Sa’ad bin Muadz (1): Pengobar Semangat Jihad Kaum Anshar dalam Perang Badar
loading...
A
A
A
Sa’ad bin Muadz ra adalah sahabat Nabi SAW dari kaum Anshar. Pada usia 31 tahun ia masuk Islam. Dan dalam usia 31 tahun ia pergi menemui syahidnya. Di antara hari keislamannya sampai saat wafatnya, telah diisi dengan karya-karya gemilang dalam berhakti kepada Allah dan Rasul-Nya.Sa’ad bin Muadz adalah tokoh Anshar yang mengobarkan semangat jihad pada perang Badar.
Suatu ketika ia berlari menuju rumah As'ad bin Zurarah. Tujuannya bertemu Mush'ab bin Umair, duta dari Mekkah yang dikirim oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) sebagai utusan guna menyebarkan tauhid dan Agama Islam di Madinah.
Pada awalnya, ia pergi ke rumah As'ad bin Zurarah dengan tujuan hendak mengusir perantau ini ke luar perbatasan Madinah, agar ia membawa kembali Agamanya dan membiarkan penduduk Madinah dengan agama mereka.
Takdir berkehendak lain. Baru saja ia bersama Useid bin Zurarah sampai ke dekat majlis Mush'ab di rumah sepupunya, tiba-tiba dadanya telah terhirup udara segar yang meniupkan rasa nyaman. Dan belum lagi ia sampai kepada hadirin dan duduk di antara mereka memasang telinga terhadap uraian-uraian Mush’ab, maka petunjuk Allah telah menerangi jiwa dan ruhnya.
Pemimpin golongan Anshar itu melemparkan lembingnya jauh-jauh, lalu mengulurkan tangan kanannya mengangkat bai'at kepada utusan Rasulullah SAW. Dengan masuk Islamnya Sa'ad, bersinar pula di Madinah mata hari baru.
Sa'ad telah memeluk Islam, memikul tanggung jawab itu dengan keberanian dan kebesaran. Tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah, maka rumah-rumah kediaman Bani Abdil Asyhal, yakni kabilah Sa'ad, pintunya terbuka lebar bagi golongan Muhajirin, begitu pula semua harta kekayaan mereka dapat dimanfaatkan tanpa batas.
Pada saat perang Badar , Rasulullah SAW mengumpulkan sahabat-sahabatnya dari golongan Muhajirin dan Anshar untuk bermusyawarah dengan mereka tentang urusan perang itu dihadapkannya wajahnya yang mulia ke arah orang-orang Anshar, seraya katanya: "Kemukakanlah buah fikiran kalian, wahai shahabat ..!"
Maka bangkitlah Sa'ad bin Mu'adz tak ubah bagi bendera di atas tiangnya, katanva: "Wahai Rasulullah, Kami telah beriman kepada Anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang Anda bawa itu adalah hal yang benar, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji-janji kami. Maka laksanakanlah terus, ya Rasulullah apa yang Anda inginkan, dan kami akan selalu bersama Anda! Dan demi Allah yang telah mengutus Anda membawa kebenaran! Seandainya Anda menghadapkan kami ke lautan ini lalu Anda menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur, tak seorang pun yang akan mundur. Dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh, kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan. Dan semoga Allah akan memperlihatkan kepada Anda tindakan kami yang menyenangkan hati. Maka mulailah kita berangkat dengan berkah Allah Ta'ala... !"
Kata-kata Sa'ad itu muncul tak ubah bagai berita gembira, dan wajah Rasul pun bersinar-sinar dipenuhi rasa ridla dan bangga serta bahagia, lalu katanya kepada Kaum Muslimin: -
"Marilah hita berangkat dan besarkan hati halian karena Allah telah menjanjikan kepadahu salah satu di antara dua golongan! Demi Allah, sungguh seolah-olah tampak olehhu hehancuran orang-orang itu!" (al-Hadits)
Perang Uhud dan Khandak
Dan di waktu perang Uhud, yakni ketika Kaum Muslimin telah cerai-berai disebabkan serangan mendadak dari tentara musyrikin, maka takkan sulit bagi penglihatan mata untuk menemukan kedudukan Sa'ad bin Mu'adz.
Kedua kakinya seolah-olah telah dipakukannya ke bumi di dekat Rasulullah SAW mempertahankan dan membelanya mati-matian, suatu hal yang agung, terpancar dari sikap hidupnya.
Kemudian datanglah pula saat perang Khandak, yang dengan jelas membuktikan kejantanan Sa'ad dan kepahlawanannya.
