Sejarah Ilmu Nahwu Pertama Kali Ditulis di Masa Sayyidina Ali

Rabu, 22 April 2020 - 17:21 WIB
Padahal sebelumnya Al-Qur'an pada masa Nabi Saw hingga masa sahabat tabien ditulis tanpa syakal dan harakat. Hal ini tidak terlepas dari jasa usaha Abu Aswad ad-Du'aly terhadap kaum muslimin.

Tanpa mengetahui posisi Irab, bisa saja seseorang yang membaca Al-Qur'an, bukan saja keliru dalam pengucapan, tapi juga mengakibatkan perubahan makna yang fatal. Misalnya pada firman Allah Ta'ala pada surah Fathir ayat 28: إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

"Sesungguhnya diantara para hamba-Nya yang takut kepada Allah hanyalah para ulama."

Posisi Irab yang menjadi Fail (pelaku) di sana adalah kata الْعُلَمَاءُ dengan tanda irabnya "Dhammah", meski letak posisinya di akhir kalimat. Sedangkan posisi Maf'ul (objek) yang didahulukan adalah justru kata اللَّهَ dengan alamat irabnya "Fathah".

Sekiranya ada orang yang salah baca, kata الَّلهُ dibaca "Dhammah" dan kata "الْعُلَمَاءَ" dibaca "Fathah", maka maknanya berubah menjadi:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءَ

"Sesungguhnya diantara hamba-Nya hanyalah Allah yang takut pada para Ulama".

Fatal bukan kesalahannya? Maysa Allah takut dengan ulama? Tapi itulah dampak dari kesalahan membaca dan kesalahan posisi Irabnya. Inilah kelebihan dan kedetailan dalam bahasa Arab yang tidak akan ditemukan dalam bahasa lainnya dalam bahasa lain di dunia.

Oleh karena itu, salah satu alasan kekayaan diksi kata bahasa Arab serta keragaman posisi kalimatnya yang begitu sangat detail menjadikanya dipilih sebagai bahasa wahyu kitab suci terakhir yang menyempurnakan kitab-kitab suci umat terdahulu, Injil, Zabur dan Taurat.

Usaha Abu Aswad ad-Du'aly dilanjutkan oleh Imam Sibawaih dengan mengarang kitab Ilmu Nahwu yang diberi judul: Al-Kitab. [ُالكِتَاب]

Pada karya Al-Kitab itu, Imam Sibawaih merumuskan lebih lengkap seperti istilah seperti: Mabny dan Mu'rab, Fi'il, Fa'il dan Maf'ul, Mubtada dan Khabar, Jumlah Ismiyyah dan Fi'liyyah, dsb.

Selanjutnya, karya-karya Imam Sibawaih dilanjutkan oleh para generasi ulama bahasa pada masa-masa berikutnya, seperti Ibnu Jinni, al-Farra, Imam al-Jahidz dan masih banyak pakar bahasa Arab yang mereka tinggalkan karya-karya pemikirannya yang masih bisa kita baca dan pelajari hingga hari ini.

Oleh karenanya, tidak mudah menjadi seorang dai, seorang ulama, jika belum mampu menguasai keilmuan dasar bahasa Arab dalam penguasaan Ilmu Nahwu, Sharaf, Dilalah, Balaghah dan lainnya yang dipergunakan dalam memahami Al-Qur'an.

Wallahu A'lam Bish showab
(rhs)
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari empat perkara, yaitu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu', dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak didengar.

(HR. Ibnu Majah No. 3827)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More