Adanya Balasan dari Setiap Amal Perbuatan
Selasa, 19 Oktober 2021 - 08:17 WIB
Takdir Allah Subhanahu wa ta'ala itu pasti, tidak berubah dan tak berganti. Dan, di antara takdir Allah yang agung ini, adalah ketentuan Allah berupa al-jaza min jinsil amal atau balasan akan didapat sesuai dengan amal perbuatan . Orang yang berbuat baik, akan mendapat balasan kebaikan. Dan orang yang berbuat jahat, akan mendapat balasan yang buruk.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Ingatlah pada hari ketika setiap jiwa mendapatkan balasan atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, begitu juga balasan atas kejahatan yang telah dia kerjakan, dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan itu, dan Allah memperingatkan kalian akan siksaNya. Dan Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hambaNya.” (QS. Ali-Imran: 30)
Menurut Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc, dalam ceramah dan kajian Ayat-ayat Ahkam di kanal Rodja, faedah yang bisa kita ambil dari ayat yang mulia ini adalah sebagai berikut;
1. Peringatan bagi hari yang besar nanti (kiamat), di mana manusia mendapatkan apa yang telah dilakukan dari kebajikan atau keburukan. Maka bahagialah orang yang diberi taufik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk beramal dengan amal kebajikan. Dia akan mendapatkan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hendaknya kita semua berusaha terus beramal dengan amal shaleh dan menjauhkan dari amal-amal yang mendatangkan murkanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Wajib -minimalnya disunnahkan- bagi seseorang untuk mengingat hari itu.
3. Pasti adanya balasan bagi setiap jiwa
Apakah ini umum atau dikecualikan bagi yang tidak diberikan taklif? Kalau kita lihat keumuman lafadz, maka ini mencakup semuanya. Yang tidak mukallaf maka dicatat untuknya kebaikan adapun keburukan tidak dicatat. Dari amal kebaikan itu dia akan mendapatkan di hadapannya, adapun amal keburukan akan dihapus.
Kemungkinan yang kedua bahwa balasan itu adalah untuk yang mukallaf saja. Dan tidak diragukan lagi yang dimaksud ‘jiwa’ di sini tidak dimaksudkan secara umum. Karena binatang tidak masuk di dalamnya. Sehingga yang dimaksud dengan ‘jiwa’ di sini adalah jiwa yang mukallaf.
4. Kesempurnaan tentang kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan menghadirkan apa yang telah diamalkan oleh seorang manusia baik amalan itu sedikit ataupun banyak.
5.Pengawasan Allah sangat sempurna. Tidak ada yang luput sedikitpun bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa yang dilakukan oleh seseorang pasti akan dia dapati.
6.Penetapan hari akhir, dimana dia merupakan hari pembalasan.
7. Keburukan akan kembali kepada orang yang melakukannya.
8. Ditetapkannya di hari itu ada perasaan.
9. Orang yang melakukan perbuatan buruk memiliki kebencian terhadap perbuatannya pada hari tersebut. Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan itu.
Wallahu A'lam
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِن سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
“Ingatlah pada hari ketika setiap jiwa mendapatkan balasan atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, begitu juga balasan atas kejahatan yang telah dia kerjakan, dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan itu, dan Allah memperingatkan kalian akan siksaNya. Dan Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hambaNya.” (QS. Ali-Imran: 30)
Menurut Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc, dalam ceramah dan kajian Ayat-ayat Ahkam di kanal Rodja, faedah yang bisa kita ambil dari ayat yang mulia ini adalah sebagai berikut;
1. Peringatan bagi hari yang besar nanti (kiamat), di mana manusia mendapatkan apa yang telah dilakukan dari kebajikan atau keburukan. Maka bahagialah orang yang diberi taufik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk beramal dengan amal kebajikan. Dia akan mendapatkan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hendaknya kita semua berusaha terus beramal dengan amal shaleh dan menjauhkan dari amal-amal yang mendatangkan murkanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Wajib -minimalnya disunnahkan- bagi seseorang untuk mengingat hari itu.
3. Pasti adanya balasan bagi setiap jiwa
Apakah ini umum atau dikecualikan bagi yang tidak diberikan taklif? Kalau kita lihat keumuman lafadz, maka ini mencakup semuanya. Yang tidak mukallaf maka dicatat untuknya kebaikan adapun keburukan tidak dicatat. Dari amal kebaikan itu dia akan mendapatkan di hadapannya, adapun amal keburukan akan dihapus.
Kemungkinan yang kedua bahwa balasan itu adalah untuk yang mukallaf saja. Dan tidak diragukan lagi yang dimaksud ‘jiwa’ di sini tidak dimaksudkan secara umum. Karena binatang tidak masuk di dalamnya. Sehingga yang dimaksud dengan ‘jiwa’ di sini adalah jiwa yang mukallaf.
4. Kesempurnaan tentang kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan menghadirkan apa yang telah diamalkan oleh seorang manusia baik amalan itu sedikit ataupun banyak.
5.Pengawasan Allah sangat sempurna. Tidak ada yang luput sedikitpun bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa yang dilakukan oleh seseorang pasti akan dia dapati.
6.Penetapan hari akhir, dimana dia merupakan hari pembalasan.
7. Keburukan akan kembali kepada orang yang melakukannya.
8. Ditetapkannya di hari itu ada perasaan.
9. Orang yang melakukan perbuatan buruk memiliki kebencian terhadap perbuatannya pada hari tersebut. Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan itu.
Wallahu A'lam
(wid)