Perang Khandak ini merupakan bukti nyata atas persekongkolan dan siasat licik yang dilancarkan kepada Kaum Muslimin tanpa ampun, yaitu dari orang-orang yang dalam pertentangan mereka, tidak kenal perjanjian atau keadilan. (Bersambung)
Suatu ketika ia berlari menuju rumah As'ad bin Zurarah. Tujuannya bertemu Mush'ab bin Umair, duta dari Mekkah yang dikirim oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) sebagai utusan guna menyebarkan tauhid dan Agama Islam di Madinah.
Pada awalnya, ia pergi ke rumah As'ad bin Zurarah dengan tujuan hendak mengusir perantau ini ke luar perbatasan Madinah, agar ia membawa kembali Agamanya dan membiarkan penduduk Madinah dengan agama mereka.
Takdir berkehendak lain. Baru saja ia bersama Useid bin Zurarah sampai ke dekat majlis Mush'ab di rumah sepupunya, tiba-tiba dadanya telah terhirup udara segar yang meniupkan rasa nyaman. Dan belum lagi ia sampai kepada hadirin dan duduk di antara mereka memasang telinga terhadap uraian-uraian Mush’ab, maka petunjuk Allah telah menerangi jiwa dan ruhnya.
Pemimpin golongan Anshar itu melemparkan lembingnya jauh-jauh, lalu mengulurkan tangan kanannya mengangkat bai'at kepada utusan Rasulullah SAW. Dengan masuk Islamnya Sa'ad, bersinar pula di Madinah mata hari baru.
Sa'ad telah memeluk Islam, memikul tanggung jawab itu dengan keberanian dan kebesaran. Tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah, maka rumah-rumah kediaman Bani Abdil Asyhal, yakni kabilah Sa'ad, pintunya terbuka lebar bagi golongan Muhajirin, begitu pula semua harta kekayaan mereka dapat dimanfaatkan tanpa batas.
Pada saat perang Badar , Rasulullah SAW mengumpulkan sahabat-sahabatnya dari golongan Muhajirin dan Anshar untuk bermusyawarah dengan mereka tentang urusan perang itu dihadapkannya wajahnya yang mulia ke arah orang-orang Anshar, seraya katanya: "Kemukakanlah buah fikiran kalian, wahai shahabat ..!"
Maka bangkitlah Sa'ad bin Mu'adz tak ubah bagi bendera di atas tiangnya, katanva: "Wahai Rasulullah, Kami telah beriman kepada Anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang Anda bawa itu adalah hal yang benar, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji-janji kami. Maka laksanakanlah terus, ya Rasulullah apa yang Anda inginkan, dan kami akan selalu bersama Anda! Dan demi Allah yang telah mengutus Anda membawa kebenaran! Seandainya Anda menghadapkan kami ke lautan ini lalu Anda menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur, tak seorang pun yang akan mundur. Dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh, kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan. Dan semoga Allah akan memperlihatkan kepada Anda tindakan kami yang menyenangkan hati. Maka mulailah kita berangkat dengan berkah Allah Ta'ala... !"
Kata-kata Sa'ad itu muncul tak ubah bagai berita gembira, dan wajah Rasul pun bersinar-sinar dipenuhi rasa ridla dan bangga serta bahagia, lalu katanya kepada Kaum Muslimin: -
"Marilah hita berangkat dan besarkan hati halian karena Allah telah menjanjikan kepadahu salah satu di antara dua golongan! Demi Allah, sungguh seolah-olah tampak olehhu hehancuran orang-orang itu!" (al-Hadits)
Perang Uhud dan Khandak
Dan di waktu perang Uhud, yakni ketika Kaum Muslimin telah cerai-berai disebabkan serangan mendadak dari tentara musyrikin, maka takkan sulit bagi penglihatan mata untuk menemukan kedudukan Sa'ad bin Mu'adz.
Kedua kakinya seolah-olah telah dipakukannya ke bumi di dekat Rasulullah SAW mempertahankan dan membelanya mati-matian, suatu hal yang agung, terpancar dari sikap hidupnya.
Kemudian datanglah pula saat perang Khandak, yang dengan jelas membuktikan kejantanan Sa'ad dan kepahlawanannya.
Perang Khandak ini merupakan bukti nyata atas persekongkolan dan siasat licik yang dilancarkan kepada Kaum Muslimin tanpa ampun, yaitu dari orang-orang yang dalam pertentangan mereka, tidak kenal perjanjian atau keadilan. (Bersambung)
(mhy)