pelajaran. Kesalehan Sufyan Ats-Tsauri nampak sejak berada di dalam kandungan ibunya.
Suatu hari ibunya sedang berada di atas loteng rumah. Si ibu mengambil beberapa asinan yang sedang dijemur tetangganya di atas atap dan memakannya. Tiba-tiba Sufyan Ats-Tsauri yang masih berada di dalam rahim ibunya itu menyepak sedemikian kerasnya sehingga si ibu mengira bahwa ia keguguran.
Diriwayatkan bahwa yang menjadi khalifah pada masa itu ketika sholat di depan Imam Sufyan Ats-Tsauri memutar-mutar kumisnya. Setelah selesai sholat, Sufyan Ats-Tsauri berseru kepadanya:
"Engkau tidak pantas melakukan sholat seperti itu. Di Padang Mahsyar nanti sholatmu itu akan dilemparkan ke mukamu sebagai sehelai kain lap yang kotor."
"Berbicaralah yang sopan," tegur si khalifah.
"Jika aku enggan melakukan tanggung jawabku ini, semoga kencingku berubah menjadi darah." jawab Sufyan Ats-Tsauri,"
Mendengar kata-kata Sufyan Ats-Tsauri, seketika Khalifah marah dan memerintahkan agar ia dipenjarakan dan dihukum gantung. "Agar tidak ada orang-orang lain yang seberani itu lagi terhadapku," jelas si khalifah.
Suatu hari tiang gantungan disiapkan, Imam Sufyan Ats-Tsauri masih tertidur lelap dengan kepala berada dalam dekapan seorang manusia mulia dan kakinya berada di pangkuan Sofyan bin Uyaina. Kedua manusia mulia itu yang mengetahui bahwa tiang gantungan sedang disiapkan, bersepakat: "Janganlah ia sampai mengetahui hal ini." Tetapi ketika itu juga Sufyan Ats-Tsauri terjaga. "Apa yang sedang terjadi?" tanyanya.
Kedua manusia suci itu terpaksa menjelaskan walau dengan perasaan sedih. "Aku tidak sedemikian mencintai kehidupan ini," kata Sufyan Ats-Tsauri. "Tetapi seorang manusia harus melakukan kewajibannya selama ia berada di atas dunia ini."
Dengan mata berlinang-linang Sufyan Ats-Tsauri berdoa: "Ya Allah, sergaplah mereka seketika ini juga!"
Pada saat itu sang khalifah sedang duduk di atas tahta dikelilingi menteri-menterinya. Tiba-tiba petir menyambar istana dan khalifah beserta menteri-menterinya itu ditelan bumi.
"Benar-benar sebuah doa yang dikabulkan dengan seketika!" kata kedua manusia mulia itu.
Seorang khalifah yang lain naik pula ke atas tahta. Ia percaya kepada kesalehan Sufyan Ats-Tsauri. Si khalifah mempunyai seorang tabib yang beragama Kristen. Ia adalah seorang guru besar dan sangat ahli. Khalifah mengirim ini untuk mengobati penyakit Sufyan Ats-Tsauri. Ketika tabib memeriksa air kencing Sufyan Ats-Tsauri, ia berkata di dalam hati.
"Inilah seorang manusia yang hatinya telah berubah menjadi darah karena takut kepada Allah. Darah keluar sedikit demi sedikit melalui kantong kemihnya." Kemudian ia menyimpulkan. "Agama yang dianut oleh seorang manusia seperti ini tidak mungkin salah."
Si tabib segera beralih kepada agama Islam. Mengenai peristiwa ini khalifah berkata: "Ku sangka aku mengirimkan seorang tabib untuk merawat seorang sakit, kiranya aku mengirim seorang sakit untuk dirawat seorang tabib yang besar."
Peristiwa-peristiwa Penuh Hikmah
Suatu hari Sufyan Ats-Tsauri bersama seorang sahabatnya lewat di depan rumah seorang terkemuka. Sahabatnya terpesona memandang serambi rumah itu. Sufyan Ats-Tsauri mencela perbuatan temannya itu.
"Jika engkau beserta orang-orang yang seperti engkau ini tidak terpesona dengan istana-istana mereka, niscaya mereka tidak bermegah-megah seperti ini. Dengan terpesona seperti itu engkau ikut berdosa di dalam sikap bermegah-megah mereka."
