Sikat Gigi Atau Bersiwak Saat Puasa, Bolehkah?

Kamis, 29 April 2021 - 17:35 WIB
Sikat gigi atau bersiwak saat puasa cukup sering ditanyakan oleh kaum muslimin. Foto ilustrasi/Ist
Umat Islam wajib mengetahui ilmu fiqih yang berkaitan dengan puasa Ramadhan. Di antara hal yang harus diketahui adalah rukun puasa, syarat wajib dan syarat sah puasa, perkara-perkara sunnah, makruh, dan hal-hal yang membatalkan puasa.

Salah satu pertanyaan yang sering muncul di bulan Ramadhan yaitu hukum bersikat gigi atau bersiwak saat puasa. Bagaimana pandangan syariat terhadap hal ini?



Sikat gigi atau siwak hukumnya Makruh, artinya jika ditinggalkan mendapat pahala dan jika dikerjakan tidak membatalkan puasa. Hukum makruh ini berlaku apabila sikat gigi dilakukan setelah tergelincirnya matahari (masuknya waktu sholat Zuhur). Jika sikat gigi sebelum tergelincirnya matahari tidak makruh, hukum makruh itu pendapat yang rajih bagi Imam Ar-Rofi'i, namun Imam An-Nawawi tidak menganggapnya makruh.

هل يكره للصائم بعد الزوال فيه خلاف؟ الراجح فى الرافعى و الروضة انه يكره لقوله عليه الصلاة و السلام لخلوف فم الصائم الطيب عند الله من الريح المسك رواه البخارى.و فى رواية مسلم يوم القيامة. و الخلوف بضم الخاء واللام هو التغييرو خص بما بعده الزوال لان تغيير الفم بسبب الصوم حينئذ يظهر، فلو تغير فمه بعد الزوال بسبب اخر كنوم او غيره فاستاك لاجل ذلك لا يكره و قيل لا يكره الا ستياك مطلقا و به قال الائمة الثلاثة و رجحه النووى فى الشرح المهذب



كتاب كفاية الاخيار ص ١٦

"Apakah makruh bagi orang yang berpuasa bersiwak atau sikat gigi setelah tergelincir matahari? Hal ini terjadi perbedaan pendapat pendapat yang rajih dari Imam Rofi'i adalah makruh hal ini didasarkan atas hadis dari Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim bahwasanya perubahan bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah adalah lebih wangi dibanding misik. Dikhususkan dengan tergelincir matahari, karena pada waktu itu perubahn bau mulut karena berpuasa akan tampak.

Apabila perubahan bau mulut sesudah matahari tergelincir disebabkan oleh hal lain semisal karena habis tidur maka bersiwak tidak dimakruhkan. Pendapat yang kedua menghukumi tidak makruh secara mutlak, dan pendapat kedua juga merupakan pendapat tiga Imam Mazhab. Dan Imam Nawawi merajihkan dalam Kitabnya Syarah Al-Muhadzab." (Kitab Kifayatul Ahyar hal: 16)

(والسواك مستحب في كل حال) ولا يكره تنزيها (إلا بعد الزوال للصائم)فرضا أو نفلا؛ وتزول الكراهة بغروب الشمس. واختار النووي عدم الكراهة مطلقا

كتاب الباجوري

"Siwak atau sikat gigi itu disunnahkan pada semua situasi kecuali dimakruhkan dengan hukum makruh tanzih bagi orang yang sedang berpuasa pada siang hari setelah matahari zawal baik puasa fardhu atau puasa sunnah dan hilanglah kemakruhannya apabila matahari sudah terbenam (maghrib). Sedangkan menurut Imam An-Nawawi beliau memilih tanpa ada kemakruhan secara mutlak."

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(rhs)
cover top ayah
وَقُلْ لِّـلۡمُؤۡمِنٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ اَبۡصَارِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِيۡنَ زِيۡنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَا‌ وَلۡيَـضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوۡبِهِنَّ‌ۖ وَلَا يُبۡدِيۡنَ زِيۡنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اٰبَآٮِٕهِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ بُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اَبۡنَآٮِٕهِنَّ اَوۡ اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِهِنَّ اَوۡ بَنِىۡۤ اِخۡوَانِهِنَّ اَوۡ بَنِىۡۤ اَخَوٰتِهِنَّ اَوۡ نِسَآٮِٕهِنَّ اَوۡ مَا مَلَـكَتۡ اَيۡمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيۡنَ غَيۡرِ اُولِى الۡاِرۡبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِيۡنَ لَمۡ يَظۡهَرُوۡا عَلٰى عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ‌ۖ وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِهِنَّ لِيُـعۡلَمَ مَا يُخۡفِيۡنَ مِنۡ زِيۡنَتِهِنَّ‌ ؕ وَتُوۡبُوۡۤا اِلَى اللّٰهِ جَمِيۡعًا اَيُّهَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ
Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.

(QS. An-Nur Ayat 31)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More