Sebelum Wafat, Nabi Adam Sempat Hidup Bersama 40.000 Orang Keturunannya
Senin, 10 Mei 2021 - 17:27 WIB
Imam Abu Ja'far bin Jarir dalam kitab tarikhnya yang diriwayatkan dari beberapa perawi menyebutkan, bahwa Hawa dengan Adam melahirkan 40 anak dari 20 kelahiran. Atsar ini juga disebutkan oleh Ibnu Ishaq dengan sanad yang sama.
Kitab Qashash Al-Anbiya karya Ibnu Katsir memaparkan bahwa beberapa ulama juga ada yang menyebutkan, Hawa selama hidupnya merasakan 120 kelahiran, pada setiap kelahirannya memiliki dua anak kembar, satu orang putra dan satu orang putri. Anak pertama mereka adalah Qabil dan Iglima, sedangkan anak terakhir adalah Abdul Mugits dan Ammatul Mugits.
Kemudian dari mulai anak anak Adam itulah manusia menyebar ke seluruh penjuru bumi, semakin tumbuh besar dan semakin banyak.
Sebagaimana firman Allah, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan“ (QS Al Hujurat: 13 ).
Juga firman Allah, “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” Dan seterusnya hingga akhir ayat. ( QS An Nisaa' : 1 ).
Bahkan, beberapa sejarawan menyebutkan, bahwa sebelum meninggal dunia, Adam merasakan hidup bersama anak, cucu, cicit, dan seterusnya hingga berjumlah 40.000 orang.
Allah juga berfirman, “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (Suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhan Mereka (seraya berkata), “Jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami akan selalu bersyukur.” Maka setelah Dia memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugrahkan Nya itu. Maka Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.” ( QS Al A'raf: 189-190 ).
Pada awal ayat ini dijelaskan tentang Adam, kemudian setelah itu meluas ke seluruh bangsa manusia. Dengan kata lain firman tersebut tidak hanya khusus mengenai Adam dan Hawa saja, namun juga keterangan tentang apa yang terjadi dengan bangsa manusia secara keseluruhan (karena Adam juga termasuk bangsa manusia).
Sama seperti disebutkan pada firman Allah, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)". ( QS Al Mukminun: 12-13 ).
Juga firman Allah, “Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan.” ( QS Al Mulk: 5 ).
Seperti diketahui bahwa kata “rujum lisy syayatin” bukanlah salah satu benda yang menghiasi langit, namun itu dimasukkan ke dalamnya karena keberadaannya di atas langit.
Adapun mengenai sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abdus Shamad, dari Umar bin Ibrahim, dari Qatadah, dari Hasan, dari Samurah, dari Nabi SAW , beliau bersabda, “Ketika Hawa melahirkan seorang anak, iblis menghampirinya, dan sebelum itu tidak ada seorang anak pun yang hidup setelah dilahirkan oleh Hawa. Kemudian iblis berkata kepada Hawa, “Namailah ia dengan Abdul Harits maka ia akan hidup. Dan Hawa pun menurutinya dan menamai anaknya Abdul Harits. Ternyata benar, anak itu memang hidup. Itu adalah salah satu perintah dan bisikan dari setan.”
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawaih dalam kitab tafsir mereka ketika membahas tentang ayat di atas tadi”. Dan diriwayatkan pula oleh Hakim dalam Kitab Mustadrak-nya. Mereka semua meriwayatkan hadis tersebut melalui Abdus Shamad bin Abdul Warits.
Hakim berkata, “hadis ini memiliki sanad yang sahih namun tidak dimasukkan dalam kitab hadis shahih oleh Bukhari dan Muslim.
Sedang Tirmidzi berkata, “Hadis ini termasuk hadis hasan gharib, kami tidak menemui riwayat lain secara marfiu' kecuali melalui Umar bin Ibrahim, sedangkan riwayat dari Abdus Shamad malah tidak masuk dalam hadits marfu””
Ini adalah noda yang sangat buruk dalam periwayatan hadis tatkala diriwayatkan secara mauquf atas nama seorang sahabat, dan itu yang paling tinggi tingkatannya, karena yang sebenarnya hadis itu diambil dari israiliyat (hadis yang dibuat buat/palsu).
