Mungkinkah Indonesia Bernasib seperti Palestina? Ini Jawaban Hajriyanto
Senin, 31 Mei 2021 - 10:17 WIB
Sebagai pemimpin, lanjutnya, jangan membiasakan membuat pertanyaan-pertanyaan yang pesimistis. Coba kita buat pertanyaan-pertanyaan optimistis.
“Sekarang Muslim di Cina kurang, bisa saja nanti ke depan mereka banyak Muslim, daratan Cina dulu banyak Muslimnya,” ungkapnya.
Dia menegaskan, artinya, pada masa kekhalifahan Umayah dan Abasiyah pun umat beragama Kristen dibiarkan dengan kebebasan beragama. Umat Islam kalau berkuasa tidak pernah memaksa kebebasan agama untuk dianut.
“Ini menunjukkan perjalanan sejarah manusia bisa berubah-ubah dan sejarah menunjukkan kepada kita seperti itulah yang terjadi, oleh karena itu (mari) kita optimis,” tuturnya.
Dihormati
Di sisi lain, Hajriyanto menjelaskan bahwa Indonesia sangat berpotensi dihormati. Mengingat, Indonesia oleh negara-negara Barat dan Amerika, dipandang lebih dari negara-negara Arab.
Artinya, sambungnya, Indonesia punya potensi yang sangat besar. Islam di Indonesia dianggap memiliki watak yang berbeda dengan Islam di Timur Tengah atau dunia Arab. Negara-negara Barat sangat menghormati Indonesia.
“Saya selaku Dubes RI di Beirut sangat sering diundang oleh komandan-komandan pasukan perdamaian dari negara-negara Eropa di markasnya,” ucap Duta Besar Indonesia untuk Lebanon ini.
Dia mengaku mendapat undangan di berbagai acara, bahkan acara yang sangat internal. “Saya diundang oleh Spanyol, Italia, dan sebagainya. Itu tidak ada Dubes lainnya (yang diundang),” ungkapnya.
Inilah, menurutnya, kesempatan bagi Indonesia untuk tampil lebih tangguh. Ketika itu bisa menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, juga ketika menjadi ketua selama 1 tahun, menjadikan Palestina sebagai isu utama.
Palestina Jantung Diplomasi
Menurut Hajri, politik luar negeri Indonesia sekarang mengatakan, jantung politik luar negeri Indonesia itu Palestina. Jantung diplomasi itu Palestina. Memang concern sekali.
Meskipun ketika Amerika membuat berbagai proposal perdamaian, itu juga belum melibatkan Indonesia. Padahal, mungkin kalau melibatkan Indonesia, akan berbeda hasilnya.
Indonesia juga tidak pernah menimbulkan kecurigaan. Saat membantu masyarakat di dunia Arab, Palestina misal, juga tidak dicurigai. Banyak LSM Indonesia yang membantu pengungsi Palestina.
Tidak dipertanyakan pula LSM Indonesia yang mendirikan sekolah di Beirut untuk pengungsi Palestina. Padahal yang lain-lain tidak mudah melakukannya. Karena dipercaya tidak ada agenda campur tangan politik.
Diplomasi itu, dimensinya juga banyak. Lantas Hajri berpesan, “Percayalah bahwa diplomasi Indonesia memang menjadikan isu Palestina sebagai jantungnya dan itu memerlukan waktu,” tuturnya.
“Saya rasa Menlu sangat aktif dan mewakili aspirasi hati nurani umat Islam Indonesia dan elemen-elemen bangsa lain yang memberikan dukungan kepada Palestina,” sambungnya.
“Sekarang Muslim di Cina kurang, bisa saja nanti ke depan mereka banyak Muslim, daratan Cina dulu banyak Muslimnya,” ungkapnya.
Dia menegaskan, artinya, pada masa kekhalifahan Umayah dan Abasiyah pun umat beragama Kristen dibiarkan dengan kebebasan beragama. Umat Islam kalau berkuasa tidak pernah memaksa kebebasan agama untuk dianut.
“Ini menunjukkan perjalanan sejarah manusia bisa berubah-ubah dan sejarah menunjukkan kepada kita seperti itulah yang terjadi, oleh karena itu (mari) kita optimis,” tuturnya.
Dihormati
Di sisi lain, Hajriyanto menjelaskan bahwa Indonesia sangat berpotensi dihormati. Mengingat, Indonesia oleh negara-negara Barat dan Amerika, dipandang lebih dari negara-negara Arab.
Artinya, sambungnya, Indonesia punya potensi yang sangat besar. Islam di Indonesia dianggap memiliki watak yang berbeda dengan Islam di Timur Tengah atau dunia Arab. Negara-negara Barat sangat menghormati Indonesia.
“Saya selaku Dubes RI di Beirut sangat sering diundang oleh komandan-komandan pasukan perdamaian dari negara-negara Eropa di markasnya,” ucap Duta Besar Indonesia untuk Lebanon ini.
Dia mengaku mendapat undangan di berbagai acara, bahkan acara yang sangat internal. “Saya diundang oleh Spanyol, Italia, dan sebagainya. Itu tidak ada Dubes lainnya (yang diundang),” ungkapnya.
Inilah, menurutnya, kesempatan bagi Indonesia untuk tampil lebih tangguh. Ketika itu bisa menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, juga ketika menjadi ketua selama 1 tahun, menjadikan Palestina sebagai isu utama.
Palestina Jantung Diplomasi
Menurut Hajri, politik luar negeri Indonesia sekarang mengatakan, jantung politik luar negeri Indonesia itu Palestina. Jantung diplomasi itu Palestina. Memang concern sekali.
Meskipun ketika Amerika membuat berbagai proposal perdamaian, itu juga belum melibatkan Indonesia. Padahal, mungkin kalau melibatkan Indonesia, akan berbeda hasilnya.
Indonesia juga tidak pernah menimbulkan kecurigaan. Saat membantu masyarakat di dunia Arab, Palestina misal, juga tidak dicurigai. Banyak LSM Indonesia yang membantu pengungsi Palestina.
Tidak dipertanyakan pula LSM Indonesia yang mendirikan sekolah di Beirut untuk pengungsi Palestina. Padahal yang lain-lain tidak mudah melakukannya. Karena dipercaya tidak ada agenda campur tangan politik.
Diplomasi itu, dimensinya juga banyak. Lantas Hajri berpesan, “Percayalah bahwa diplomasi Indonesia memang menjadikan isu Palestina sebagai jantungnya dan itu memerlukan waktu,” tuturnya.
“Saya rasa Menlu sangat aktif dan mewakili aspirasi hati nurani umat Islam Indonesia dan elemen-elemen bangsa lain yang memberikan dukungan kepada Palestina,” sambungnya.
(mhy)