Menghindari Riya', Bolehkan Menyembunyikan Amal Kebaikan?

Kamis, 28 Oktober 2021 - 06:41 WIB
Salah satu amalan yang bisa kita rahasiakan adalah melaksanakan sholat-sholat sunnah. Foto ilustrasi/istimewa
Dalam Islam, menyembunyikan amal kebaikan adalah salah satu cara untuk menghindari riya’ dan mendekatkan pada keikhlasan . Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa saat amal saleh disembunyikan, ada orang lain yang mengetahui lalu menyebarkan atau adanya godaan setan ke dalam hati kita untuk terus menerus membelokkan kita dari keikhlasan.

Di dalam Al-Qur'an, Allah SWT menyuruh manusia untuk melakukan kebaikan/ibadah hanya karena-Nya saja, bukan yang lain.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ


"..Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (QS Al-Bayyinah :5)



Banyak manfaat lainnya dari menyembunyikan amal ibadah ini. Seperti kita akan dapat menyamakan pujian dengan celaan. Artinya bahwa ketika amal kebaikan kita sembunyikan, kita tidak mengharap pujian dari orang lain karena memang tujuan kita melakukan kebaikan itu adalah karena Allah SWT saja. Dengan demikian, saat kita dicelapun, seharusnya kita tidak perlu merasa kecewa karena semua yang kita lakukan hanya karena Allah SWT.

Dan terpenting, menyembunyikan amal saleh melatih kita untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di mana kita tidak lagi memerlukan orang lain saat melakukan amal saleh karena tujuan utama kita adalah Allah SWT. Jika dilakukan secara terus menerus, merahasiakan amal kebaikan dapat digunakan sebagai sarana menyempurnakan ibadah kita agar terhindar dari sifat riya’ dan sombong.

Lantas apa saja amalan yang bisa kita sembunyikan ini? Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

"Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri." - (HR. Muslim)

Mengasingkan diri berarti amalannya sering tidak ditampakkan pada orang lain. Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya" - (Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain Al ‘Afaniy).

Contoh amalan yang bisa kita rahasiakan, misalnya:

1. Amalan sholat sunnah

Banyak sholat sunnah yang bisa kita amalkan dan tidak perlu ditampakkan pada orang lain. Kita sholat sunnah seperti sholat sunnah dhuha, atau shalat malam atau tahajud misalnya. Ada beberapa sahabat yang mencontohkan soal amalan ini, yakni:

- Ar Robi bin Khutsaim –murid ‘Abdullah bin Mas’ud- tidak pernah mengerjakan sholat sunnah di masjid kaumnya kecuali hanya sekali saja. - (Az Zuhud, Imam Ahmad, Mawqi’ Jami’ Al Hadis).

- Ayub As Sikhtiyaniy memiliki kebiasaan bangun setiap malam. Ia pun selalu berusaha menyembunyikan amalannya. Jika waktu shubuh telah tiba, ia pura-pura mengeraskan suaranya seakan-akan ia baru bangun ketika itu. (Hilyatul Auliya’, Abu Nu’aim Al Ash-bahaniy,)

2. Amalan sedekah

Di antara golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat nanti adalah,

“Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” - (HR Bukhari dan Muslim)

3.Amalan puasa sunnah

Daud bin Abi Hindi berpuasa selama 40 tahun dan tidak ada satupun orang, termasuk keluarganya yang mengetahuinya. Ia adalah seorang penjual sutera di pasar. Di pagi hari, ia keluar ke pasar sambil membawa sarapan pagi. Dan di tengah jalan menuju pasar, ia pun menyedekahkannya.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata:  Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadhan.  Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban.

(HR. Muslim No. 1956)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More