Kisah Terbunuhnya Nabi Hanzalah dan Azab Allah Taala bagi Penduduk Rass
Selasa, 01 Februari 2022 - 05:15 WIB
Setan meyakinkan Kaum Rass bahwa pohon tersebut) sehingga tidak diperbolehkan siapapun mengganggu kehidupan pohon itu.
Dalam rangka pemujaan, Kaum Rass mengadakan sebuah perayaan rutin tiap bulannya. Pada hari raya itu, mereka mempersembahkan seserahan berupa daging hewan yang dibakar.
Saat asap pembakaran membumbung tinggi, mereka bersujud dan memohon pada pohon tersebut. Pada saat itulah setan menipu mereka seakan mereka sedang berbicara dengan sembahannya padahal, setanlah yang ada di balik pohon tersebut.
Isfandr adalah puncak perayaan bulanan tersebut. Hari Isfandr dilaksanakan selama dua belas hari dengan seserahan yang jauh lebih banyak dihadirkan. Mereka yakin, pada hari itu pohon sanaubar akan lebih banyak memberikan harapan pada mereka ketimbang hari-hari lainnya.
Suatu ketika, pengawal kerajaan menemukan seorang anak kecil yang minum dari air sungai itu. Pengawal pun mengadu pada raja dan hal ini membuat raja geram. Setan kian memengaruhi raja dan meminta raja untuk memenggal kepala anak kecil yang tak berdosa itu.
Raja Tarouz segera menyiapkan algojo dan mengumpulkan kaumnya di depan pohon sanaubar. Tangan anak kecil itu diikat di atas papan penggal, algojo telah mengasah pedang dan penduduk berteriak, “Hukum! Hukum! Hukum!”
Sang anak memohon dan menangis, ia terpaksa minum dari air itu karena sangat haus. Tapi raja tak memaafkan. Dipenggallah leher anak yang tak berdosa itu lalu setan datang dan berkata di balik pohon sanaubar, “Lihatlah! Ini adalah hukuman bagi siapapun yang minum dari sungai itu! Maka sujudlah padaku!”
Tak cukup sampai di situ, setan kembali menggoda Raja Tarouz dan kaumnya dengan menyerahkan seluruh binatang ternak yang telah minum dari air sungai itu.
Seluruh binatang ternak itupun disembelih dan seluruh penduduk diminta bersujud.
Nabi Hanzhalah bin Shafwan
Menurut As-Sadi, ketika penduduk daerah itu makin keblinger, Allah mengutus kepada mereka seorang nabi yang bernama Hanzhalah bin Shafwan.
Sekadar mengingatkan jumlah nabi sangatllah banyak. Ulama berbeda pendapat soal ini. Ada yang menyebutkan jumlah nabi mencapai 124 ribu orang sedangkan jumlah rasul sebanyak 313 orang, sebagaimana yang di riwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra.
Sedangkan nabi dan rasul yang wajib diimani ada 25 orang. Syaikh Al-Bajuri berpendapat jumlah nabi dan rasul itu tidak terbatas. ''Pendapat yang sahih (benar) mengenai para Nabi dan Rasul adalah tidak membatasi jumlah dengan hitungan tertentu. Karena hal itu bisa menetapkan kenabian pada seorang yang realitasnya bukan nabi atau sebaliknya menabikan kenabian pada seorang padahal realitasnya dia benar-benar Nabi.''
Keterangan Bajuri ini, bersumber pada Al-Quran surah An-Nisa ayat 164. ''Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan para Rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.''
Kembali ke Hanzhalah bin Shafwan. Nabi tersebut mengajak mereka untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tidak menyambutnya. Nabi itu memberitahu mereka bahwasannya setanlah yang berbicara dengan mereka di balik pohon sanaubar serta menyeru pada kebenaran dan menyembah Allah.
Melihat keadaan ini, nabi tersebut iba bahkan geram. Anak kecil yang tak berdosa serta ternak-ternak yang tak berakal harus dibunuh dengan kejam. Kaum Rass menganggap apa yang dibicarakan nabi itu adalah hal konyol dan mustahil. Merekapun tak mengindahkan ucapannya. Rayuan demi rayuan pun dilancarkan oleh Sang Nabi demi merebut hati Kaum Rass agar mau beriman.
Sayangnya, usaha tersebut tak membuahkan hasil, hanya cibiran yang ia dapat dari kaum pemuja pohon itu. Nabi itupun memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar memberi pelajaran pada kaum itu, “Yaa Allah, berikanlah rahmat hamba-hamba-Mu yang beriman dan tunjukkanlah kekuasaan-Mu bagi siapapun yang mengingkari-Mu.”
