Sekilas Tak Masuk Akal, Inilah Mukasyafah yang Dialami Para Wali (3)

Jum'at, 25 Desember 2020 - 07:05 WIB
loading...
Sekilas Tak Masuk Akal, Inilah Mukasyafah yang Dialami Para Wali (3)
Makam salah satu wali Quthub Sayyid Ahmad Al-Badawi pendiri tarekat Al-Badawiyah. Makamnya di Kota Tanta menjadi pusat ziarah utama di Mesir. Foto/dok egypttoday
A A A
Mukasyafah hanya diberikan kepada orang-orang tertentu yang mencapai makam wara', zuhud, tawakkal dan ridha. Mereka adalah kaum shoolihin, para waliyullah (wali), ulama sufi.

Mukasyafah adalah ketersingkapan rahasia Ilahi yang tersembunyi (ghaib). Mukasyafah berasal dari kata "kasyafa-yaksyifu" berarti menyingkap atau menampilkan.Berikut lanjutan Mukasyafah yang dialami para waliyullah ini dikutip dari pendahuluan Kitab "Al-Tabaqat Al-Kubra" karya Imam 'Abdul Rauf Al-Munawi dan juga dalam Kitab "Mawaqi’ Al-Nujum karya "Syaikh Al-Akbar".

[Baca Juga: Sekilas Tak Masuk Akal, Inilah Mukasyafah yang Dialami Para Wali (1)]

Ada waliyullah yang naik menuju alam gaib, lalu ia melihat di sebelah kanan alam itu, ada sebuah pena yang menulis kejadian-kejadian di lauhul mahfuzh dalam bentuk huruf-huruf yang bersyakal dan bertitik. Hal tersebut untuk membedakan beberapa bentuk dan jenis makhluk. Seperti golongan manusia, makhluk berkaki empat, makhluk bersayap, macam-macam benda mati, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lainnya.

Orang yang mempunyai maqam ini selalu berusaha menemukan pemilik huruf yang tertulis dalam susunan yang rapi tersebut. Apabila penelitiannya lama, padahal usianya pendek, maka Allah membuatnya rendah hati dan memohon kepada Allah untuk menghapuskannya.

Ada wali yang menjaga diri dari makanan, minuman, dan baju yang syubhat (tidak jelas kehalalan dan keharamannya), apalagi dari yang haram. Hal itu ditandai dengan tanda yang ditunjukkan Allah dalam dirinya atau dalam sesuatu yang haram dan syubhat itu. Seperti yang dialami Al-Haris Al-Muhasibi, apabila dihidangkan kepadanya makanan yang syubhat, tiba-tiba keluar keringat dari jarinya.

Begitu pula yang terjadi pada ibu dari Imam Abu Yazid al-Bustami ketika mengandungnya, tangannya tidak pernah menyentuh makanan syubhat. Bahkan tangannya mengenggam sendiri jika menemukan makanan syubhat. Wali lainnya merasa mual memakan makanan syubhat, sehingga memuntahkannya kembali. Ada juga makanan syubhat di hadapan seorang wali berubah menjadi darah, ulat, berwarna hitam, atau babi, dan lain-lain.

[Baca Juga: Abul Hasan Asy-Syadzili, Sang Sufi Dunia Timur dan Barat (1)]

Ada wali yang apabila menyentuh makanan yang sedikit, maka makanan itu menjadi banyak. Misalnya, seorang wali yang dikunjungi teman-temannya padahal ia hanya mempunyai satu makanan saja. Lalu ia mengiris roti dan menutupinya dengan kain. Maka mereka pun memakan roti itu sampai kenyang padahal roti itu tetap seperti semula (tidak berkurang). Karamah ini merupakan warisan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Contoh lainnya adalah yang terjadi pada Abu Abdillah al-Tawadi yang membawa secarik kain dan memegang sisinya, kemudian ia menunjukkan ujungnya kepada penjahit sambil berkata kepadanya, "Ambillah kain ini sehingga cukup untuk orang banyak." Kain itu lalu diambil tapi tetap tidak habis-habis dengan izin Allah. Lalu penjahit itu berkata, "Kain ini tidak habis-habis." Lalu Abu ‘Abdillah melemparkan kain itu dan berkata, "Sudah, cukup!"

Ada wali yang mampu menjadikan satu macam makanan dalam piring menjadi bermacam-macam sesuai keinginan orang yang ada. Hal ini pernah terjadi pada salah seorang guru Abu Madyan radhiyallahu 'anhu. Dalam suatu perjalanan, ia bertemu dengan seorang laki-laki, lalu berjalan bersamanya sebentar dan ia masuk ke rumah perempuan tua di sebuah gua. Sore harinya, ia kembali lagi ke perempuan tua itu dan duduk di sampingnya sampai putra perempuan itu datang.

Anak itu mengucapkan salam kepadanya, lalu perempuan tua itu menghidangkan nampan berisi piring dan roti. Syaikh dan anak itu mulai makan. Si syaikh berkata, "Saya ingin yang saya makan ini menjadi begini." Anak itu lalu menjawab, "Wahai Syaikh, dengan nama Allah makanlah apa yang kau inginkan."

Abu Madyan kemudian berkata, "Ketika saya terus menerus mengangankan keinginanku, anak itu melontarkan ucapan pertamanya, dan tiba-tiba saya mendapatkan makanan yang saya angankan. Anak itu masih muda, belum punya rambut di pelipisnya."

Ada wali yang bisa menjadikan makanan, minuman dan bajunya tergantung di udara. Seperti yang terjadi pada salah seorang wali yang membutuhkan air di padang pasir. Tiba-tiba ia mendengar deringan di atas kepalanya, lalu ia mendongakkan kepalanya, dan di situ ada gelas yang tergantung pada rantai emas. Ia meminumnya lalu meninggalkannya.

Ada wali yang bisa merubah air yang pahit dan asin yang ditemukannya menjadi manis dan segar. Ibnu Arabi berkata, "Saya pernah meminum air semacam itu dari Abdullah, anak Syaikh Al-Marwazi, salah seorang khawwash murid dari salah seorang guru Abu Madyan.

[Baca Juga: Sekilas Tak Masuk Akal, Inilah Mukasyafah yang Dialami Para Wali (2)]

Wallahu A'lam

(bersambung)!
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1166 seconds (0.1#10.140)