Muslim Wajib Kaya (2): Nabi Muhammad Adalah Miliader
Senin, 29 Maret 2021 - 17:42 WIB
Rasulullah SAW acap digambarkan sebagai pedagang yang ulung, sejak remaja. Beliau sudah berdagang sejak usia 9 tahun. Perdagangan lintas negara. Beliau berdagang ke negeri Syam. Kini negeri Syam menjadi empat negara: Lebanon , Palestina , Suriah , Yordania . Nenek moyang Nabi, suku Qurais adalah pedagang yang ulung. Di sisi lain, di satu kisah, beliau pernah menaruh batu di perutnya untuk menahan lapar.
Dalam sebuah majelis, Ustaz Abdul Somad atau UAS ditanya bagaimana sejatinya kehidupan Nabi Muhammad SAW . Beliau kaya apa miskin?
UAS lalu menggambarkan betapa besar mahar mas kawin Nabi Muhammad kepada Siti Khadijah binti Khuwailid , yakni 20 ekor unta, ditambah sederet uqiyah emas.
Total mas kawinnya jika ditotal mencapai Rp1 miliar. “Nah kira-kira kalau ada anak lajang 25 tahun menikah, maharnya Rp1 miliar, kaya atau miskin?” kata UAS.
Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang, Gus Ach Dhofir Zuhry, bahkan menghitung mahar Nabi kepada Siti Khadijah kalau diuangkan sekarang Rp1,3 miliar.
Selanjutnya, ketika menikahi Siti Aisyah RA sebagai mas kawin, Rasulullah SAW memberikan mahar berupa uang 500 dirham atau jika dikonversikan dalam emas setara 200 gram emas terbaik saat ini.
Jika merujuk pada hasil konversi dalam emas, maka mahar Rasulullah SAW yang diberikan kepada Aisyah juga senilai Rp1,3 miliar. Itu jika menggunakan hitungan emas 24 karat per gram yang dihargai setara Rp6,5 juta.
Mengetahui Rasulullah SAW membawa mahar yang sangat banyak, Aisyah berkata, "Mahar Rasulullah kepada para istrinya ialah 12 Uqiyah dan satu nash". Lalu, Aisyah melanjutkan, "Tahukah Anda apakah nash itu?" Abdur Rahman menjawab, "Tidak, ya, Aisyah." Istri Rasulullah itu berkata, "Setengah Uqiyah". Jadi, semuanya 500 dirham. Itulah mahar Rasulullah untuk para istrinya. (HR Muslim).
Di sisi lain, ada juga yang menjelaskan cukup detail mahar yang dibawa Rasulullah untuk istri-istri lain selain Aisyah.
Saat menikah dengan Hindun ( Ummu Habibah RA ) diriwayatkan kalau Rasulullah SAW memberi mahar 4000 dirham. Dan saat menikahi Shafiyah RA , Rasulullah memberi mahar berupa pembebasan dirinya dari perbudakan. Meski tak berbentuk harta, namun nilainya ditaksir miliaran rupiah.
Gus Dhofir menandaskan bahwa Nabi tidaklah miskin. "Siapa bilang?" katanya. "Nabi itu setiap kurban menyembelih 100 ekor unta," jelasnya. "Jika per ekor Rp55 juta, maka tinggal dikalikan saja. Miliaran," lanjutnya.
Ustaz Adi Hidayat juga menyebut hal yang sama. Nabi Muhammad selalu berkurban rata-rata 100 ekor unta.
Betul, kata UAS, di dalam riwayat yang lain, Nabi Muhammad pernah menggantung batu di perutnya. Batu bulat itu, diikat di perut menggunakan kain panjang. “Kalau usus kena ikat itu bisa menahan lapar. Kalau tak diikat berbunyi-bunyi dia," katanya.
