Surat Yasin Ayat 78-79: Tak Ada Istilah Lebih Mudah Maupun Lebih Sulit bagi Allah
Jum'at, 11 Februari 2022 - 08:21 WIB
Surah Yasin ayat 78-79, merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya mengenai jawaban Allah SWT atas orang-orang yang mengingkari Hari Kebangkitan. Betapa ironis mereka yang melupakan penciptaannya, lalu mempertanyakan kekuasaan Allah membangkitkan tubuh yang telah hancur. Padahal membangkitkan ‘lebih mudah’ dibandingkan menciptakan pertama kali. Allah SWT berfirman:
Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan kejadiannya. Dia berkata; “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”
Katakanlah; “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. ( QS Yasin : 78-79)
Kedua ayat di atas menurut Ibnu Jarir al-Thabari sebagaimana tertuang dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Quran bersumber dari tiga jalur riwayat dari Muhammad bin ‘Umarah dari Mujahid, dari Muhammad bin Amr dari Mujahid, dan dari Basyar dari Qatadah, berkata bahwa ayat di atas bercerita tentang Ubay bin Khalaf.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika Ubay bin Khalaf mendatangi Rasulullah SAW dengan membawa tulang unta yang dibungkus. Ubay kemudian membuka bungkusan itu dan melemparkannya sehingga terbuka lalu diremukkannya tulang itu seraya berkata kepada Nabi, “Hai Muhammad! Siapa yang akan menghidupkan tulang hancur ini?”
Nabi Muhammad SAW menimpali, “Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan, dan akan memasukkanmu ke dalam neraka.” Pada akhirnya Ubay bin Khalaf terbunuh oleh pasukan Muslim dalam perang Uhud.
Dari riwayat yang lain, al-Thabari menjelaskan bahwa ayat di atas berkaitan dengan al-‘Ash bin Wa‘il. Bersumber dari riwayat Ya’qub bin Ibrahim dari Hasyim dari Abu Basyar dari Ssa’id bin Jubair, ia berkata: “al-‘Ash bin Wa‘il datang kepada Rasulullah SAW dengan tulang yang tertutup. Kemudian ia mematahkan tulang itu dengan kedua tangannya sambil berkata kepada Nabi, “Hai Muhammad! Apakah Allah akan membangkitkan dan menghidiupkan ini (tulang) setelah aku patahkan?”
Nabi SAW menjawab, “Ya. Allah SWT akan membangkitkannya lagi. Dialah yang akan mematikan dan menghidupkanmu lagi, lalu memasukkanmu dalam neraka jahannam.” Lalu turunlah ayat ini.
Dalam riwayat yang lain, kata al-Thabari, tepatnya dari Muhammad bin Sa’ad dari Abdullah bin Abbas orang yang diceritakan tersebut adalah Abdullah bin ‘Ubay.
Sama seperti al-Thabari, Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-‘Adzim yang meriwayatkan dari Mujahid, ‘Ikrimah, ‘Urwah bin al-Zubair, al-Suddi, dan Qatadah, berkata bahwa ayat di atas dilatarbelakangi kedatangan Ubay bin Khalaf kepada Rasulullah SAW dengan membawa tulang kering.
Begitu pun dengan riwayat dari Ibnu ‘Abbas sebagaimana dimuat oleh al-Thabari juga diceritakan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Lapuk dan Hancur
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, kata ramim (رميم) di ujung ayat 78 berasal dari kata ramama (رمم) yang berarti lapuk atau hancur. Ini merujuk pada tulang yang telah diremukkan oleh Ubay bin Khalaf di hadapan Nabi sebagaimana yang disebutkan dalam sabab nuzul di atas.
Orang kafir itu, kata Hamka dalam tafsir Al-Azhar, telah membuat perumpamaan bagi Allah. Ia seakan-akan menyamakan perkara Allah dengan dirinya. Manusia biasa memang tidak mungkin bisa menghidupkan kembali tulang yang telah hancur, namun Allah Yang Maha Kuasa berbeda. Ia mampu melakukannya, bahkan yang lebih ‘sulit’ daripada itu, yaitu menciptakan manusia dari setetes air mani.
Laman Tafsir Al-Quran mengutip At-Tabataba’i menyebut penciptaan manusia dari mani ialah penciptaan yang pertama kali atau permulaan sebagaimana makna implisit dari kata “insya’” yang dibarengi dengan keterangan “awwala marrah”.