Ibnu Kasir menjelaskan disebutkan di atas bahwa hadis itu diriwayatkan secara mauquf atas nama Ibnu Abbas, namun yang sebenarnya adalah diambil dari kalimat Ka'ab Al Ahbar dan yang lainnya.
Hasan Basri yang disebutkan sebagai perawi hadis tersebut ketika menafsirkan ayat-ayat di atas malah menuliskan hal hal yang kontradiksi dengan matan hadis tersebut, kalau seandainya ia benar-benar meriwayatkannya dari Samrah secara marfu' maka tidak mungkin ia berpaling dan menuliskan hal hal yang bertentangan dengan hadis tersebut. Wallahu a'lam.
Lagi pula, kata Ibnu Katsir, di dalam Al Qur'an telah dijelaskan bahwa Adam dan Hawa diciptakan sebagai awal mula kehidupan manusia, agar mereka dapat melahirkan laki-laki dan perempuan yang banyak, maka bagaimana mungkin tidak ada satupun anak yang terlahir dari Hawa selalu meninggal dunia seperti disebutkan hadits tersebut kalau memang benar benar dari Nabi SAW.
"Seperti diperkirakan sebelumnya, atau bahkan seperti dipastikan sebelumnya, bahwa memarfu'kan hadis tersebut kepada Rasulullah tidak benar adanya, yang benar adalah hadis mauquf. Wallahu a'lam," tutur Ibnu Katsir. "Semua itu juga telah kami uraikan secara mendetil dalam kitab tafsir (Tafsir Ibnu Katsir), atas karunia Allah," lanjutnya.
Dan juga, Adam dan Hawa adalah orang-orang yang bertakwa kepada Allah lebih dari apa yang disebutkan dalam hadis tersebut, karena Adam adalah bapak manusia yang diciptakan oleh Allah dengan Tangan-Nya, ditiupkan kepadanya roh ciptaan-Nya, para malaikat pun diperintahkan untuk bersujud kepadanya, bahkan ia diajarkan segala sesuatu dan tinggal di dalam surga.
Kitab Qashash Al-Anbiya karya Ibnu Katsir memaparkan bahwa beberapa ulama juga ada yang menyebutkan, Hawa selama hidupnya merasakan 120 kelahiran, pada setiap kelahirannya memiliki dua anak kembar, satu orang putra dan satu orang putri. Anak pertama mereka adalah Qabil dan Iglima, sedangkan anak terakhir adalah Abdul Mugits dan Ammatul Mugits.
Kemudian dari mulai anak anak Adam itulah manusia menyebar ke seluruh penjuru bumi, semakin tumbuh besar dan semakin banyak.
Sebagaimana firman Allah, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan“ (QS Al Hujurat: 13 ).
Juga firman Allah, “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” Dan seterusnya hingga akhir ayat. ( QS An Nisaa' : 1 ).
Bahkan, beberapa sejarawan menyebutkan, bahwa sebelum meninggal dunia, Adam merasakan hidup bersama anak, cucu, cicit, dan seterusnya hingga berjumlah 40.000 orang.
Allah juga berfirman, “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (Suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhan Mereka (seraya berkata), “Jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami akan selalu bersyukur.” Maka setelah Dia memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugrahkan Nya itu. Maka Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.” ( QS Al A'raf: 189-190 ).
Pada awal ayat ini dijelaskan tentang Adam, kemudian setelah itu meluas ke seluruh bangsa manusia. Dengan kata lain firman tersebut tidak hanya khusus mengenai Adam dan Hawa saja, namun juga keterangan tentang apa yang terjadi dengan bangsa manusia secara keseluruhan (karena Adam juga termasuk bangsa manusia).
Sama seperti disebutkan pada firman Allah, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)". ( QS Al Mukminun: 12-13 ).