UAS menceritakan, Nabi Muhammad pernah merasakan hidup miskin saat perjuangan Islam, dan awal masuk ke Madinah . Di saat itulah Rasulullah mengikatkan perutnya dengan batu menahan lapar. “Tapi tahun kedua hijriah, waktu Perang Badar, naik lagi kekayaannya. Ketika itu Nabi Muhammad dapat rampasan perang sebanyak 50 ribu keping uang emas Dinar.” ujarnya.
Mau tahu nilainya? Satu kepingnya 4,25 gram atau setara Rp2 juta, jika dikali 50 ribu keping, sama dengan Rp100 miliar. Jatah Nabi seperlima atau 20%. Maknanya, Nabi dapat jatah Rp20 miliar. "Nah, kalau ada orang punya duit Rp20 miliar, kaya atau miskin?” ujar UAS.
Hidup bersahaja
UAS mengakui ada sejumlah pihak yang menyebut Nabi Muhammad tidak meninggalkan apa-apa berupa harta. Tetapi, kata UAS, bukan berarti beliau miskin, melainkan Nabi Muhammad memilih hidup bersahaja.
“Bedakan antara orang yang hidup bersahaja dengan miskin melarat tak punya apa-apa. Jangan tarik kesimpulan dari satu hadis. Nabi tidak miskin, tidak pula hidup berlebih-lebihan.”
Ustaz Adi Hidayat menambahkan dalam sebuah hadis, ketika Aisyah (istrinya) tertidur lalu tangannya bergerak, terkena kaki suaminya. Itu tandanya ruangannya sempit. "Bayangkan, selonjoran saja terkena kaki suaminya. Dan tidak mungkin tangan terkena kaki kalau tidak tidurnya tanpa alas. Kalau pakai kasur seperti sekarang, kenanya pasti pahanya,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Artinya, kata dia, alas tidurnya begitu sederhana, ruangannya begitu sempit, tapi dia masih bisa berkurban sampai 100 ekor. “Lalu Nabi Muhammad kaya atau miskin? Kaya. Kalau disebut paling kaya, karena sedekahnya paling banyak. Disebut miskin? Miskin, karena tempat istirahatnya begitu sempit,” tuturnya. “Beliau miskin urusan dunia, tapi kaya urusan akhirat.”
Lihat Juga: Ustaz Adi Hidayat Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari UMJ, Rektor: Sosok Dai yang Cerdas
Dalam sebuah majelis, Ustaz Abdul Somad atau UAS ditanya bagaimana sejatinya kehidupan Nabi Muhammad SAW . Beliau kaya apa miskin?
UAS lalu menggambarkan betapa besar mahar mas kawin Nabi Muhammad kepada Siti Khadijah binti Khuwailid , yakni 20 ekor unta, ditambah sederet uqiyah emas.
Total mas kawinnya jika ditotal mencapai Rp1 miliar. “Nah kira-kira kalau ada anak lajang 25 tahun menikah, maharnya Rp1 miliar, kaya atau miskin?” kata UAS.
Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang, Gus Ach Dhofir Zuhry, bahkan menghitung mahar Nabi kepada Siti Khadijah kalau diuangkan sekarang Rp1,3 miliar.
Baca Juga
Selanjutnya, ketika menikahi Siti Aisyah RA sebagai mas kawin, Rasulullah SAW memberikan mahar berupa uang 500 dirham atau jika dikonversikan dalam emas setara 200 gram emas terbaik saat ini.
Jika merujuk pada hasil konversi dalam emas, maka mahar Rasulullah SAW yang diberikan kepada Aisyah juga senilai Rp1,3 miliar. Itu jika menggunakan hitungan emas 24 karat per gram yang dihargai setara Rp6,5 juta.
Mengetahui Rasulullah SAW membawa mahar yang sangat banyak, Aisyah berkata, "Mahar Rasulullah kepada para istrinya ialah 12 Uqiyah dan satu nash". Lalu, Aisyah melanjutkan, "Tahukah Anda apakah nash itu?" Abdur Rahman menjawab, "Tidak, ya, Aisyah." Istri Rasulullah itu berkata, "Setengah Uqiyah". Jadi, semuanya 500 dirham. Itulah mahar Rasulullah untuk para istrinya. (HR Muslim).
