Ilmu Memanggil Arwah Menurut Pandangan Islam
Kamis, 14 Oktober 2021 - 17:08 WIB
Ada sementara pihak mengaku menguasai ilmu memanggil roh orang mati. Konon mereka bisa mengajak arwah itu berkomunikasi. Lalu, bagaimana Islam memandang masalah ini?
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam bukunya berjudul Mukhtarat Min Kitab Majmu’ Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi’ah menyebut ilmu tersebut merupakan permainan setan yang bertujuan merusak akidah dan akhlak.
Di sisi lain, ia mengutip hadits yang memberi informasi bahwa sejatinya manusia yang hidup bisa berkomunikasi dengan roh orang yang sudah meninggal dunia.
Ada riwayat yang shahih, bahwa pada perang Badar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengurus 24 orang bangkai pemuka Quraisy, mereka dilemparkan ke dalam sebuah sumur busuk yang ada di Badar. Manakala beliau sudah mengalahkan kaum (Musyrikin Quraisy), beliau tinggal di tanah Badar yang menjadi lengang selama 3 malam.
Setelah beliau berada di sana pada hari yang ketiga, beliau memerintahkan untuk mempersiapkan binatang tungganngannya, lalu dipasang dan dikuatkanlah pelananya. Kemudian beliau berjalan diiringi oleh para sahabatnya.
Para sahabat berkata, “Kami tidak melihat beliau beranjak kecuali dengan maksud memenuhi sebagian kebutuhannya. Sampai akhirnya beliau berdiri di sisi bibir sumur, kemudian beliau memanggil bangkai-bangkai pembesar kafir Quraisy (yang terkubur di dalam sumur) tersebut dengan menyebutkan nama-nama mereka dan nama bapak-bapak mereka:
“Wahai Fulan bin fulan, Wahai Fulan bin fulan, Bukankah kalian akan senang jika kalian mentaati Allah dan rasulNya? Sesungguhnya kami benar-benar telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Rabb kami. Bukankah kalian juga telah benar-benar mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rabb kalian.”
Umar bin Khattab berkata, “Wahai Rasulullah kenapa Anda berbicara dengan jasad-jasad yang tidak memiliki roh?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, kalian tidak lebih baik pendengarannya terhadap apa yang aku katakan dibanding mereka, hanya saja mereka tidak mampu menjawab” [HR Bukhari, Kitab al-Maghazi, no.3976. Fathul Bari VII/300-301]
Juga terdapat riwayat yang shahih dari Rasulullah SAW bahwa mayit bisa mendengar suara sandal (sepatu) orang-orang yang mengantarnya ketika mereka meninggalkan (kuburan)nya.
Ibnul Qayyim berkata, “Kaum salaf telah bersepakat atas hal ini. Atsar dari mereka sudah mutawatir bahwa mayit mengetahui jika ada orang yang menziarahinya dan merasa bahagia dengan ziarah tersebut”.
Selanjutnya Ibnul Qayyim menukil perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu dalam menafsirkan firman Allah.
“Allah memegang jiwa (roh seseorang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (seseorang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahan jiwa (roh orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan lagi jiwa (roh) yang lain sampai waktu yang ditentukan“. [ Az-Zumar/39: 42 ]
“Telah sampai kepadaku bahwasanya roh orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati bisa bertemu di dalam tidur (mimpi-red) kemudian mereka saling bertanya, lalu Allah menahan roh orang yang sudah mati dan mengembalikan roh orang yang masih hidup ke jasadnya.”
Kemudian Ibnul Qayyim berkata, “Sungguh pertemuan antara roh orang-orang yang masih hidup dengan roh orang-orang yang sudah meninggal menunjukkan bahwa orang yang masih hidup bisa melihat orang yang sudah meninggal dalam mimpinya dan menanyainya hingga orang yang sudah mati menceritakan apa yang tidak diketahui oleh yang masih hidup.
Atas dasar inilah terkadang berita orang yang hidup (tentang keadaan orang yang sudah mati) bisa pas sesuai dengan kenyataan.”
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengatakan bahwa roh orang-orang yang sudah mati tetap ada dan bisa mendengar sampai waktu yang dikehendaki Allah. "Tetapi tidak benar, kalau roh-roh itu bisa berhubungan dengan orang-orang yang masih hidup selain dalam mimpi," katanya.
Begitu pula, kata dia, tidaklah benar pengakuan para tukang sihir tentang kemampuan mereka mendatangkan roh orang-orang mati yang diinginkan, lalu mengajaknya berbicara dan bertanya-tanya (berbagai hal) kepadanya.
"Ini adalah pengakuan yang batil, tidak ada dalil yang menguatkannya baik dalil naqli maupun dalil aqli. Allah yang Maha Mengetahui masalah roh. Dialah yang mengatur roh. Dia pulalah yang berkuasa mengembalikan roh tersebut ke jasad manusia kapan saja Ia kehendaki. Hanya Allah yang Maha mengatur kerajaanNya dan ciptaanNya, tidak ada yang bisa menandingiNya," katanya.