Seorang tetangga Sufyan Ats-Tsauri meninggal dunia. Beliau pun pergi untuk membacakan doa pada penguburannya. Setelah selesai, terdengar olehnya orang-orang berkata: "Almarhum adalah seorang yang baik."
"Seandainya kau ketahui bahwa orang-orang lain menyukai almarhum. Niscaya aku tidak turut di dalam penguburan ini. Jika seseorang bukan munafik, maka orang-orang lain tidak akan menyukainya!" kata Sufyan Ats-Tsauri.
Suatu hari Sufyan Ats-Tsauri salah mengenakan pakaiannya. Ketika hal ini dikatakan padanya, beliau segera memperbaiki pakaiannya tetapi cepat-cepat dibatalkannya pula niatnya itu. Beliau berkata, "Aku mengenakan pakaian ini karena Allah dan aku tak ingin mengubahnya hanya karena manusia."
Seorang pemuda mengeluh karena tidak sempat menunaikan ibadah haji. Sufyan Ats-Tsauri menegurnya: "Telah empat puluh kali aku menunaikan ibadah haji. Semuanya akan kuberikan kepadamu asalkan engkau mau memberikan keluhanmu itu kepadaku."
"Baiklah," si pemuda menjawab. Malam harinya dalam mimpinya Sufyan Ats-Tsauri mendengar sebuah suara yang berkata kepadanya: "Engkau mendapat keuntungan yang sedemikian besarnya sehingga apabila dibagi-bagikan kepada semua jamaah di Padang Arafah, niscaya setiap orang di antara mereka menjadi kaya raya."
Suatu hari Sufyan Ats-Tsauri sedang menyantap sepotong roti, lewatlah seekor anjing. Anjing itu diberinya roti secabik demi secabik. Seseorang bertanya kepada Sufyan Ats-Tsauri:
"Mengapa roti-roti itu tidak engkau makan beserta anak isterimu?"
Sufyan Ats-Tsauri berkata: "Jika anjing ini kuberi roti, niscaya ia akan menjagaku sepanjang malam sehingga aku dapat beribadah dengan tenang. Jika roti ini kuberikan kepada anak istriku niscaya mereka akan menghalangi diriku untuk beribadah kepada Allah."
Suatu ketika Sufyan Ats-Tsauri melakukan perjalanan ke Makkah. Beliau diusung di atas sebuah tandu. Selama di dalam perjalanan, Sufyan Ats-Tsauri menangis terus menerus. Seorang sahabat yang menyertainya bertanya.
"Apakah engkau menangis karena takut akan dosa-dosamu?".
Sufyan Ats-Tsauri mengulurkan tangannya dan mencabut beberapa helai jerami. "Dosa-dosaku memang banyak, tetapi semuanya tidaklah lebih berarti daripada pegangan jerami imanku benar-benar iman atau bukan."
Betapa cintanya Sufyan Ats-Tsauri terhdap semua makhluk Allah. Suatu hari ketika berada di pasar, ia melihat seekor burung di dalam sangkar. Si burung mengepak-ngepakkan sayap dan mencicit-cicit dengan sedihnya. Sufyan Ats-Tsauri membeli burung itu lalu melepaskannya. Setiap malam burung itu datang ke rumah Sufyan Ats-Tsauri, menunggui Sufyan Ats-Tsauri apabila ia sedang sholat dan sekali-sekali hinggap di tubuhnya.
Ketika Sufyan Ats-Tsauri meninggal dunia dan jasadnya diusung ke pemakaman. Si burung ikut pula mengantarkannya dan seperti pengantar-pengantar yang lain ia pun mencicit-cicit sedih. Ketika jasad Sofyan Ats-Tsauri diturunkan ke dalam tanah, si burung menyerbu masuk ke dalam kuburan itu. Kemudian terdengarlah suara dari dalam kuburan itu:
"Allah Yang Maha Besar telah memberi ampunan kepada Sufyan Ats-Tsauri karena telah menunjukan belas kasih kepada makhluk-makhlik-Nya."
Masya Allah Tabarakallah, demikian kisah Imam Sufyan Ats-Tsauri yang sangat mahsyur. Kisahnya penuh ibrah dan mengandung banyak hikmah untuk diteladani.
Wallahu A'lam
Sufyan Ats-Tsauri lahir di Kufah pada tahun 96 Hijriyah bertepatan tahun 716 M dan wafat di Bashrah pada bulan Sya'ban Tahun 161 Hijriyah (Tahun 778 M). Beliau dikenal sebagai imam dalam bidang hadis dan dinilai setara dengan para imam fikih mazhab yang empat: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal.
