Kisah Bijak Para Sufi: Kisah Api

Jum'at, 05 Juni 2020 - 05:59 WIB
Seizin gurunya, ia berkata, "Saya minta izin berbicara pada pada kalian sebagai orang yang berakal. Kalian memuja alat-alat yang bisa digunakan untuk menciptakan sesuatu, bahkan bukan ciptaan itu sendiri. Dengan demikian, kalian mengabaikan kegunaannya. Saya tahu bahwa tipuan kalian gunakan untuk mendasari upacara ini."

Orang-orang suku ini lebih berakal sehat. Namun, mereka menjawab murid itu, "Saudara disambut baik sebagai musafir dan tamu di tengah-tengah kami. Tetapi, sebagai pendatang, yang buta terhadap sejarah dan adat kami, saudara tak paham apa yang kami lakukan. Saudara berbuat kesalahan. Barangkali, saudara bahkan bermaksud menyingkirkan atau mengganti agama kami. Karena itu, kami tidak sudi mendengarkan ocehan saudara."



Para musafir itu melanjutkan perjalanan.

Ketika tiba di tanah suku ketiga, mereka melihat di depan tiap rumah penduduk berdiri gagah patung yang menyerupai Nur, penemu api itu. Murid yang ketiga berkata kepada kepala suku tersebut: "Patung ini melambangkan manusia, yang melambangkan kemampuan, yang bisa dipergunakan."

"Mungkin begitu," kata para pemuja Nur, "tetapi hanya sedikit orang yang bisa mengetahui sesuatu di balik rahasia sejati."



"Hanya bagi yang yang mau mengerti, bukan bagi mereka yang menutup mata terhadap kenyataan sebenarnya," timpal murid ketiga.

"Ini bid'ah, dan berasal dari seorang yang bahkan tak bisa berkomunikasi dalam bahasa kami dengan benar, dan bukan pendeta yang ditahbiskan menurut keimanan kami," geram para pendeta itu. Murid itu pun menemui jalan buntu.

Rombongan itu meneruskan perjalanan, dan sampai di negeri suku yang keempat. Kini, murid yang keempat melangkah ke tengah orang banyak.

"Legenda tentang api itu benar adanya, dan saya tahu bagaimana dibuat."



Kekacauan muncul di antara suku itu, yang terbelah menjadi beberapa kelompok. Ada yang berkata, "Yang Saudara katakan mungkin benar, dan jika demikian halnya, kami ingin mengetahui bagaimana cara membuat api."

Ketika orang-orang ini diuji oleh Sang Guru dan muridnya, ternyata kebanyakan dari mereka tertarik membuat api hanya untuk kepentingan pribadi raja, dan tidak menyadari betapa akan bermanfaatnya api untuk kemajuan manusia.

Begitu dalamnya legenda yang menyimpang itu merasuki pikiran orang-orang itu sehingga mereka yang mengira dirinya memperjuangkan kebenaran sering kali justru merupakan orang-orang tidak waras, yang tidak bisa membuat api bahkan setelah ditunjukkan caranya.

Ada kelompok lain yang berkata, "Sudah jelas legenda itu tidak benar. Orang ini hanya berusaha membodohi kita untuk memperoleh kedudukan di negeri ini."



Dan kelompok lainnya lagi berkata, "Kami lebih suka legenda itu tetap seperti semula karena itulah yang menjadi perekat keutuhan negeri kami. Kalau kami melupakan legenda dan suatu ketika ternyata tafsiran baru itu tak berguna, apa jadinya kami ini?"

Dan masih hanyak lagi pendapat lain di antara mereka.

Kemudian, rombongan itu pun berjalan sampai mereka mencapai negeri suku yang kelima; di sana pembuatan api lazim ditemui, dan kegiatan penduduknya sangat beragam.
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَاِذۡ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيۡسَى ابۡنَ مَرۡيَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِىۡ وَاُمِّىَ اِلٰهَيۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ‌ؕ قَالَ سُبۡحٰنَكَ مَا يَكُوۡنُ لِىۡۤ اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَـيۡسَ لِىۡ بِحَقٍّ‌ؕ اِنۡ كُنۡتُ قُلۡتُهٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَهٗ‌ؕ تَعۡلَمُ مَا فِىۡ نَفۡسِىۡ وَلَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِىۡ نَفۡسِكَ‌ؕ اِنَّكَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُيُوۡبِ‏ (١١٦) مَا قُلۡتُ لَهُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِىۡ بِهٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰهَ رَبِّىۡ وَرَبَّكُمۡ‌ۚ وَكُنۡتُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيۡدًا مَّا دُمۡتُ فِيۡهِمۡ‌ۚ فَلَمَّا تَوَفَّيۡتَنِىۡ كُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِيۡبَ عَلَيۡهِمۡ‌ؕ وَاَنۡتَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيۡدٌ‏ (١١٧) اِنۡ تُعَذِّبۡهُمۡ فَاِنَّهُمۡ عِبَادُكَ‌ۚ وَاِنۡ تَغۡفِرۡ لَهُمۡ فَاِنَّكَ اَنۡتَ الۡعَزِيۡزُ الۡحَكِيۡمُ (١١٨)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah? (Isa) menjawab, Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Maidah Ayat 116-118)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More