Begini Sholat Nabi Zakariya saat Didatangi Malaikat Jibril
Minggu, 19 Desember 2021 - 09:03 WIB
Tatkala malaikat Jibril mendatangi Nabi Zakariya , beliau tengah mengerjakan sholat di mihrab. Begitu Al-Quran dalam surat Ali Imran ayat 39 menginformasikan kepada kita. Ini menunjukkan bahwa kewajiban sholat berlaku bagi Nabi Zakaria AS. Lalu, bagaimana sholat Nabi Zakariya pada waktu itu?
Allah SWT berfirman:
“Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat di mihrab (katanya), Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.” ( QS Ali Imran : 39)
Syamsuddin Noor dalam bukunya berjudul "Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi" memaparkan dalam ayat ini, Allah menyebutkan keadaan Nabi Zakaria AS sedang munajat (berdoa) kepada Allah SWT dan melakukan sholat. Ini menunjukkan bahwa sholat adalah kewajiban pokok setelah beriman dan memurnikan keesaan Allah, Rabbul 'Alamin.
Imam Abu Ja'far At-Thabari dalam kitabnya "Jaami'ul Bayan fi Ta'wilil Qur'an" menerangkan bahwa kalimat Qaa'imun (berdiri) sebagai kalimat khabar dari haliyah (keadaan) Zakaria saat malaikat memanggilnya.
Sedangkan, kalimat Yushalli (dalam sholat) adalah menerangkan keadaan kalimat Qaa'imun. Jadi, berdirinya Nabi Zakaria adalah berdiri dalam sholatnya. Adapun mihrab adalah tempat terdepan dalam masjid (tempat imam).
Kemudian, dalam tafsirnya, Ruhul Maani, lmam Syihabuddin Mahmud bin Abdullah Al-Lusi menerangkan yang dimaksud sholat Nabi Zakaria pada ayat ini adalah sholat dengan ucapan dan perbuatan, sebagaimana dijelaskan para ulama ahli tafsir.
Al-Imam Baihaqi dalam kitabnya "Syu'abul Imam" menyebutkan sebuah riwayat dari Jafar bahwa ia mendengar Tsabit pernah berkata: “Sholat adalah berkhidmat kepada Allah Ta'ala di muka bumi.”
Maka, seandainya Allah memberi tahu ada sesuatu yang lebih utama daripada sholat, Allah SWT tidak akan berfirman: “Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat?”
Pendapat lain mengatakan bahwa kata “sholat” yang dilakukan oleh Nabi Zakaria maksudnya adalah berdoa. Sedangkan, berdirinya beliau menunjukkan kepada bentuk syariat sholat dalam syariat Nabi Zakaria dan umatnya.
Kemudian, yang dimaksud dengan mihrab ialah ruangan masjid tempat diamnya imam atau tempat khusus ruangan bagi Maryam di Masjidil Aqsa.
Jumlah sifat dari “qaa'imun" yang dimaksud adalah sholat yang memiliki sifat perbuatan dan bacaan, sebagaimana pendapat kebanyakan ulama ahli tafsir.
Ibnu Mundzir dari Tsabit mengatakan, “Sholat adalah berkhidmat menghadap kepada Allah di muka bumi ini. Seandainya hendak memberi tahu ada sesuatu yang lebih utama, tentulah Allah tidak mengatakan “wa huwa yushallii'" Ada lagi yang mengatakan bahwa yang dimaksud “wa huwa qqaa'imun" (sedang ia tengah berdiri melakukan sholat). Kata “qaa'imun" itu menunjukkan disyariatkannya sholat dalam syariat Nabi Zakaria AS dan kaumnya."
Syamsuddin Noor berkesimpulan jelaslah bagi kita, bahwa sholat itu dilakukan dengan perkataan (bacaan-bacaan doa di dalamnya) dan perbuatan (berdiri, rukuk, dan sujud). Yakni, sebagaimana tersirat dari kisah berdiri dan berdoanya Nabi Zakaria AS di Masjidil Aqsa, dalam mihrab.
Al-Imam Baqaa'i dalam tafsirnya, “Nadzmud Durur" menjelaskan, bahwa Allah SWT tergantung baik sangka hamba kepadaNya. Dia mendengar doa hamba-Nya, Nabi Zakaria.
Nabi Zakaria AS yakin sekali bahwa Allah akan sangat mudah memberinya keturunan, meskipun ia dan istrinya sudah tua serta istrinya mandul. Allah mengabulkan doanya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 39. Sungguh, terkabulnya doa Zakaria adalah sebab doa dan baik sangkaannya kepada Allah SWT.
Disebutkan bahwa ketika malaikat diutus datang dan memanggil Nabi Zakaria, beliau sedang berdiri melakukan sholat di tempat yang disebut mihrab (sebuah tempat memeranginya seorang hamba kepada bujuk rayu setan). Mihrab merupakan tempat yang dianggap mulia dalam masjid (Masjid Al-Aqsa).
Bagaimana shalatnya? Berkata Al-Harali, “Berdiri dalam sholatnya Nabi Zakaria adalah pertanda bagi cepat terkabulnya doa. Biasanya sebuah doa, bila dipanjatkan dalam keadaan berdiri sholat, i'tikaf, dan berlama-lama dalam mendirikan sholat, lebih cepat kemungkinannya untuk dikabulkan.
Sholatnya Nabi Zakaria adalah berdiri. Memang demikianlah bahwa sholat biasa dilakukan dengan berdiri, sedangkan sujud adalah perbuatan selanjutnya, dan rukuk berada di antara keduanya (berdiri dan sujud).
