Cara Taubat Nasuha dan Tanda-tandanya
Selasa, 28 Desember 2021 - 07:37 WIB
Cara taubat nasuha merupakan upaya dan langkah untuk memperbaiki diri atas dosa, maksiat dan kesalahan yang telah diperbuat dan memohon ampunan Allah Ta'ala. Taubat sendiri adalah jalan yang ditunjukkan oleh Allah Ta’ala sebagai sarana agar kembali ke jalan yang benar.
Allah Ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At-Tahrim : 8).
Oleh karena itu, taubat merupakan ibadah yang sangat agung dan memiliki banyak keutamaan. Allah perintahkan hamba-Nya untuk taubat nasuha. Apa yang dimaksud taubat nasuha? Bila dilihat secara bahasa, نصح (na-sha-kha) artinya sesuatu yang bersih atau murni (tidak bercampur dengan sesuatu yang lain). Sesuatu disebut (الناصح) (an-naashikh), jika sesuatu tersebut tidak bercampur atau tidak terkontaminasi dengan sesuatu yang lain, misalnya madu murni atau sejenisnya. Di antara turunan kata نصح adalah النصيحة(an-nashiihah). (Lihat Lisaanul ‘Arab, 2/615-617).
Berdasarkan makna bahasa ini, taubat disebut dengan taubat nasuha jika pelaku taubat tersebut memurnikan, ikhlas (hanya semata-mata untuk Allah), dan jujur dalam taubatnya. Dia mencurahkan segala daya dan kekuatannya untuk menyesali dosa-dosa yang telah diperbuat dengan taubat yang benar (jujur).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat di atas,
“Yaitu taubat yang jujur, yang didasari atas tekad yang kuat, yang menghapus kejelekan-kejelekan di masa silam, yang menghimpun dan mengentaskan pelakunya dari kehinaan” (Tafsir Al-Qur’anul ‘Adzim).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“An-nush-khu dalam taubat, ibadah, dan nasihat artinya memurnikan perkara-perkara tersebut dari semua kotoran, kekurangan, dan kerusakan. Seseorang melaksanakannya dalam bentuk yang paling sempurna.” (Madaarijus Saalikiin).
Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata,
“Dikatakan, (taubat nasuha) diambil dari kata ‘an-nashahah’, yaitu ‘jahitan’. Berdasarkan asal kata tersebut, terdapat dua sisi (makna) dari taubat nasuha. Pertama, karena taubat tersebut telah memperbaiki ketaatan dan menguatkannya. Sebagaimana jahitan yang memperbaiki pakaian dan menguatkannya.” (Al-Jami’ li Ahkaamil Qur’an, 18/199).
Maknanya, bahwa pelaku taubat nasuha telah menyempurnakan taubatnya dan memperkuat taubatnya dengan melaksanakan berbagai macam amal ketaatan. Hal ini sebagaimana jahitan yang menyempurnakan (memperbaiki) pakaian, menguatkan, dan merapikannya.
Imam Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan sisi yang lain istilah taubat nasuha sesuai dengan makna bahasa di atas. Beliau rahimahullah berkata, “Sisi yang ke dua, karena taubat nasuha mengumpulkan antara pelakunya dengan wali-wali Allah, dan merekatkannya. Hal ini sebagaimana jahitan yang merekatkan pakaian dan menyambung antara sisi (kain) yang satu dengan sisi lainnya.” (Al-Jami’ li Ahkaamil Qur’an, 18/199).
Tanda dan Ciri Taubat Nasuha
Di antara tanda-tanda taubat nasuha,Syaikul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya "A'mal al-qulub au al-Maqamat wa al-Ahwal" menjelaskan, ketika seorang mukmin berbuat kejelekan maka siksanya dapat tertolak karena 10 hal berikut ini, yakni :
1. Ia hendaknya bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Dan barang siapa yang telah bertaubat, maka ia seperti orang yang tidak ada dosanya lagi.
2. Ia meminta ampun dan Allah akan mengampuninya
3. Ia berbuat kebaikan karena perbuatan yang baik akan dapat menghapus kejelekan.
4. Ia telah didoakan oleh teman-temannya dan mereka memohonkan ampun untuknya baik setelah ia meninggal maupun sebelumnya.
