Begini Ganjaran Surga yang Dijanjikan Bagi Orang yang Bertakwa
Kamis, 08 April 2021 - 18:51 WIB
SUATU ketika, Abu Hurairah ditanya oleh seseorang, ''Wahai Abu Hurairah, apakah yang dimaksud dengan takwa itu?'' Abu Hurairah tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi memberikan satu ilustrasi.
''Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?''
Orang itu menjawab, ''Apabila aku melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur.''
Abu Hurairah cepat berkata, ''Itulah dia takwa!'' (HR Ibnu Abi Dunya).
Kata takwa, menurut HAMKA dalam tafsirnya, Al-Azhar, diambil dari rumpun kata wiqayah yang berarti memelihara. Memelihara hubungan yang baik dengan Allah SWT. Memelihara jangan sampai terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhai-Nya. Memelihara segala perintah-Nya supaya dapat dijalankan. Memelihara kaki jangan terperosok ke tempat yang penuh lumpur atau duri.
Takwa, dengan demikian, tidak dapat diartikan sebatas takut kepada Allah SWT. Rasa takut kepada Allah SWT adalah bagian kecil dari takwa. Menurut HAMKA lagi, dalam takwa terkandung cinta, kasih, harap, cemas, tawakal, ridha, dan sabar. Takwa adalah pelaksanaan dari iman dan amal saleh. Bahkan, dalam kata takwa terkandung juga arti berani.
Itulah kandungan takwa yang diilustrasikan Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 2-5 sebagai berikut.
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Pada ayat yang lain, Allah SWT mengungkapkan makna takwa sebagai upaya pemeliharaan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
''Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan. Di dalamnya ada malaikat yang sangar dan keras. Mereka tidak pernah mendurhakai Allah. Justru, mereka selalu patuh menjalankan segala perintah Allah.'' (QS At-Tahrim: 6).
Maka, takwa, sebagai upaya pemeliharaan diri, harus terus-menerus terbenam dalam hati kita. Dengan bekal takwa, seseorang akan mampu mengontrol tingkah laku. Ia akan selalu menimbang apakah yang dilakukan sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan rasul-Nya atau tidak.
Sementara itu, Imam Ibnu Rajab al-Hambal menjelaskan bahwa takwa adalah ketika seorang hamba membuat sebuah perlindungan dari segala sesuatu yang ditakutkan antara diri dan siksa Allah Swt.
Selain itu, menurut Ibnu Qayyim al Jauziyyah , takwa adalah mengamalkan segala bentuk ketaatan kepada Allah Swt yang didasari dengan keimanan dan harapan terhadap ridla Allah, baik dengan menjalankan segala perintah atau menjauhi segala larangan-Nya.
“Allah berjanji pada orang bertakwa, saya kira banyak ayat-ayat takwa. Misalnya, disiapkan surga yang sedemikian dahsyat, yang kenikmatannya itu tidak pernah terbayangkan oleh apapun, tidak pernah terlihat oleh indera mata kita, bahkan tidak sanggup kita imajinasikan. Itu yang Allah janjikan kepada orang-orang yang bertakwa,” tutur Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal dalam sebuah pengajian belum lama ini.
Karenanya, kata Fathurrahman, takwa adalah komitmen kita untuk menjadi hamba Allah yang semurni-murninya. Dengan takwa kita dapat meraih kunci ridha Allah yang kemudian diwujudkan secara nyata dalam bentuk surga, lengkap dengan segala kenikmatan tiada tara.
Puasa dan Takwa
Melalui ibadah puasa kita diajarkan menghentikan sejenak rutinitas perut, mulut, dan kelamin, melepaskan diri dari kemelekatan dunia. Ibadah puasa ini merupakan ajaran purba yang juga berlaku kepada umat-umat sebelum Nabi Muhammad . Tujuannya adalah untuk menjadi manusia yang bertakwa.
