Bolehkan Manusia Takut pada Jin? Begini Penjelasan Syaikh Al-Ustaimin
Senin, 31 Januari 2022 - 10:16 WIB
Mendengar kata jin dan sebangsanya, sepertinya akan membuat bulu kuduk kita berdiri. Namun, benarkah manusia akan selalu takut pada jin ? Bagaimana menurut pandangan Islam tentang rasa taku pada jin ini? Hakikatnya, manusia adalah makhluk paling mulia di muka bumi dengan kesempurnaan melebihi makhluk yang lain, atas karunia dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Karena itu, manusia tidak boleh takut dengan makhluk ghaib seperti jin, apalagi takut yang tidak beralasan.
Tentang takut yang dirasakan manusia ini, ulama besar Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin menjelaskan bahwasanya ada banyak ragam takut yang dirasakan manusia. Namun, intinya perasaaan takut yang dialami manusia ada dua macam, yakni takut yang disertai pengagungan dan takut yang merupakan bagian dari tabiat.
Syaik Al Utsaimin memberikan penjelasannya sebagai berikut:
1. Khauf As Sirri
Yakni takut yang samar. Rasa takut jenis ini disertai dengan rasa rendah diri, merendahkan diri, serta mengagungkan kepada hal yang ditakuti. Karena itulah takut jenis ini hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala. Jika memiliki rasa takut ini kepada selain Allah, maka seseorang jatuh ke dalam dosa syirik yang besar.
Beberapa manusia terjatuh pada syirik ini karena memiliki keyakinan bahwasanya sesuatu selain Allah dapat memberikan manfaat ataupun mudarat. Contohnya, takut kepada berhala, takut kepada wali, atau takut kepada orang mati. Para penyembah kubur termasuk pula di dalamnya. Lalu bagaimana ketakutan pada setan dan jin?
Syaikh Al Utsaimin menjelaskan, jika seseorang takut bahwasanya ia akan ditangkap atau diganggu oleh jin dan setan, maka ia termasuk dalam khauf sirri. Pun seseorang yang memiliki keyakinan bahwasanya setan dan jin memiliki kekuatan yang mengancamnya tanpa sebab. Akibat keyakinan itu, ia kemudian merasa takut pada jin dan setan. Ketakutan ini termasuk dalam jenis khauf as sirri.
Salah satu contoh nyata yang sering terjadi dan ditemui di tengah masyarakat yakni seseorang merasa takut saat melewati tempat sunyi, gelap, atau melewati kubur dan tempat yang dianggap angker, lalu karena ketakutan itu, ia pamit atau meminta izin hendak lewat. “Mbah, Nyai, permisi... nyuwun sewu... mau lewat,” dan ucapan-ucapan semisalnya.
Kebiasaan masyarakat tersebut ternyata jatuh pada syirik karena memiliki khauf as sirri. Mereka merasa takut karena meyakini akan diganggu jin atau setan jika melewati tempat-tempat yang dianggap ‘berpenghuni’.
Jika disimpulkan, seseorang akan terjatuh pada dosa syirik karena khauf as sirri pada setan dan jin jika memiliki perasaan sebagai berikut;
a. Mengagungkan setan dan jin
b. Merasa rendah kepada jin dan setan
c. Meyakini jin dan setan dapat memberi manfaat atau mudarat secara tidak langsung dan tanpa sebab.
2. Khauf Thabi’i
Inilah takut yang menjadi tabiat manusia. Yaitu seseorang merasa takut pada sesuatu yang berbahaya dan dapat mengganggu. Ketakutan ini hukumnya mubah dan pelakunya tidak terjatuh pada dosa syirik. Hal ini dikarenakan, ia tidak meyakini bahwasanya sesuatu yang ditakutinya itu dapat memberi manfaat ataupun mudarat.
Selama ketakutan itu tak disertai dengan keyakinan, maka rasa takut itu hanyalah bagian dari tabiat manusia dan sifat manusia yang lemah. Sudah menjadi perkara lumrah jika seseorang merasa takut saat melewati tempat sunyi, gelap, ataupun yang dianggap angker. Ketakutan itu bukanlah perkara yang dilarang ataupun diharamkan. Tidak pula terjatuh dalam kesyirikan.
Salah satu contoh ketakutan pada jin dan setan karena tabiat, misalnya, seseorang merasa merinding lalu menjauhi tempat yang ia takuti. Ia memilih menghindarinya dan tidak memohon izin, pamit, dan sebagainya. Termasuk merasa takut seandainya melihat setan yang jelek, dikagetkan jin yang usil, dan sebagainya. Hal ini bukanlah termasuk khauf sirr yang dilarang.
Perbedaan takut tabiat dan takut syirik hanyalah tentang keyakinan. Jika seseorang sekadar merasa takut dan tak memiliki keyakinan bahwasanya setan dan jin dapat menyebabkan keburukan padanya tanpa sebab, maka ia selamat dari kesyirikan. Jika seseorang sekadar takut pada setan dan jin tanpa meyakini bahwasanya mereka para makhluk ghaib lebih agung dari manusia, maka ia pun selamat dari kesyirikan. Demikian pula seseorang yang sekadar takut tanpa meyakini bahwasanya manusia lebih rendah dari jin dan setan, maka ia pun selamat dari dosa besar syirik.