Dalam Kitab-Tadzkiratul Auliya karya Fariduddin At-Tar diceritakan kisah Imam Sufyan Ats-Tsauri dan karomahnya yang penuh hikmah dan pelajaran. Kesalehan Sufyan Ats-Tsauri nampak sejak berada di dalam kandungan ibunya.
Suatu hari ibunya sedang berada di atas loteng rumah. Si ibu mengambil beberapa asinan yang sedang dijemur tetangganya di atas atap dan memakannya. Tiba-tiba Sufyan Ats-Tsauri yang masih berada di dalam rahim ibunya itu menyepak sedemikian kerasnya sehingga si ibu mengira bahwa ia keguguran.
Diriwayatkan bahwa yang menjadi khalifah pada masa itu ketika sholat di depan Imam Sufyan Ats-Tsauri memutar-mutar kumisnya. Setelah selesai sholat, Sufyan Ats-Tsauri berseru kepadanya:
"Engkau tidak pantas melakukan sholat seperti itu. Di Padang Mahsyar nanti sholatmu itu akan dilemparkan ke mukamu sebagai sehelai kain lap yang kotor."
"Berbicaralah yang sopan," tegur si khalifah.
"Jika aku enggan melakukan tanggung jawabku ini, semoga kencingku berubah menjadi darah." jawab Sufyan Ats-Tsauri,"
Mendengar kata-kata Sufyan Ats-Tsauri, seketika Khalifah marah dan memerintahkan agar ia dipenjarakan dan dihukum gantung. "Agar tidak ada orang-orang lain yang seberani itu lagi terhadapku," jelas si khalifah.
Suatu hari tiang gantungan disiapkan, Imam Sufyan Ats-Tsauri masih tertidur lelap dengan kepala berada dalam dekapan seorang manusia mulia dan kakinya berada di pangkuan Sofyan bin Uyaina. Kedua manusia mulia itu yang mengetahui bahwa tiang gantungan sedang disiapkan, bersepakat: "Janganlah ia sampai mengetahui hal ini." Tetapi ketika itu juga Sufyan Ats-Tsauri terjaga. "Apa yang sedang terjadi?" tanyanya.
Kedua manusia suci itu terpaksa menjelaskan walau dengan perasaan sedih. "Aku tidak sedemikian mencintai kehidupan ini," kata Sufyan Ats-Tsauri. "Tetapi seorang manusia harus melakukan kewajibannya selama ia berada di atas dunia ini."
Dengan mata berlinang-linang Sufyan Ats-Tsauri berdoa: "Ya Allah, sergaplah mereka seketika ini juga!"
Pada saat itu sang khalifah sedang duduk di atas tahta dikelilingi menteri-menterinya. Tiba-tiba petir menyambar istana dan khalifah beserta menteri-menterinya itu ditelan bumi.
"Benar-benar sebuah doa yang dikabulkan dengan seketika!" kata kedua manusia mulia itu.
Seorang khalifah yang lain naik pula ke atas tahta. Ia percaya kepada kesalehan Sufyan Ats-Tsauri. Si khalifah mempunyai seorang tabib yang beragama Kristen. Ia adalah seorang guru besar dan sangat ahli. Khalifah mengirim ini untuk mengobati penyakit Sufyan Ats-Tsauri. Ketika tabib memeriksa air kencing Sufyan Ats-Tsauri, ia berkata di dalam hati.
"Inilah seorang manusia yang hatinya telah berubah menjadi darah karena takut kepada Allah. Darah keluar sedikit demi sedikit melalui kantong kemihnya." Kemudian ia menyimpulkan. "Agama yang dianut oleh seorang manusia seperti ini tidak mungkin salah."
Si tabib segera beralih kepada agama Islam. Mengenai peristiwa ini khalifah berkata: "Ku sangka aku mengirimkan seorang tabib untuk merawat seorang sakit, kiranya aku mengirim seorang sakit untuk dirawat seorang tabib yang besar."
Peristiwa-peristiwa Penuh Hikmah
Suatu hari Sufyan Ats-Tsauri bersama seorang sahabatnya lewat di depan rumah seorang terkemuka. Sahabatnya terpesona memandang serambi rumah itu. Sufyan Ats-Tsauri mencela perbuatan temannya itu.
