Jejak Emas 103 Tahun Aisyiyah, Menurut Haedar Nashir

Selasa, 19 Mei 2020 - 22:03 WIB
Pada tahun 1966 status organisasi Aisyiyah ditingkatkan lagi menjadi organisasi Otonom yang struktur organisasi berjenjang dari pusat (setingkat nasional), Wilayah (setingkat provensi), Daerah (setingkat kabupaten/kota), Cabang (setingkat kecamatan), Ranting (setingkat desa/kelurahan).

Pada Muktamar Muhammadiyah tahun 2000 di Jakarta, kemudian dimantabkan lagi pada Muktamar Muhammadiyah ke-45 tahun 2005 di Malang. Posisi Aisyiyah ditingkatkan lagi menjadi organisasi otonom Khusus yang berarti organisasi ini diberikan keluwesan dalam mengelola amal usaha tertentu seperti yang telah dikembangkan oleh Muhammadiyah. dan perempuan yang telah berusia 17 tahun”.

Sejak tahun 2010, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menjadi salah satu ketua di Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara ex-officio. Kebijakan ini belum diikuti oleh semua Wilayah dan Daerah.

Pada periode ini di Seluruh Indonesia baru ada tiga propinsi (9%) yang sudah melaksanakan kebijakan ini, namun di level Daerah lebih banyak yang sudah mengimplementasikan kebijakan ini. Belum meratanya pengakuan kiprah perempuan 'Aisyiyah sebagai bagian dari pimpinan tertinggi di berbagai Wilayah dan Daerah dikarenakan lebih pada persoalan sosialisasi bukan masalah ideologi.

Empat Pilar

Saat ini ‘Aisyiyah sudah memasuki perjalanan satu abad dan mengembangkan empat pilar dalam berbagai bidang kehidupan, baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, kesejahteraaan sosial, penyadaran hukum, pendidikan politik, dan pemberdayaan perempuan.

‘Aisyiyah sebagai organisasi otonom perempuan Muhammadiyah bekerja di seluruh provinsi di Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Pada 10 Maret 2016 ‘Aisyiyah mendirikan universitas yang diberi nama UNISA (Universitas ‘Aisyiyah) di Yogyakarta. Ini universitas pertama di Indonesia yang dikelola oleh organisasi perempuan yang ada di Yogyakarta.

Keberadaan universitas ini menunjukkan bahwa ‘Aisyiyah tidak hanya mengurus TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (berdiri sejak 1922 dan saat ini berjumlah 19.181) saja tetapi juga dapat mengurusi perguruan tinggi.



Guna memajukan derajat perempuan dan mendorong partisipasi perempuan dalam bidang ekonomi, ‘Aisyiyah telah mendirikan 568 koperasi untuk perempuan dan melakukan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui 1029 Bina Usaha Ekonomi Keluarga (BUEKA), mendirikan Baitul Maal wa Tamwil, dan pembinaan home industry.

Selanjutnya, kontribusi dalam bidang kesehatan, ‘Aisyiyah mendirikan Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Bersalin, Pusat Kesehatan, Pusat Kesehatan Komunitas, Pusat Kesehatan Ibu dan Anak, serta Poliklinik.

Secara keseluruhan amal usaha di bidang kesehatan yang dikelola Muhammadiyah–‘Aisyiyah sejumlah: 87 Rumah Sakit Umum, 16 RS Ibu dan Anak, 70 RS Bersalin, 106 Balai Pengobatan (BP), 20 Balkesmas, 76 BKIA, 105 Rumah Bersalin, serta posyandu yang tersebar di seluruh Indonesia.



Kontribusi ‘Aisyiyah dalam bidang kesejahteraan sosial diwujudkan dalam bentuk pendirian Panti Asuhan, Panti Lansia, Balai Latihan Kerja, dan bantuan untuk anak miskin dan lansia di komunitas. Untuk mendorong perubahan kebijakan di tingkat lokal dan nasional yang berpihak kepada kelompok miskin dan perempuan serta anak-anak, ‘Aisyiyah mengembangkan dakwah advokasi dalam berbagai bidang.

‘Aisyiyah telah membangun sinergitas atau kerjasama dengan berbagai komponen, seperti pemerintah, masyarakat, dan organisasi baik lokal, nasional maupun internasional, antara lain: The Asia Foundation, The Netherlands Embassy, Global Fund for Childern (GFC), Global Fund, UNDP, UNICEF, USAID, John Hopkins University (JHU), AUSAID, MAMPU, dan lembaga lainnya untuk mencapai tujuan dakwah ‘Aisyiyah bagi bangsa dan negara. ( )
(mhy)
Halaman :
Follow
Hadits of The Day
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman.

(HR. Bukhari No.8)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More