Perkara Gaib
Masalah roh merupakan perkara gaib yang hakikatnya hanya diketahui Allah SWT saja. Orang tidak boleh sibuk membicarakannya kecuali berdasarkan dalil syar’i. Allah berfirman.
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya“. [Al-Jin/72: 26-27]
“Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” [An-Naml/27: 56]
Para ulama berbeda pendapat dalam memahami maksud roh (arwah) yang terdapat dalam Al Qur’an, surah Al-Isra’ 85.
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ”Roh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit“.
Sebagian ulama mengatakan, bahwa maksudnya adalah roh yang ada pada badan. Berdasarkan pendapat ini maka ayat di atas merupakan dalil bahwa roh termasuk urusan Allah, tidak diketahui oleh manusia sedikitpun kecuali yang diberitahukan oleh Allah.
Karena masalah roh merupakan satu di antara sekian banyak masalah yang khusus menjadi rahasia Allah. Dia menutup persoalan ini terhadap makhluk-Nya.
Sementara itu Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih dari Rasulullah SAW menunjukkan bahwa roh orang yang sudah meninggal dunia akan tetap hidup setelah kematian jasad.
Roh Setan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengatakan bahwa apa yang diaku-aku oleh para dajjal ini, yaitu memanggil roh-roh sebenarnya adalah roh-roh setan. "Mereka memberikan pelayanan kepada setan-setan itu dengan cara menyembahnya dan memenuhi permintaannya," katanya.
Roh-roh setan tadi membantu para Dajjal ini dengan bantuan yang diminta dengan cara berdusta dan berbuat dosa dalam menjiplak nama orang-orang mati yang dipanggil para Dajjal itu. Allah berfirman:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syetan) kerjakan“. [Al-An’am/6 : 112-113]
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman):”Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia:”Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”.
Allah berfirman:”Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui“. [Al-An’am/6 : 128]
Para ulama tafsir menyebutkan, kesenangan jin terhadap manusia ialah karena pengabdian manusia kepada jin, dengan cara memberikan sesajian binatang sembelihan, bernadzar dan meminta-minta kepada jin.
Sedangkan kesenangan manusia terhadap jin ialah karena pemenuhan jin terhadap kebutuhan yang diminta manusia, dan juga karena pemberitaan jin kepada manusia tentang beberapa perkara gaib yang diketahuinya atau yang berhasil ia curi dengar atau yang hanya sekadar kedustaan yang dibuat-buat mengenai banyak persoalan yang rumit. Dan kedustaan inilah yang justru paling banyak (dilakukan oleh jin).
Baca Juga
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam bukunya berjudul Mukhtarat Min Kitab Majmu’ Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi’ah menyebut ilmu tersebut merupakan permainan setan yang bertujuan merusak akidah dan akhlak.
Di sisi lain, ia mengutip hadits yang memberi informasi bahwa sejatinya manusia yang hidup bisa berkomunikasi dengan roh orang yang sudah meninggal dunia.
Ada riwayat yang shahih, bahwa pada perang Badar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengurus 24 orang bangkai pemuka Quraisy, mereka dilemparkan ke dalam sebuah sumur busuk yang ada di Badar. Manakala beliau sudah mengalahkan kaum (Musyrikin Quraisy), beliau tinggal di tanah Badar yang menjadi lengang selama 3 malam.
Setelah beliau berada di sana pada hari yang ketiga, beliau memerintahkan untuk mempersiapkan binatang tungganngannya, lalu dipasang dan dikuatkanlah pelananya. Kemudian beliau berjalan diiringi oleh para sahabatnya.
Para sahabat berkata, “Kami tidak melihat beliau beranjak kecuali dengan maksud memenuhi sebagian kebutuhannya. Sampai akhirnya beliau berdiri di sisi bibir sumur, kemudian beliau memanggil bangkai-bangkai pembesar kafir Quraisy (yang terkubur di dalam sumur) tersebut dengan menyebutkan nama-nama mereka dan nama bapak-bapak mereka:
“Wahai Fulan bin fulan, Wahai Fulan bin fulan, Bukankah kalian akan senang jika kalian mentaati Allah dan rasulNya? Sesungguhnya kami benar-benar telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Rabb kami. Bukankah kalian juga telah benar-benar mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rabb kalian.”
Umar bin Khattab berkata, “Wahai Rasulullah kenapa Anda berbicara dengan jasad-jasad yang tidak memiliki roh?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, kalian tidak lebih baik pendengarannya terhadap apa yang aku katakan dibanding mereka, hanya saja mereka tidak mampu menjawab” [HR Bukhari, Kitab al-Maghazi, no.3976. Fathul Bari VII/300-301]
Juga terdapat riwayat yang shahih dari Rasulullah SAW bahwa mayit bisa mendengar suara sandal (sepatu) orang-orang yang mengantarnya ketika mereka meninggalkan (kuburan)nya.
Ibnul Qayyim berkata, “Kaum salaf telah bersepakat atas hal ini. Atsar dari mereka sudah mutawatir bahwa mayit mengetahui jika ada orang yang menziarahinya dan merasa bahagia dengan ziarah tersebut”.