Keyakinan yang semestinya dimiliki seorang mukmin ialah; tak ada yang dapat memberikan manfaat ataupun mudarat kecuali Allah. Setan dan jin tidaklah mampu memberikan bahaya dan gangguan kepada manusia, kecuali atas izin Allah.
Wallahu A'lam
Tentang takut yang dirasakan manusia ini, ulama besar Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin menjelaskan bahwasanya ada banyak ragam takut yang dirasakan manusia. Namun, intinya perasaaan takut yang dialami manusia ada dua macam, yakni takut yang disertai pengagungan dan takut yang merupakan bagian dari tabiat.
Syaik Al Utsaimin memberikan penjelasannya sebagai berikut:
1. Khauf As Sirri
Yakni takut yang samar. Rasa takut jenis ini disertai dengan rasa rendah diri, merendahkan diri, serta mengagungkan kepada hal yang ditakuti. Karena itulah takut jenis ini hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala. Jika memiliki rasa takut ini kepada selain Allah, maka seseorang jatuh ke dalam dosa syirik yang besar.
Beberapa manusia terjatuh pada syirik ini karena memiliki keyakinan bahwasanya sesuatu selain Allah dapat memberikan manfaat ataupun mudarat. Contohnya, takut kepada berhala, takut kepada wali, atau takut kepada orang mati. Para penyembah kubur termasuk pula di dalamnya. Lalu bagaimana ketakutan pada setan dan jin?
Syaikh Al Utsaimin menjelaskan, jika seseorang takut bahwasanya ia akan ditangkap atau diganggu oleh jin dan setan, maka ia termasuk dalam khauf sirri. Pun seseorang yang memiliki keyakinan bahwasanya setan dan jin memiliki kekuatan yang mengancamnya tanpa sebab. Akibat keyakinan itu, ia kemudian merasa takut pada jin dan setan. Ketakutan ini termasuk dalam jenis khauf as sirri.
Salah satu contoh nyata yang sering terjadi dan ditemui di tengah masyarakat yakni seseorang merasa takut saat melewati tempat sunyi, gelap, atau melewati kubur dan tempat yang dianggap angker, lalu karena ketakutan itu, ia pamit atau meminta izin hendak lewat. “Mbah, Nyai, permisi... nyuwun sewu... mau lewat,” dan ucapan-ucapan semisalnya.
Kebiasaan masyarakat tersebut ternyata jatuh pada syirik karena memiliki khauf as sirri. Mereka merasa takut karena meyakini akan diganggu jin atau setan jika melewati tempat-tempat yang dianggap ‘berpenghuni’.
Jika disimpulkan, seseorang akan terjatuh pada dosa syirik karena khauf as sirri pada setan dan jin jika memiliki perasaan sebagai berikut;
a. Mengagungkan setan dan jin
b. Merasa rendah kepada jin dan setan
c. Meyakini jin dan setan dapat memberi manfaat atau mudarat secara tidak langsung dan tanpa sebab.
2. Khauf Thabi’i
Inilah takut yang menjadi tabiat manusia. Yaitu seseorang merasa takut pada sesuatu yang berbahaya dan dapat mengganggu. Ketakutan ini hukumnya mubah dan pelakunya tidak terjatuh pada dosa syirik. Hal ini dikarenakan, ia tidak meyakini bahwasanya sesuatu yang ditakutinya itu dapat memberi manfaat ataupun mudarat.
Selama ketakutan itu tak disertai dengan keyakinan, maka rasa takut itu hanyalah bagian dari tabiat manusia dan sifat manusia yang lemah. Sudah menjadi perkara lumrah jika seseorang merasa takut saat melewati tempat sunyi, gelap, ataupun yang dianggap angker. Ketakutan itu bukanlah perkara yang dilarang ataupun diharamkan. Tidak pula terjatuh dalam kesyirikan.
Salah satu contoh ketakutan pada jin dan setan karena tabiat, misalnya, seseorang merasa merinding lalu menjauhi tempat yang ia takuti. Ia memilih menghindarinya dan tidak memohon izin, pamit, dan sebagainya. Termasuk merasa takut seandainya melihat setan yang jelek, dikagetkan jin yang usil, dan sebagainya. Hal ini bukanlah termasuk khauf sirr yang dilarang.
Perbedaan takut tabiat dan takut syirik hanyalah tentang keyakinan. Jika seseorang sekadar merasa takut dan tak memiliki keyakinan bahwasanya setan dan jin dapat menyebabkan keburukan padanya tanpa sebab, maka ia selamat dari kesyirikan. Jika seseorang sekadar takut pada setan dan jin tanpa meyakini bahwasanya mereka para makhluk ghaib lebih agung dari manusia, maka ia pun selamat dari kesyirikan. Demikian pula seseorang yang sekadar takut tanpa meyakini bahwasanya manusia lebih rendah dari jin dan setan, maka ia pun selamat dari dosa besar syirik.
Keyakinan yang semestinya dimiliki seorang mukmin ialah; tak ada yang dapat memberikan manfaat ataupun mudarat kecuali Allah. Setan dan jin tidaklah mampu memberikan bahaya dan gangguan kepada manusia, kecuali atas izin Allah.
Wallahu A'lam
(wid)
Lihat Juga :