Juga firman Allah, “Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan.” ( QS Al Mulk: 5 ).
Seperti diketahui bahwa kata “rujum lisy syayatin” bukanlah salah satu benda yang menghiasi langit, namun itu dimasukkan ke dalamnya karena keberadaannya di atas langit.
Adapun mengenai sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abdus Shamad, dari Umar bin Ibrahim, dari Qatadah, dari Hasan, dari Samurah, dari Nabi SAW , beliau bersabda, “Ketika Hawa melahirkan seorang anak, iblis menghampirinya, dan sebelum itu tidak ada seorang anak pun yang hidup setelah dilahirkan oleh Hawa. Kemudian iblis berkata kepada Hawa, “Namailah ia dengan Abdul Harits maka ia akan hidup. Dan Hawa pun menurutinya dan menamai anaknya Abdul Harits. Ternyata benar, anak itu memang hidup. Itu adalah salah satu perintah dan bisikan dari setan.”
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawaih dalam kitab tafsir mereka ketika membahas tentang ayat di atas tadi”. Dan diriwayatkan pula oleh Hakim dalam Kitab Mustadrak-nya. Mereka semua meriwayatkan hadis tersebut melalui Abdus Shamad bin Abdul Warits.
Hakim berkata, “hadis ini memiliki sanad yang sahih namun tidak dimasukkan dalam kitab hadis shahih oleh Bukhari dan Muslim.
Sedang Tirmidzi berkata, “Hadis ini termasuk hadis hasan gharib, kami tidak menemui riwayat lain secara marfiu' kecuali melalui Umar bin Ibrahim, sedangkan riwayat dari Abdus Shamad malah tidak masuk dalam hadits marfu””
Ini adalah noda yang sangat buruk dalam periwayatan hadis tatkala diriwayatkan secara mauquf atas nama seorang sahabat, dan itu yang paling tinggi tingkatannya, karena yang sebenarnya hadis itu diambil dari israiliyat (hadis yang dibuat buat/palsu).
Ibnu Kasir menjelaskan disebutkan di atas bahwa hadis itu diriwayatkan secara mauquf atas nama Ibnu Abbas, namun yang sebenarnya adalah diambil dari kalimat Ka'ab Al Ahbar dan yang lainnya.
Hasan Basri yang disebutkan sebagai perawi hadis tersebut ketika menafsirkan ayat-ayat di atas malah menuliskan hal hal yang kontradiksi dengan matan hadis tersebut, kalau seandainya ia benar-benar meriwayatkannya dari Samrah secara marfu' maka tidak mungkin ia berpaling dan menuliskan hal hal yang bertentangan dengan hadis tersebut. Wallahu a'lam.
Lagi pula, kata Ibnu Katsir, di dalam Al Qur'an telah dijelaskan bahwa Adam dan Hawa diciptakan sebagai awal mula kehidupan manusia, agar mereka dapat melahirkan laki-laki dan perempuan yang banyak, maka bagaimana mungkin tidak ada satupun anak yang terlahir dari Hawa selalu meninggal dunia seperti disebutkan hadits tersebut kalau memang benar benar dari Nabi SAW.
"Seperti diperkirakan sebelumnya, atau bahkan seperti dipastikan sebelumnya, bahwa memarfu'kan hadis tersebut kepada Rasulullah tidak benar adanya, yang benar adalah hadis mauquf. Wallahu a'lam," tutur Ibnu Katsir. "Semua itu juga telah kami uraikan secara mendetil dalam kitab tafsir (Tafsir Ibnu Katsir), atas karunia Allah," lanjutnya.
Dan juga, Adam dan Hawa adalah orang-orang yang bertakwa kepada Allah lebih dari apa yang disebutkan dalam hadis tersebut, karena Adam adalah bapak manusia yang diciptakan oleh Allah dengan Tangan-Nya, ditiupkan kepadanya roh ciptaan-Nya, para malaikat pun diperintahkan untuk bersujud kepadanya, bahkan ia diajarkan segala sesuatu dan tinggal di dalam surga.
(mhy)