Kisah Abdullah Ayah Nabi Muhammad SAW, Pemuda Tampan yang Wafat di Usia Muda

Selasa, 01 Februari 2022 - 16:48 WIB
Kafilah dagang Mekkah: Abdullah wafat di Madinah, sepulang berdagang dari Gaza. (Foto/Ilustrasi: Ist)
Abdullah putra Abdul Muthalib , ayahanda Nabi Muhammad SAW , semasa muda amatlah tampan. Di kening Abdullah ada cahaya kenabian, sehingga banyak perempuan Quraisy yang menginginkan dirinya. Beliau menikahi Aminah saat berusia 24 tahun dan tak lama setelah itu beliau wafat.



Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Sejarah Hidup Muhammad " menceritakan usia Abdul Muttalib sudah hampir mencapai 70 tahun, ketika itu umur Abdullah anaknya sudah 24 tahun.

Usia 24 tahun itu sudah tiba masanya untuk dikawinkan. Pilihan Abdul Muthalib jatuh kepada Aminah binti Wahb bin Abd Manaf bin Zuhra. Wahb adalah pemimpin suku Zuhra ketika itu yang sesuai pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat.

Pergilah Abdul Muthalib dan Abdullah mengunjungi keluarga Zuhra. Mereka menemui Wahb dan melamar puterinya. Menurut Haekal, sebagian penulis sejarah berpendapat, bahwa ia pergi menemui Uhyab, paman Aminah, sebab waktu itu ayahnya sudah meninggal dan dia di bawah asuhan pamannya.



Pada hari perkawinan Abdullah dengan Aminah itu, Abdul-Muttalib juga menikah dengan Hala, puteri pamannya. Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan yang seusia dengan dia.

Abdullah dengan Aminah tinggal selama tiga hari di rumah Aminah, sesuai dengan adat kebiasaan Arab bila perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Sesudah itu mereka pindah bersama-sama ke keluarga Abdul Muttalib.

Tak berapa lama kemudian Abdullah mesti pergi dalam suatu usaha perdagangan ke Suriah. Beliau meninggalkan isteri, Siti Aminah, yang kala itu dalam keadaan hamil.



Cahaya Kenabian

Sementara itu, Abul Fayyadh Al-Khats'ami sebagaimana dikutip dalam buku "Uyun Al-Hikayat Min Qashash Ash-Shalihin wa Nawodir Az-Zahidin" karya Imam Ibnul Jauzi meriwayatkan, pada suatu ketika Abdulah berjalan melewati seorang perempuan dari suku Khats'am yang bernama Fathimah binti Murr. Dia adalah perempuan yang sangat cantik, masih muda, dan sangat menjaga kemuliaan dirinya.

Dia juga perempuan yang terpelajar dan membaca banyak buku. Karena itu, para pemuda Quraisy banyak berbicara tentang dirinya. Kemudian perempuan itu melihat cahaya kenabian pada wajah Abdullah. Maka dia bertanya kepada Abdullah, “Pemuda, siapa namamu?” Abdullah pun menerangkan siapa dirinya.

Perempuan itu kembali berkata kepadanya, “Apakah engkau mau meniduriku, dan nanti saya berikan engkau seratus ekor unta?”

Abdullah memandangnya, kemudian berkata, “Jika engkau mengajakku melakukan perbuatan yang terlarang, maka kematian lebih saya pilih. Jika itu perbuatan yang dilakukan dalam kehalalan, maka harus dipikirkan terlebih dahulu. Tentang bagaimana hari esok, apa yang engkau rencanakan.”

Kemudian Abdullah pergi menemui istrinya. Dia menceritakan tentang perempuan dari Khats'amiah itu, serta kecantikannya dan tawarannya.

Berikutnya dia kembali menemui perempuan Khatsamiyah, namun kali ini perempuan itu tidak menyikapinya dengan antusias, sebagaimana yang dia lakukan dahulu. Maka Abdullah bertanya kepadanya, “Apakah engkau sungguh-sungguh dengan tawaranmu dahulu?”

Perempuan itu menjawab, “Waktu itu saya menawarkannya kepadamu. Sedangkan hari ini tidak. Karena saya tidak ada keinginan lagi terhadapmu. Kemudian perempuan itu bertanya, “Apa yang engkau telah lakukan selepas bertemu denganku sebelumnya?”

Dia menjawab, “Saya meniduri istriku, Aminah binti Wahab.”

Perempuan itu berkata, “Demi Tuhan! Saya bukanlah orang yang peragu. Tapi waktu itu saya melihat cahaya kenabian di wajahmu. Maka saya ingin agar cahaya itu masuk ke tubuhku. Namun Tuhan berkehendak lagi, dan meletakkannya sesuai yang Dia kehendaki.”
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
مَاۤ اَصَابَ مِنۡ مُّصِيۡبَةٍ فِى الۡاَرۡضِ وَلَا فِىۡۤ اَنۡفُسِكُمۡ اِلَّا فِىۡ كِتٰبٍ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ نَّبۡـرَاَهَا ؕ اِنَّ ذٰ لِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيۡرٌۚ (٢٢) لِّـكَيۡلَا تَاۡسَوۡا عَلٰى مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُوۡا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمۡ‌ؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٍ فَخُوۡرِۙ‏ (٢٣) اۨلَّذِيۡنَ يَبۡخَلُوۡنَ وَيَاۡمُرُوۡنَ النَّاسَ بِالۡبُخۡلِ‌ؕ وَمَنۡ يَّتَوَلَّ فَاِنَّ اللّٰهَ هُوَ الۡغَنِىُّ الۡحَمِيۡدُ (٢٤)
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri, yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir. Barangsiapa berpaling (dari perintah-perintah Allah), maka sesungguhnya Allah, Dia Mahakaya, Maha Terpuji.

(QS. Al-Hadid Ayat 22-24)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More