Baginda Sultan dan Para Menteri Bertelur, Abu Nawas Berkokok
Jum'at, 29 Mei 2020 - 09:11 WIB
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). (
Pada suat hari Sultan Harun al-Rasyid memanggil sepuluh orang menterinya “Kalian tahu di depan Istana ini ada sebuah kolam. Aku akan memberikan masing-masing sebutir telur kepada kalian, menyelamlah kalian ke dalam kolam itu dan kemudian serahkanlah telur-telur itu kepadaku apabila kamu muncul kepermukaan. Aku ingin tahu kepandaian Abu Nawas.”
Kemudian sultan menyuruh memanggil Abu Nawas ke Istananya. Kepada Abu Nawas dan kesepuluh orang menterinya itu Sultan bertitah, “Kamu sekalian aku perintahkan turun ke dalam kolam itu, menyelam, dan apabila muncul ke permukaan serahkanlah kepadaku sebutir telur ayam. Barangsiapa tidak menyerahkan telur, niscaya mendapat hukuman dariku.”
"Mencari telur di dalam air?" pikir Abu Nawas, sambil memandang kepada menteri-menteri itu. Mereka tampak takzim dan siap melaksanakan perintah. “Adakah ayam betina di dalam kolam itu?” pikirnya.
Keesokan harinya, pagi-pagi benar, menteri-menteri itu menyelam ke dalam kolam. Ketika mereka muncul dari dalam kolam, masing-masing membawa sebutir telur dan menyerahkan kepada Sultan.
Abu Nawas tidak kunjung muncul di permukaan kolam, ia berenang ke sana-kemari mencari telur. Dikoreknya dinding kolam, namun tak juga ditemukannya.
Setelah cape mengitari dasar kolam, terpikir dalam benaknya bahwa ia dianiaya oleh Sultan. Maka ia pun berdoa kepada Tuhan mohon keselamatan. Keluarlah ia dari kolam dan naik ke darat. Di depan Sultan ia berkokok-kokok dan berjalan laksana seekor ayam jantan.
“Hai, Abu Nawas mana janjimu?" tegur Sultan, "semua orang ini masing-masing telah menyerahkan sebutir telur kepadaku, hanya kamu yang tidak, oleh karena itu kamu akan aku beri hukuman.”
Sembah Abu Nawas, “Ya tuanku Syah Alam, yang mempunyai telur adalah ayam betina, hamba ini ayam jantan. Telur hanya dapat dihasilkan oleh ayam betina. Jika ayam betina tidak berjantan, bagaimana ia akan dapat telur?”
Demi mendengar alasan Abu Nawas, Sultan pun tidak dapat berkata apa-apa karena memang sangat tepat. Sultan dan semua menterinya hanya bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal. (
Pada suat hari Sultan Harun al-Rasyid memanggil sepuluh orang menterinya “Kalian tahu di depan Istana ini ada sebuah kolam. Aku akan memberikan masing-masing sebutir telur kepada kalian, menyelamlah kalian ke dalam kolam itu dan kemudian serahkanlah telur-telur itu kepadaku apabila kamu muncul kepermukaan. Aku ingin tahu kepandaian Abu Nawas.”
Kemudian sultan menyuruh memanggil Abu Nawas ke Istananya. Kepada Abu Nawas dan kesepuluh orang menterinya itu Sultan bertitah, “Kamu sekalian aku perintahkan turun ke dalam kolam itu, menyelam, dan apabila muncul ke permukaan serahkanlah kepadaku sebutir telur ayam. Barangsiapa tidak menyerahkan telur, niscaya mendapat hukuman dariku.”
"Mencari telur di dalam air?" pikir Abu Nawas, sambil memandang kepada menteri-menteri itu. Mereka tampak takzim dan siap melaksanakan perintah. “Adakah ayam betina di dalam kolam itu?” pikirnya.
Keesokan harinya, pagi-pagi benar, menteri-menteri itu menyelam ke dalam kolam. Ketika mereka muncul dari dalam kolam, masing-masing membawa sebutir telur dan menyerahkan kepada Sultan.
Abu Nawas tidak kunjung muncul di permukaan kolam, ia berenang ke sana-kemari mencari telur. Dikoreknya dinding kolam, namun tak juga ditemukannya.
Setelah cape mengitari dasar kolam, terpikir dalam benaknya bahwa ia dianiaya oleh Sultan. Maka ia pun berdoa kepada Tuhan mohon keselamatan. Keluarlah ia dari kolam dan naik ke darat. Di depan Sultan ia berkokok-kokok dan berjalan laksana seekor ayam jantan.
“Hai, Abu Nawas mana janjimu?" tegur Sultan, "semua orang ini masing-masing telah menyerahkan sebutir telur kepadaku, hanya kamu yang tidak, oleh karena itu kamu akan aku beri hukuman.”
Sembah Abu Nawas, “Ya tuanku Syah Alam, yang mempunyai telur adalah ayam betina, hamba ini ayam jantan. Telur hanya dapat dihasilkan oleh ayam betina. Jika ayam betina tidak berjantan, bagaimana ia akan dapat telur?”
Demi mendengar alasan Abu Nawas, Sultan pun tidak dapat berkata apa-apa karena memang sangat tepat. Sultan dan semua menterinya hanya bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal. (
(mhy)