Selanjutnya Ibnul Qayyim menukil perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu dalam menafsirkan firman Allah.
اللهُ يَتَوَفَّى اْلأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ اْلأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
“Allah memegang jiwa (roh seseorang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (seseorang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahan jiwa (roh orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan lagi jiwa (roh) yang lain sampai waktu yang ditentukan“. [ Az-Zumar/39: 42 ]
“Telah sampai kepadaku bahwasanya roh orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati bisa bertemu di dalam tidur (mimpi-red) kemudian mereka saling bertanya, lalu Allah menahan roh orang yang sudah mati dan mengembalikan roh orang yang masih hidup ke jasadnya.”
Kemudian Ibnul Qayyim berkata, “Sungguh pertemuan antara roh orang-orang yang masih hidup dengan roh orang-orang yang sudah meninggal menunjukkan bahwa orang yang masih hidup bisa melihat orang yang sudah meninggal dalam mimpinya dan menanyainya hingga orang yang sudah mati menceritakan apa yang tidak diketahui oleh yang masih hidup.
Atas dasar inilah terkadang berita orang yang hidup (tentang keadaan orang yang sudah mati) bisa pas sesuai dengan kenyataan.”
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengatakan bahwa roh orang-orang yang sudah mati tetap ada dan bisa mendengar sampai waktu yang dikehendaki Allah. "Tetapi tidak benar, kalau roh-roh itu bisa berhubungan dengan orang-orang yang masih hidup selain dalam mimpi," katanya.
Begitu pula, kata dia, tidaklah benar pengakuan para tukang sihir tentang kemampuan mereka mendatangkan roh orang-orang mati yang diinginkan, lalu mengajaknya berbicara dan bertanya-tanya (berbagai hal) kepadanya.
"Ini adalah pengakuan yang batil, tidak ada dalil yang menguatkannya baik dalil naqli maupun dalil aqli. Allah yang Maha Mengetahui masalah roh. Dialah yang mengatur roh. Dia pulalah yang berkuasa mengembalikan roh tersebut ke jasad manusia kapan saja Ia kehendaki. Hanya Allah yang Maha mengatur kerajaanNya dan ciptaanNya, tidak ada yang bisa menandingiNya," katanya.
Perkara Gaib
Masalah roh merupakan perkara gaib yang hakikatnya hanya diketahui Allah SWT saja. Orang tidak boleh sibuk membicarakannya kecuali berdasarkan dalil syar’i. Allah berfirman.
عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya“. [Al-Jin/72: 26-27]
قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ
“Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” [An-Naml/27: 56]
Para ulama berbeda pendapat dalam memahami maksud roh (arwah) yang terdapat dalam Al Qur’an, surah Al-Isra’ 85.
وَيَسْئَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَآأُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ”Roh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit“.
Sebagian ulama mengatakan, bahwa maksudnya adalah roh yang ada pada badan. Berdasarkan pendapat ini maka ayat di atas merupakan dalil bahwa roh termasuk urusan Allah, tidak diketahui oleh manusia sedikitpun kecuali yang diberitahukan oleh Allah.
Karena masalah roh merupakan satu di antara sekian banyak masalah yang khusus menjadi rahasia Allah. Dia menutup persoalan ini terhadap makhluk-Nya.
Sementara itu Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih dari Rasulullah SAW menunjukkan bahwa roh orang yang sudah meninggal dunia akan tetap hidup setelah kematian jasad.
Roh Setan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengatakan bahwa apa yang diaku-aku oleh para dajjal ini, yaitu memanggil roh-roh sebenarnya adalah roh-roh setan. "Mereka memberikan pelayanan kepada setan-setan itu dengan cara menyembahnya dan memenuhi permintaannya," katanya.
Roh-roh setan tadi membantu para Dajjal ini dengan bantuan yang diminta dengan cara berdusta dan berbuat dosa dalam menjiplak nama orang-orang mati yang dipanggil para Dajjal itu. Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَافَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَايَفْتَرُونَ . وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لاَيُؤْمِنُونَ بِاْلأَخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَاهُم مُّقْتَرِفُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syetan) kerjakan“. [Al-An’am/6 : 112-113]
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَامَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ اْلإِنسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلَتْ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَآ إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman):”Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia:”Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”.
Allah berfirman:”Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui“. [Al-An’am/6 : 128]
Para ulama tafsir menyebutkan, kesenangan jin terhadap manusia ialah karena pengabdian manusia kepada jin, dengan cara memberikan sesajian binatang sembelihan, bernadzar dan meminta-minta kepada jin.
Sedangkan kesenangan manusia terhadap jin ialah karena pemenuhan jin terhadap kebutuhan yang diminta manusia, dan juga karena pemberitaan jin kepada manusia tentang beberapa perkara gaib yang diketahuinya atau yang berhasil ia curi dengar atau yang hanya sekadar kedustaan yang dibuat-buat mengenai banyak persoalan yang rumit. Dan kedustaan inilah yang justru paling banyak (dilakukan oleh jin).
(mhy)