5. Dengan pahala amal yang mereka miliki, mereka mengarahkannya menuju hal-hal yang bermanfaat
6. Ia telah diberi syafaat oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam
7. Allah telah menurunkan kepadanya cobaan-cobaan yang dapat melebur kejelekannya.
8. Allah di alam barzah telah menurunkannya kepadanya cobaan berupa petir, sehingga kejelekannya terhapus.
9. Pada hari kiamat nanti, ia akan diberi siksaan yang bisa melebur kejelekan-kejelekan yang ia miliki
10. Ia akan dikasihi oleh Allah Ta'ala, Zat Yang Paling Mengasihi di antara orang-orang yang dikasihi.
Barangsiapa yang tidak mendapatkan 10 hal di atas, maka jangan engkau mencela. Sebagaimana Allah Ta'ala telah menceritakannya melalui hadis Nabi Shalllallahu alaihi wa sallam,"
"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua itu adalah amal-amalmu yang telah Aku hitung untuk kalian, lalau Aku memberikannya kepada kalian. Oleh karena itu, barangsiapa yang menemukan kebaikan, maka hendaknya ia memuji Allah dan barangsiapa yang tidak menemukan kebaikan, maka janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri," (HR Muslim dan hadis Abu Dzar al-Ghifari)
Jika tanda-tanda taubat nasuha sudah diketahui, maka inilah tanda bahwa taubat kita diterima oleh Allah Ta'ala. Berikut ciri-cirinya:
1. Hati lebih tenang dan tentram
2. Lebih senang berkumpul dengan orang-orang saleh/saleha
Kemudian tanda taubat seseorang diterima oleh Allah adalah mulai banyaknya teman-teman yang saleh dan saleha di sekitarnya, artinya ia sudah tidak lagi nyaman untuk berteman dengan teman – temannya yang dahulu saat ia melakukan banyak dosa dan maksiat.
Allah Ta'ala berfirman:
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku´, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (QS at-Taubah : 112)
3. Lebih menyibukkan diri dengan kewajiban dan ibadah terhadap Allah SWT
4. Lebih banyak bersyukur
Bersyukur adalah kunci utama dari kebahagiaan serta ketakwaan seseorang. Oleh karena itu semakin Allah menerima taubat yang dilakukan manusia maka akan semakin besar kesadaran diri akan kebesaran Allah dan akan semakin besar pula rasa syukur atas nikmat – nikmat yang senantiasa Allah berikan kepadanya.
Allah Ta'ala berfirman:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur” (Al-Baqarah : 243)
5. Akhlaknya semakin baik
Seseorang yang bertaubat pastinya berupaya untuk memperbaiki akhlaknya dan Allah akan senantiasa meringankan hati hamba-Nya yang bertakwa sehingga akhlaknya terus-menerus menjadi lebih baik di setiap waktunya.
Allah Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. Sad : 46)
6. Senang bersedekah
7. Menjaga penampilan / aurat
Allah Ta'ala akan senantiasa membimbing hati hamba-Nya yang benar – benar ikhlas dalam bertaubat sehingga semakin istiqamah dalam menjaga penampilan dan auratnya maka semakin besar pula kemungkinan bahwa taubatnya telah diterima oleh Allah SWT Karena untuk istiqamah menjaga penampilan sebagai seorang muslim yang taat tidaklah mudah.
Allah berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab : 59)
8. Menjaga sikap dan ucapannya
9. Masih merasa penuh dosa dan terus berupaya memperbaiki diri
Yang paling utama dari syarat bertaubat adalah menyadari dan menyesali dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Kemudian setelah ia memperbaiki diri dan terus bertaubat ia tidak akan pernah merasa cukup akan ibadah yang telah ia lakukan seakan dosanya masih terus ada, entah itu adalah dosa yang telah lalu ataupun dosa yang baru dilakukan. Oleh karenanya ia akan terus berupaya meningkatkan keimanan diri untuk menebus dosa-dosa yang melekat dalam dirinya.
Wallahu A'lam
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At-Tahrim : 8).
Oleh karena itu, taubat merupakan ibadah yang sangat agung dan memiliki banyak keutamaan. Allah perintahkan hamba-Nya untuk taubat nasuha. Apa yang dimaksud taubat nasuha? Bila dilihat secara bahasa, نصح (na-sha-kha) artinya sesuatu yang bersih atau murni (tidak bercampur dengan sesuatu yang lain). Sesuatu disebut (الناصح) (an-naashikh), jika sesuatu tersebut tidak bercampur atau tidak terkontaminasi dengan sesuatu yang lain, misalnya madu murni atau sejenisnya. Di antara turunan kata نصح adalah النصيحة(an-nashiihah). (Lihat Lisaanul ‘Arab, 2/615-617).
