Belajar dari Istri Nabi Musa : Selalu Menjaga Rasa Malu

Sabtu, 13 November 2021 - 05:15 WIB
Istri Nabi Musa Alaihissalam Shafura atau Shafuriyya merupakan sosok perempuan saleha yang disifati Allah sebagai muslimah yang pemalu dan santun. Foto ilustrasi/ist
Ada beberapa istri para nabi yang patut kita teladani dari sifat maupun akhlaknya. Salah satunya adalah istri Nabi Musa alaihissalam, yakni Shafura atau Shafuriyya. Sosok perempuan saleha yang disifati Allah sebagai muslimah yang pemalu dan santun. Seorang perempuan yang terpercaya, kuat, pendidikannya sempurna, yang selalu menjaga kesucian diri.

Kisah perjumpaannya dengan Nabi Musa terdapat dalam Al-Qur'an. Al-Karim menggambar kisah keduanya dalam QS Al-Qashash : 23-24.

Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلَمَّا وَرَدَ مَآءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِّنَ ٱلنَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ ٱمْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِى حَتَّىٰ يُصْدِرَ ٱلرِّعَآءُ ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ


"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". (QS Al-Qashash:23)



فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰٓ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ


"Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (QS Al-Qashash:24)



Dikisahkan, di suatu masa, di Negeri Madyan, dua wanita tengah menambatkan ternak mereka. Tak jauh dari keduanya, sebuah sumber air yang dikerumuni para penggembala. Dengan sabar, dua wanita itu menunggu sumber air sepi dari penggembala pria.

Shafura adalah satu dari dua wanita itu. Sementara satu wanita yang bersamanya ialah sang kakak yang bernama Layya. Nabi Musa kala itu tengah dalam perjalanan hijrah dari Negeri Mesir. Beliau belum diutus menjadi nabi dan tengah pergi menyelamatkan diri. Saat beristirahat dalam perjalanannya yang tanpa bekal itu, Nabi Musa melihat dua wanita yang melarang ternak-ternak mereka untuk minum.

Nabi Musa pun mendatangi keduanya dan bertanya, “Apa maksud kalian berdua (dengan perbuatan tersebut)?”

Shafura dan Layya menjawab, “Kami tidak memberi minum ternak kami sampai para penggembala itu memulangkan ternak mereka, sementara ayah kami adalah orangtua yang sudah lanjut usia’.”

Nabi Musa pun kemudian menolong kedua wanita itu dengan mengambil ternak mereka dan membawanya ke sumber air. Dengannya, ternak-ternak itu pun bisa minum sepuasnya. Setelah itu, Nabi Musa mengarahkan ternak agar kembali digiring dua wanita, Shafura dan Layya. Tanpa bicara, Nabi Musa kemudian pergi dan mencari tempat teduh untuk beristirahat.

Shafura dan Layya begitu gembira karena dapat pulang ke rumah lebih cepat. Ternak-ternak mereka telah segar dan kembali ke kandang. Biasanya, mereka pulang sangat sore karena harus menunggu sumber air sepi dari penggembala pria.

Jika kakaknya, Layya, tak merasa momen itu spesial, Shafura justru sebaliknya. Si adik bungsu rupanya sangat tersentuh dengan bantuan Nabi Musa . Inilah jodoh yang telah dipersiapkan Allah untuk sang nabi.

Begitu tiba di rumah, Shafura sangat bersemangat menceritakan sosok pria yang membantunya. Ia segera menceritakannya pada sang ayah dan berharap ayahnya membalas budi pria asing yang menolongnya itu.

“Wahai Ayahanda, jadikanlah dia orang yang bekerja kepada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang bisa Ayah pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al Qashash: 26).

Ada yang menyebutkan bahwa ayah dua wanita adalah Nabi Syu'aib. Namun imam Ibnu Katsir Rahimahullahmenjelaskan bahwa masa pengutusan Nabi Syu’aib dan Nabi Musa berjarak sangat lama dan tak mungkin bertemu. Riwayat lain menyebutkan, ayah si wanita adalah pria saleh dari negeri Madyan yang bernama Yatsrun atau Yatsra atau Tsabrun.

Mendengar penjelasan putrinya, Yatsra pun bertanya, “Apa yang kau ketahui tentangnya?”
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwasanya dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Setelah selesai Beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian? Orang-orang menjawab, Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: Allah berfirman: Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir, orang yang berkata bahwa Hujan turun kepada kita karena karunia Allah subhanahu wa ta'ala dan rahmat-Nya, maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata bahwa Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.

(HR. Bukhari No. 801)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More