Abu Nawas dan Baginda Sama Gilanya Usai Bangun Istana di Langit
Selasa, 08 Februari 2022 - 10:57 WIB
"Terima kasih Baginda yang mulia," kata Abu Nawas
"Lalu bagaimana caranya aku ke sana?" tanya Baginda. "Dengan tambang. Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas.
"Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat," kata Baginda tidak sabar.
"Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun," kata Abu Nawas.
"Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?" tanya Baginda.
"Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia," kata Abu Nawas dengan bangga.
"Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa terbang ke sana," kata Baginda.
"Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi," kata Abu Nawas menjelaskan.
"Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?" tanya Baginda sambil melotot.
"Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu," jawab Abu Nawas tangkas.
"Apa maksudmu?" tanya Baginda lagi.
"Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjakannya. Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan, tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu," kata Abu Nawas enteng.
Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambil memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang. "Sebenarnya siapa di antara kita yang gila?" tanya Baginda mulai jengkel. "Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku," jawab Abu Nawas tanpa ragu.
"Lalu bagaimana caranya aku ke sana?" tanya Baginda. "Dengan tambang. Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas.
"Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat," kata Baginda tidak sabar.
"Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun," kata Abu Nawas.
"Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?" tanya Baginda.
"Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia," kata Abu Nawas dengan bangga.
"Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa terbang ke sana," kata Baginda.
"Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi," kata Abu Nawas menjelaskan.
"Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?" tanya Baginda sambil melotot.
"Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu," jawab Abu Nawas tangkas.
"Apa maksudmu?" tanya Baginda lagi.
"Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjakannya. Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan, tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu," kata Abu Nawas enteng.
Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambil memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang. "Sebenarnya siapa di antara kita yang gila?" tanya Baginda mulai jengkel. "Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku," jawab Abu Nawas tanpa ragu.
(mhy)
Lihat Juga :