Allah mengabulkan doa hamba-Nya yang beriman. Pohon yang tadinya tumbuh subur berubah menjadi pohon yang kering dan layu. Air yang mengalir di irigasi pun ikut kering. Seluruh tumbuhan yang ada di sekitanya pun mati. Allah berfirman, dalam surat Qaf ayat 12,
Dalam rangka pemujaan, Kaum Rass mengadakan sebuah perayaan rutin tiap bulannya. Pada hari raya itu, mereka mempersembahkan seserahan berupa daging hewan yang dibakar.
Saat asap pembakaran membumbung tinggi, mereka bersujud dan memohon pada pohon tersebut. Pada saat itulah setan menipu mereka seakan mereka sedang berbicara dengan sembahannya padahal, setanlah yang ada di balik pohon tersebut.
Isfandr adalah puncak perayaan bulanan tersebut. Hari Isfandr dilaksanakan selama dua belas hari dengan seserahan yang jauh lebih banyak dihadirkan. Mereka yakin, pada hari itu pohon sanaubar akan lebih banyak memberikan harapan pada mereka ketimbang hari-hari lainnya.
Suatu ketika, pengawal kerajaan menemukan seorang anak kecil yang minum dari air sungai itu. Pengawal pun mengadu pada raja dan hal ini membuat raja geram. Setan kian memengaruhi raja dan meminta raja untuk memenggal kepala anak kecil yang tak berdosa itu.
Raja Tarouz segera menyiapkan algojo dan mengumpulkan kaumnya di depan pohon sanaubar. Tangan anak kecil itu diikat di atas papan penggal, algojo telah mengasah pedang dan penduduk berteriak, “Hukum! Hukum! Hukum!”
Sang anak memohon dan menangis, ia terpaksa minum dari air itu karena sangat haus. Tapi raja tak memaafkan. Dipenggallah leher anak yang tak berdosa itu lalu setan datang dan berkata di balik pohon sanaubar, “Lihatlah! Ini adalah hukuman bagi siapapun yang minum dari sungai itu! Maka sujudlah padaku!”
Tak cukup sampai di situ, setan kembali menggoda Raja Tarouz dan kaumnya dengan menyerahkan seluruh binatang ternak yang telah minum dari air sungai itu.
Seluruh binatang ternak itupun disembelih dan seluruh penduduk diminta bersujud.
Baca Juga
Nabi Hanzhalah bin Shafwan
Menurut As-Sadi, ketika penduduk daerah itu makin keblinger, Allah mengutus kepada mereka seorang nabi yang bernama Hanzhalah bin Shafwan.
Sekadar mengingatkan jumlah nabi sangatllah banyak. Ulama berbeda pendapat soal ini. Ada yang menyebutkan jumlah nabi mencapai 124 ribu orang sedangkan jumlah rasul sebanyak 313 orang, sebagaimana yang di riwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra.
Sedangkan nabi dan rasul yang wajib diimani ada 25 orang. Syaikh Al-Bajuri berpendapat jumlah nabi dan rasul itu tidak terbatas. ''Pendapat yang sahih (benar) mengenai para Nabi dan Rasul adalah tidak membatasi jumlah dengan hitungan tertentu. Karena hal itu bisa menetapkan kenabian pada seorang yang realitasnya bukan nabi atau sebaliknya menabikan kenabian pada seorang padahal realitasnya dia benar-benar Nabi.''
Keterangan Bajuri ini, bersumber pada Al-Quran surah An-Nisa ayat 164. ''Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan para Rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.''
Kembali ke Hanzhalah bin Shafwan. Nabi tersebut mengajak mereka untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tidak menyambutnya. Nabi itu memberitahu mereka bahwasannya setanlah yang berbicara dengan mereka di balik pohon sanaubar serta menyeru pada kebenaran dan menyembah Allah.
Melihat keadaan ini, nabi tersebut iba bahkan geram. Anak kecil yang tak berdosa serta ternak-ternak yang tak berakal harus dibunuh dengan kejam. Kaum Rass menganggap apa yang dibicarakan nabi itu adalah hal konyol dan mustahil. Merekapun tak mengindahkan ucapannya. Rayuan demi rayuan pun dilancarkan oleh Sang Nabi demi merebut hati Kaum Rass agar mau beriman.
Sayangnya, usaha tersebut tak membuahkan hasil, hanya cibiran yang ia dapat dari kaum pemuja pohon itu. Nabi itupun memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar memberi pelajaran pada kaum itu, “Yaa Allah, berikanlah rahmat hamba-hamba-Mu yang beriman dan tunjukkanlah kekuasaan-Mu bagi siapapun yang mengingkari-Mu.”
Allah mengabulkan doa hamba-Nya yang beriman. Pohon yang tadinya tumbuh subur berubah menjadi pohon yang kering dan layu. Air yang mengalir di irigasi pun ikut kering. Seluruh tumbuhan yang ada di sekitanya pun mati. Allah berfirman, dalam surat Qaf ayat 12,
كَذّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وثَمُوْدُ