Berdasarkan makna bahasa ini, taubat disebut dengan taubat nasuha jika pelaku taubat tersebut memurnikan, ikhlas (hanya semata-mata untuk Allah), dan jujur dalam taubatnya. Dia mencurahkan segala daya dan kekuatannya untuk menyesali dosa-dosa yang telah diperbuat dengan taubat yang benar (jujur).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat di atas,
أَيْ تَوْبَةً صَادِقَةً جَازِمَةً تَمْحُو مَا قَبْلَهَا مِنَ السَّيِّئَاتِ، وَتَلُمُّ شَعَثَ التَّائِبِ وَتَجْمَعُهُ وَتَكُفُّهُ عَمَّا كَانَ يَتَعَاطَاهُ مِنَ الدَّنَاءَاتِ
“Yaitu taubat yang jujur, yang didasari atas tekad yang kuat, yang menghapus kejelekan-kejelekan di masa silam, yang menghimpun dan mengentaskan pelakunya dari kehinaan” (Tafsir Al-Qur’anul ‘Adzim).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
فَالنُّصْحُ فِي التَّوْبَةِ وَالْعِبَادَةِ وَالْمَشُورَةِ تَخْلِيصُهَا مِنْ كُلِّ غِشٍّ وَنَقْصٍ وَفَسَادٍ، وَإِيقَاعُهَا عَلَى أَكْمَلِ الْوُجُوهِ
“An-nush-khu dalam taubat, ibadah, dan nasihat artinya memurnikan perkara-perkara tersebut dari semua kotoran, kekurangan, dan kerusakan. Seseorang melaksanakannya dalam bentuk yang paling sempurna.” (Madaarijus Saalikiin).
Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata,
وقيل: هي مأخوذة من النصاحة وهي الخياطة. وفي أخذها منها وجهان: أحدهما- لأنها توبة قد أحكمت طاعته وأوثقتها كما يحكم الخياط الثوب بخياطته ويوثقه
“Dikatakan, (taubat nasuha) diambil dari kata ‘an-nashahah’, yaitu ‘jahitan’. Berdasarkan asal kata tersebut, terdapat dua sisi (makna) dari taubat nasuha. Pertama, karena taubat tersebut telah memperbaiki ketaatan dan menguatkannya. Sebagaimana jahitan yang memperbaiki pakaian dan menguatkannya.” (Al-Jami’ li Ahkaamil Qur’an, 18/199).
Maknanya, bahwa pelaku taubat nasuha telah menyempurnakan taubatnya dan memperkuat taubatnya dengan melaksanakan berbagai macam amal ketaatan. Hal ini sebagaimana jahitan yang menyempurnakan (memperbaiki) pakaian, menguatkan, dan merapikannya.
Imam Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan sisi yang lain istilah taubat nasuha sesuai dengan makna bahasa di atas. Beliau rahimahullah berkata, “Sisi yang ke dua, karena taubat nasuha mengumpulkan antara pelakunya dengan wali-wali Allah, dan merekatkannya. Hal ini sebagaimana jahitan yang merekatkan pakaian dan menyambung antara sisi (kain) yang satu dengan sisi lainnya.” (Al-Jami’ li Ahkaamil Qur’an, 18/199).
Tanda dan Ciri Taubat Nasuha
Di antara tanda-tanda taubat nasuha,Syaikul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya "A'mal al-qulub au al-Maqamat wa al-Ahwal" menjelaskan, ketika seorang mukmin berbuat kejelekan maka siksanya dapat tertolak karena 10 hal berikut ini, yakni :
1. Ia hendaknya bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Dan barang siapa yang telah bertaubat, maka ia seperti orang yang tidak ada dosanya lagi.
2. Ia meminta ampun dan Allah akan mengampuninya
3. Ia berbuat kebaikan karena perbuatan yang baik akan dapat menghapus kejelekan.
4. Ia telah didoakan oleh teman-temannya dan mereka memohonkan ampun untuknya baik setelah ia meninggal maupun sebelumnya.