"Jadi, Allah menceritakan hal sholat Nabi Zakaria dalam keadaan berdiri sebagai pertanda bahwa hukum berdiri dalam sholat sudah berlaku sejak dulu,” ujar Imam Baqa'i yang bernama lengkap Ibrahim bin Umar bin Hasan Ar-Ribath bin “Ali bin Abi Bakar Al-Baqa'i.
Allah SWT berfirman:
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
“Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat di mihrab (katanya), Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.” ( QS Ali Imran : 39)
Syamsuddin Noor dalam bukunya berjudul "Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi" memaparkan dalam ayat ini, Allah menyebutkan keadaan Nabi Zakaria AS sedang munajat (berdoa) kepada Allah SWT dan melakukan sholat. Ini menunjukkan bahwa sholat adalah kewajiban pokok setelah beriman dan memurnikan keesaan Allah, Rabbul 'Alamin.
Imam Abu Ja'far At-Thabari dalam kitabnya "Jaami'ul Bayan fi Ta'wilil Qur'an" menerangkan bahwa kalimat Qaa'imun (berdiri) sebagai kalimat khabar dari haliyah (keadaan) Zakaria saat malaikat memanggilnya.
Sedangkan, kalimat Yushalli (dalam sholat) adalah menerangkan keadaan kalimat Qaa'imun. Jadi, berdirinya Nabi Zakaria adalah berdiri dalam sholatnya. Adapun mihrab adalah tempat terdepan dalam masjid (tempat imam).
Kemudian, dalam tafsirnya, Ruhul Maani, lmam Syihabuddin Mahmud bin Abdullah Al-Lusi menerangkan yang dimaksud sholat Nabi Zakaria pada ayat ini adalah sholat dengan ucapan dan perbuatan, sebagaimana dijelaskan para ulama ahli tafsir.
Al-Imam Baihaqi dalam kitabnya "Syu'abul Imam" menyebutkan sebuah riwayat dari Jafar bahwa ia mendengar Tsabit pernah berkata: “Sholat adalah berkhidmat kepada Allah Ta'ala di muka bumi.”
Maka, seandainya Allah memberi tahu ada sesuatu yang lebih utama daripada sholat, Allah SWT tidak akan berfirman: “Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat?”
Pendapat lain mengatakan bahwa kata “sholat” yang dilakukan oleh Nabi Zakaria maksudnya adalah berdoa. Sedangkan, berdirinya beliau menunjukkan kepada bentuk syariat sholat dalam syariat Nabi Zakaria dan umatnya.
Kemudian, yang dimaksud dengan mihrab ialah ruangan masjid tempat diamnya imam atau tempat khusus ruangan bagi Maryam di Masjidil Aqsa.
Jumlah sifat dari “qaa'imun" yang dimaksud adalah sholat yang memiliki sifat perbuatan dan bacaan, sebagaimana pendapat kebanyakan ulama ahli tafsir.
Ibnu Mundzir dari Tsabit mengatakan, “Sholat adalah berkhidmat menghadap kepada Allah di muka bumi ini. Seandainya hendak memberi tahu ada sesuatu yang lebih utama, tentulah Allah tidak mengatakan “wa huwa yushallii'" Ada lagi yang mengatakan bahwa yang dimaksud “wa huwa qqaa'imun" (sedang ia tengah berdiri melakukan sholat). Kata “qaa'imun" itu menunjukkan disyariatkannya sholat dalam syariat Nabi Zakaria AS dan kaumnya."
Syamsuddin Noor berkesimpulan jelaslah bagi kita, bahwa sholat itu dilakukan dengan perkataan (bacaan-bacaan doa di dalamnya) dan perbuatan (berdiri, rukuk, dan sujud). Yakni, sebagaimana tersirat dari kisah berdiri dan berdoanya Nabi Zakaria AS di Masjidil Aqsa, dalam mihrab.
Al-Imam Baqaa'i dalam tafsirnya, “Nadzmud Durur" menjelaskan, bahwa Allah SWT tergantung baik sangka hamba kepadaNya. Dia mendengar doa hamba-Nya, Nabi Zakaria.
Nabi Zakaria AS yakin sekali bahwa Allah akan sangat mudah memberinya keturunan, meskipun ia dan istrinya sudah tua serta istrinya mandul. Allah mengabulkan doanya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 39. Sungguh, terkabulnya doa Zakaria adalah sebab doa dan baik sangkaannya kepada Allah SWT.
Disebutkan bahwa ketika malaikat diutus datang dan memanggil Nabi Zakaria, beliau sedang berdiri melakukan sholat di tempat yang disebut mihrab (sebuah tempat memeranginya seorang hamba kepada bujuk rayu setan). Mihrab merupakan tempat yang dianggap mulia dalam masjid (Masjid Al-Aqsa).
Bagaimana shalatnya? Berkata Al-Harali, “Berdiri dalam sholatnya Nabi Zakaria adalah pertanda bagi cepat terkabulnya doa. Biasanya sebuah doa, bila dipanjatkan dalam keadaan berdiri sholat, i'tikaf, dan berlama-lama dalam mendirikan sholat, lebih cepat kemungkinannya untuk dikabulkan.
Sholatnya Nabi Zakaria adalah berdiri. Memang demikianlah bahwa sholat biasa dilakukan dengan berdiri, sedangkan sujud adalah perbuatan selanjutnya, dan rukuk berada di antara keduanya (berdiri dan sujud).
"Jadi, Allah menceritakan hal sholat Nabi Zakaria dalam keadaan berdiri sebagai pertanda bahwa hukum berdiri dalam sholat sudah berlaku sejak dulu,” ujar Imam Baqa'i yang bernama lengkap Ibrahim bin Umar bin Hasan Ar-Ribath bin “Ali bin Abi Bakar Al-Baqa'i.
(mhy)