Allah berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ
فَاكِهِينَ بِمَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan. Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan Tuhan kepada mereka; dan Tuhan memelihara mereka dari azab neraka.” (QS ath-Thur: 17-18).
''Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?''
Orang itu menjawab, ''Apabila aku melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur.''
Abu Hurairah cepat berkata, ''Itulah dia takwa!'' (HR Ibnu Abi Dunya).
Kata takwa, menurut HAMKA dalam tafsirnya, Al-Azhar, diambil dari rumpun kata wiqayah yang berarti memelihara. Memelihara hubungan yang baik dengan Allah SWT. Memelihara jangan sampai terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhai-Nya. Memelihara segala perintah-Nya supaya dapat dijalankan. Memelihara kaki jangan terperosok ke tempat yang penuh lumpur atau duri.
Takwa, dengan demikian, tidak dapat diartikan sebatas takut kepada Allah SWT. Rasa takut kepada Allah SWT adalah bagian kecil dari takwa. Menurut HAMKA lagi, dalam takwa terkandung cinta, kasih, harap, cemas, tawakal, ridha, dan sabar. Takwa adalah pelaksanaan dari iman dan amal saleh. Bahkan, dalam kata takwa terkandung juga arti berani.
Itulah kandungan takwa yang diilustrasikan Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 2-5 sebagai berikut.
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Pada ayat yang lain, Allah SWT mengungkapkan makna takwa sebagai upaya pemeliharaan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
''Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan. Di dalamnya ada malaikat yang sangar dan keras. Mereka tidak pernah mendurhakai Allah. Justru, mereka selalu patuh menjalankan segala perintah Allah.'' (QS At-Tahrim: 6).
Maka, takwa, sebagai upaya pemeliharaan diri, harus terus-menerus terbenam dalam hati kita. Dengan bekal takwa, seseorang akan mampu mengontrol tingkah laku. Ia akan selalu menimbang apakah yang dilakukan sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan rasul-Nya atau tidak.
Sementara itu, Imam Ibnu Rajab al-Hambal menjelaskan bahwa takwa adalah ketika seorang hamba membuat sebuah perlindungan dari segala sesuatu yang ditakutkan antara diri dan siksa Allah Swt.
Selain itu, menurut Ibnu Qayyim al Jauziyyah , takwa adalah mengamalkan segala bentuk ketaatan kepada Allah Swt yang didasari dengan keimanan dan harapan terhadap ridla Allah, baik dengan menjalankan segala perintah atau menjauhi segala larangan-Nya.
“Allah berjanji pada orang bertakwa, saya kira banyak ayat-ayat takwa. Misalnya, disiapkan surga yang sedemikian dahsyat, yang kenikmatannya itu tidak pernah terbayangkan oleh apapun, tidak pernah terlihat oleh indera mata kita, bahkan tidak sanggup kita imajinasikan. Itu yang Allah janjikan kepada orang-orang yang bertakwa,” tutur Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal dalam sebuah pengajian belum lama ini.
Karenanya, kata Fathurrahman, takwa adalah komitmen kita untuk menjadi hamba Allah yang semurni-murninya. Dengan takwa kita dapat meraih kunci ridha Allah yang kemudian diwujudkan secara nyata dalam bentuk surga, lengkap dengan segala kenikmatan tiada tara.
Puasa dan Takwa
Melalui ibadah puasa kita diajarkan menghentikan sejenak rutinitas perut, mulut, dan kelamin, melepaskan diri dari kemelekatan dunia. Ibadah puasa ini merupakan ajaran purba yang juga berlaku kepada umat-umat sebelum Nabi Muhammad . Tujuannya adalah untuk menjadi manusia yang bertakwa.
Allah berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ
فَاكِهِينَ بِمَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan. Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan Tuhan kepada mereka; dan Tuhan memelihara mereka dari azab neraka.” (QS ath-Thur: 17-18).
(mhy)