Di sisi lain, ada juga yang menjelaskan cukup detail mahar yang dibawa Rasulullah untuk istri-istri lain selain Aisyah.
Saat menikah dengan Hindun ( Ummu Habibah RA ) diriwayatkan kalau Rasulullah SAW memberi mahar 4000 dirham. Dan saat menikahi Shafiyah RA , Rasulullah memberi mahar berupa pembebasan dirinya dari perbudakan. Meski tak berbentuk harta, namun nilainya ditaksir miliaran rupiah.
Gus Dhofir menandaskan bahwa Nabi tidaklah miskin. "Siapa bilang?" katanya. "Nabi itu setiap kurban menyembelih 100 ekor unta," jelasnya. "Jika per ekor Rp55 juta, maka tinggal dikalikan saja. Miliaran," lanjutnya.
Ustaz Adi Hidayat juga menyebut hal yang sama. Nabi Muhammad selalu berkurban rata-rata 100 ekor unta.
Betul, kata UAS, di dalam riwayat yang lain, Nabi Muhammad pernah menggantung batu di perutnya. Batu bulat itu, diikat di perut menggunakan kain panjang. “Kalau usus kena ikat itu bisa menahan lapar. Kalau tak diikat berbunyi-bunyi dia," katanya.
UAS menceritakan, Nabi Muhammad pernah merasakan hidup miskin saat perjuangan Islam, dan awal masuk ke Madinah . Di saat itulah Rasulullah mengikatkan perutnya dengan batu menahan lapar. “Tapi tahun kedua hijriah, waktu Perang Badar, naik lagi kekayaannya. Ketika itu Nabi Muhammad dapat rampasan perang sebanyak 50 ribu keping uang emas Dinar.” ujarnya.
Mau tahu nilainya? Satu kepingnya 4,25 gram atau setara Rp2 juta, jika dikali 50 ribu keping, sama dengan Rp100 miliar. Jatah Nabi seperlima atau 20%. Maknanya, Nabi dapat jatah Rp20 miliar. "Nah, kalau ada orang punya duit Rp20 miliar, kaya atau miskin?” ujar UAS.
Baca Juga
Hidup bersahaja
UAS mengakui ada sejumlah pihak yang menyebut Nabi Muhammad tidak meninggalkan apa-apa berupa harta. Tetapi, kata UAS, bukan berarti beliau miskin, melainkan Nabi Muhammad memilih hidup bersahaja.
“Bedakan antara orang yang hidup bersahaja dengan miskin melarat tak punya apa-apa. Jangan tarik kesimpulan dari satu hadis. Nabi tidak miskin, tidak pula hidup berlebih-lebihan.”
Ustaz Adi Hidayat menambahkan dalam sebuah hadis, ketika Aisyah (istrinya) tertidur lalu tangannya bergerak, terkena kaki suaminya. Itu tandanya ruangannya sempit. "Bayangkan, selonjoran saja terkena kaki suaminya. Dan tidak mungkin tangan terkena kaki kalau tidak tidurnya tanpa alas. Kalau pakai kasur seperti sekarang, kenanya pasti pahanya,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Artinya, kata dia, alas tidurnya begitu sederhana, ruangannya begitu sempit, tapi dia masih bisa berkurban sampai 100 ekor. “Lalu Nabi Muhammad kaya atau miskin? Kaya. Kalau disebut paling kaya, karena sedekahnya paling banyak. Disebut miskin? Miskin, karena tempat istirahatnya begitu sempit,” tuturnya. “Beliau miskin urusan dunia, tapi kaya urusan akhirat.”
Lihat Juga: Ustaz Adi Hidayat Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari UMJ, Rektor: Sosok Dai yang Cerdas
(mhy)