"Jika engkau beserta orang-orang yang seperti engkau ini tidak terpesona dengan istana-istana mereka, niscaya mereka tidak bermegah-megah seperti ini. Dengan terpesona seperti itu engkau ikut berdosa di dalam sikap bermegah-megah mereka."
Seorang tetangga Sufyan Ats-Tsauri meninggal dunia. Beliau pun pergi untuk membacakan doa pada penguburannya. Setelah selesai, terdengar olehnya orang-orang berkata: "Almarhum adalah seorang yang baik."
"Seandainya kau ketahui bahwa orang-orang lain menyukai almarhum. Niscaya aku tidak turut di dalam penguburan ini. Jika seseorang bukan munafik, maka orang-orang lain tidak akan menyukainya!" kata Sufyan Ats-Tsauri.
Suatu hari Sufyan Ats-Tsauri salah mengenakan pakaiannya. Ketika hal ini dikatakan padanya, beliau segera memperbaiki pakaiannya tetapi cepat-cepat dibatalkannya pula niatnya itu. Beliau berkata, "Aku mengenakan pakaian ini karena Allah dan aku tak ingin mengubahnya hanya karena manusia."
Seorang pemuda mengeluh karena tidak sempat menunaikan ibadah haji. Sufyan Ats-Tsauri menegurnya: "Telah empat puluh kali aku menunaikan ibadah haji. Semuanya akan kuberikan kepadamu asalkan engkau mau memberikan keluhanmu itu kepadaku."
"Baiklah," si pemuda menjawab. Malam harinya dalam mimpinya Sufyan Ats-Tsauri mendengar sebuah suara yang berkata kepadanya: "Engkau mendapat keuntungan yang sedemikian besarnya sehingga apabila dibagi-bagikan kepada semua jamaah di Padang Arafah, niscaya setiap orang di antara mereka menjadi kaya raya."
Suatu hari Sufyan Ats-Tsauri sedang menyantap sepotong roti, lewatlah seekor anjing. Anjing itu diberinya roti secabik demi secabik. Seseorang bertanya kepada Sufyan Ats-Tsauri:
"Mengapa roti-roti itu tidak engkau makan beserta anak isterimu?"
Sufyan Ats-Tsauri berkata: "Jika anjing ini kuberi roti, niscaya ia akan menjagaku sepanjang malam sehingga aku dapat beribadah dengan tenang. Jika roti ini kuberikan kepada anak istriku niscaya mereka akan menghalangi diriku untuk beribadah kepada Allah."
Suatu ketika Sufyan Ats-Tsauri melakukan perjalanan ke Makkah. Beliau diusung di atas sebuah tandu. Selama di dalam perjalanan, Sufyan Ats-Tsauri menangis terus menerus. Seorang sahabat yang menyertainya bertanya.
"Apakah engkau menangis karena takut akan dosa-dosamu?".
Sufyan Ats-Tsauri mengulurkan tangannya dan mencabut beberapa helai jerami. "Dosa-dosaku memang banyak, tetapi semuanya tidaklah lebih berarti daripada pegangan jerami imanku benar-benar iman atau bukan."
Betapa cintanya Sufyan Ats-Tsauri terhdap semua makhluk Allah. Suatu hari ketika berada di pasar, ia melihat seekor burung di dalam sangkar. Si burung mengepak-ngepakkan sayap dan mencicit-cicit dengan sedihnya. Sufyan Ats-Tsauri membeli burung itu lalu melepaskannya. Setiap malam burung itu datang ke rumah Sufyan Ats-Tsauri, menunggui Sufyan Ats-Tsauri apabila ia sedang sholat dan sekali-sekali hinggap di tubuhnya.
Ketika Sufyan Ats-Tsauri meninggal dunia dan jasadnya diusung ke pemakaman. Si burung ikut pula mengantarkannya dan seperti pengantar-pengantar yang lain ia pun mencicit-cicit sedih. Ketika jasad Sofyan Ats-Tsauri diturunkan ke dalam tanah, si burung menyerbu masuk ke dalam kuburan itu. Kemudian terdengarlah suara dari dalam kuburan itu:
"Allah Yang Maha Besar telah memberi ampunan kepada Sufyan Ats-Tsauri karena telah menunjukan belas kasih kepada makhluk-makhlik-Nya."
Masya Allah Tabarakallah, demikian kisah Imam Sufyan Ats-Tsauri yang sangat mahsyur. Kisahnya penuh ibrah dan mengandung banyak hikmah untuk diteladani.
Wallahu A'lam
(rhs)
Lihat Juga :