Kiai Hasyim Memanggil Kiai Dahlan dengan Panggilan Mas...
Selasa, 15 Juni 2021 - 16:08 WIB
Selepas nyantri di bawah asuhan Kiai Sholeh Darat selama dua tahun, keduanya disarankan untuk menimba ilmu di Makkah. Tentu, mereka berdua dibekali oleh sang guru terkait dengan ulama-ulama yang harus diserap ilmunya ketika di Makkah.
Sepulang dari tanah Haram, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan KH Hasyim Asy’ari mendirikan NU.
Menurut H Marsudi, baik Kiai Dahlan maupun KH Hasyim menjadikan organisasinya itu sebagai sarana untuk berdakwah menyebarkan Islam. Keduanya sama-sama memiliki kemampuan untuk menyusun strategi dakwah yang jitu.
“Yang hebat dua-duanya bisa memosisikan target market of dakwah yang berbeda,” katanya.
Kiai Dahlan yang tinggal di kota menggunakan sekolah sebagai sarana dakwah. Hingga kemudian sekolah menyebar ke desa-desa. Sementara, Kiai Hasyim yang berangkat dari desa menggunakan pesantren sebagai ‘motor dakwah.’
KH Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Ia wafat pada 23 Februari 1923 di usianya yang ke-54 tahun. Pada 18 November 1912, Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Ia diganjar pemerintah Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 1961 karena telah memelopori kebangkitan umat Islam.
KH Hasyim Asy’ari lahir di Demak pada 10 April 1875 dan wafat pada 25 Juli 1947 pada di usia 72 tahun. Pada 1926, bersama dengan ulama-ulama Nusantara Kiai Hasyim memprakarsai berdirinya NU. Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 17 November 1964 atas jasa besarnya melawan penjajah.
Sepulang dari tanah Haram, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan KH Hasyim Asy’ari mendirikan NU.
Menurut H Marsudi, baik Kiai Dahlan maupun KH Hasyim menjadikan organisasinya itu sebagai sarana untuk berdakwah menyebarkan Islam. Keduanya sama-sama memiliki kemampuan untuk menyusun strategi dakwah yang jitu.
“Yang hebat dua-duanya bisa memosisikan target market of dakwah yang berbeda,” katanya.
Kiai Dahlan yang tinggal di kota menggunakan sekolah sebagai sarana dakwah. Hingga kemudian sekolah menyebar ke desa-desa. Sementara, Kiai Hasyim yang berangkat dari desa menggunakan pesantren sebagai ‘motor dakwah.’
KH Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Ia wafat pada 23 Februari 1923 di usianya yang ke-54 tahun. Pada 18 November 1912, Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Ia diganjar pemerintah Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 1961 karena telah memelopori kebangkitan umat Islam.
KH Hasyim Asy’ari lahir di Demak pada 10 April 1875 dan wafat pada 25 Juli 1947 pada di usia 72 tahun. Pada 1926, bersama dengan ulama-ulama Nusantara Kiai Hasyim memprakarsai berdirinya NU. Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 17 November 1964 atas jasa besarnya melawan penjajah.
(mhy)