5. Dengan pahala amal yang mereka miliki, mereka mengarahkannya menuju hal-hal yang bermanfaat
6. Ia telah diberi syafaat oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam
7. Allah telah menurunkan kepadanya cobaan-cobaan yang dapat melebur kejelekannya.
8. Allah di alam barzah telah menurunkannya kepadanya cobaan berupa petir, sehingga kejelekannya terhapus.
9. Pada hari kiamat nanti, ia akan diberi siksaan yang bisa melebur kejelekan-kejelekan yang ia miliki
10. Ia akan dikasihi oleh Allah Ta'ala, Zat Yang Paling Mengasihi di antara orang-orang yang dikasihi.
Barangsiapa yang tidak mendapatkan 10 hal di atas, maka jangan engkau mencela. Sebagaimana Allah Ta'ala telah menceritakannya melalui hadis Nabi Shalllallahu alaihi wa sallam,"
"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua itu adalah amal-amalmu yang telah Aku hitung untuk kalian, lalau Aku memberikannya kepada kalian. Oleh karena itu, barangsiapa yang menemukan kebaikan, maka hendaknya ia memuji Allah dan barangsiapa yang tidak menemukan kebaikan, maka janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri," (HR Muslim dan hadis Abu Dzar al-Ghifari)
Jika tanda-tanda taubat nasuha sudah diketahui, maka inilah tanda bahwa taubat kita diterima oleh Allah Ta'ala. Berikut ciri-cirinya:
1. Hati lebih tenang dan tentram
2. Lebih senang berkumpul dengan orang-orang saleh/saleha
Kemudian tanda taubat seseorang diterima oleh Allah adalah mulai banyaknya teman-teman yang saleh dan saleha di sekitarnya, artinya ia sudah tidak lagi nyaman untuk berteman dengan teman – temannya yang dahulu saat ia melakukan banyak dosa dan maksiat.
Allah Ta'ala berfirman:
ٱلتَّٰٓئِبُونَ ٱلۡعَٰبِدُونَ ٱلۡحَٰمِدُونَ ٱلسَّٰٓئِحُونَ ٱلرَّٰكِعُونَ ٱلسَّٰجِدُونَ ٱلۡأٓمِرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱلنَّاهُونَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡحَٰفِظُونَ لِحُدُودِ ٱللَّهِۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku´, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (QS at-Taubah : 112)
3. Lebih menyibukkan diri dengan kewajiban dan ibadah terhadap Allah SWT
4. Lebih banyak bersyukur
Bersyukur adalah kunci utama dari kebahagiaan serta ketakwaan seseorang. Oleh karena itu semakin Allah menerima taubat yang dilakukan manusia maka akan semakin besar kesadaran diri akan kebesaran Allah dan akan semakin besar pula rasa syukur atas nikmat – nikmat yang senantiasa Allah berikan kepadanya.
Allah Ta'ala berfirman:
۞أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَهُمۡ أُلُوفٌ حَذَرَ ٱلۡمَوۡتِ فَقَالَ لَهُمُ ٱللَّهُ مُوتُواْ ثُمَّ أَحۡيَٰهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضۡلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشۡكُرُون
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur” (Al-Baqarah : 243)
5. Akhlaknya semakin baik
Seseorang yang bertaubat pastinya berupaya untuk memperbaiki akhlaknya dan Allah akan senantiasa meringankan hati hamba-Nya yang bertakwa sehingga akhlaknya terus-menerus menjadi lebih baik di setiap waktunya.
Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّآ أَخۡلَصۡنَٰهُم بِخَالِصَةٖ ذِكۡرَى ٱلدَّارِ
"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. Sad : 46)
6. Senang bersedekah
7. Menjaga penampilan / aurat
Allah Ta'ala akan senantiasa membimbing hati hamba-Nya yang benar – benar ikhlas dalam bertaubat sehingga semakin istiqamah dalam menjaga penampilan dan auratnya maka semakin besar pula kemungkinan bahwa taubatnya telah diterima oleh Allah SWT Karena untuk istiqamah menjaga penampilan sebagai seorang muslim yang taat tidaklah mudah.
Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab : 59)
8. Menjaga sikap dan ucapannya
9. Masih merasa penuh dosa dan terus berupaya memperbaiki diri
Yang paling utama dari syarat bertaubat adalah menyadari dan menyesali dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Kemudian setelah ia memperbaiki diri dan terus bertaubat ia tidak akan pernah merasa cukup akan ibadah yang telah ia lakukan seakan dosanya masih terus ada, entah itu adalah dosa yang telah lalu ataupun dosa yang baru dilakukan. Oleh karenanya ia akan terus berupaya meningkatkan keimanan diri untuk menebus dosa-dosa yang melekat dalam dirinya.
Wallahu A'lam
(wid)