Allah SWT yang kuasa mewujudkan sesuatu untuk pertama kalinya, tentulah kuasa pula mewujudkannya untuk yang kedua kalinya, karena telah pernah ada bahannya. Meskipun demikian, menurut Quraish Shihab, tidak ada istilah “lebih mudah” maupun “lebih sulit” bagi Allah SWT.
Selain Maha Kuasa, Allah SWT juga Maha Mengetahui akan ciptaannya. Kutipan akhir ayat 79 itu mengisyaratkan bahwa Allah tidak pernah lupa akan sesuatu yang telah Ia ciptakan sebelumnya. Oleh karena itu penciptaan yang kedua kalinya tidaklah susah bagi Allah SWT.
Al-Bantani menjelaskan bahwa Allah SWT mengetahui dengan pasti seandainya anggota tubuh seseorang telah terpisah dari tubuhnya. Allah mengetahuinya meski bagian-bagian tubuh tersebut tercerai berai di berbagai belahan bumi atau telah berada di dalam perut binatang buas.
Allah akan mengembalikan bentuk tubuhnya hingga utuh seperti sedia kala. Mengumpulkannya menjadi satu kesatuan, lalu meniupkan kembali ruhnya pada tubuh tersebut.
Mengenai hal ini, az-Zuhaili mengaitkannya dengan teori yang dicetuskan Lavoisier. Teori tersebut berbunyi bahwa tidak ditemukan sesuatu dari ketiadaan dan sesuatu yang ada tidak akan menjadi tiada. Semua benda di dunia ini hanya bertransformasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Selanjutnya az-Zuhaili menjelaskan bahwa dua ayat di atas dan ayat-ayat seterusnya ialah bagian terakhir dari kandungan surah Yasin. Bagian sebelumnya membincang berbagai bukti kekuasaan Allah SWT, keharusan taat dan menyembahnya, serta penegasan akan kebatilan syirik padanya. Adapun bagian ini bertemakan jawaban Allah SWT atas syubhat para pengingkar Hari Kebangkitan.
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَن يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan kejadiannya. Dia berkata; “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”
Katakanlah; “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. ( QS Yasin : 78-79)
Kedua ayat di atas menurut Ibnu Jarir al-Thabari sebagaimana tertuang dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Quran bersumber dari tiga jalur riwayat dari Muhammad bin ‘Umarah dari Mujahid, dari Muhammad bin Amr dari Mujahid, dan dari Basyar dari Qatadah, berkata bahwa ayat di atas bercerita tentang Ubay bin Khalaf.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika Ubay bin Khalaf mendatangi Rasulullah SAW dengan membawa tulang unta yang dibungkus. Ubay kemudian membuka bungkusan itu dan melemparkannya sehingga terbuka lalu diremukkannya tulang itu seraya berkata kepada Nabi, “Hai Muhammad! Siapa yang akan menghidupkan tulang hancur ini?”
Nabi Muhammad SAW menimpali, “Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan, dan akan memasukkanmu ke dalam neraka.” Pada akhirnya Ubay bin Khalaf terbunuh oleh pasukan Muslim dalam perang Uhud.
Dari riwayat yang lain, al-Thabari menjelaskan bahwa ayat di atas berkaitan dengan al-‘Ash bin Wa‘il. Bersumber dari riwayat Ya’qub bin Ibrahim dari Hasyim dari Abu Basyar dari Ssa’id bin Jubair, ia berkata: “al-‘Ash bin Wa‘il datang kepada Rasulullah SAW dengan tulang yang tertutup. Kemudian ia mematahkan tulang itu dengan kedua tangannya sambil berkata kepada Nabi, “Hai Muhammad! Apakah Allah akan membangkitkan dan menghidiupkan ini (tulang) setelah aku patahkan?”
Nabi SAW menjawab, “Ya. Allah SWT akan membangkitkannya lagi. Dialah yang akan mematikan dan menghidupkanmu lagi, lalu memasukkanmu dalam neraka jahannam.” Lalu turunlah ayat ini.
Dalam riwayat yang lain, kata al-Thabari, tepatnya dari Muhammad bin Sa’ad dari Abdullah bin Abbas orang yang diceritakan tersebut adalah Abdullah bin ‘Ubay.
Sama seperti al-Thabari, Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-‘Adzim yang meriwayatkan dari Mujahid, ‘Ikrimah, ‘Urwah bin al-Zubair, al-Suddi, dan Qatadah, berkata bahwa ayat di atas dilatarbelakangi kedatangan Ubay bin Khalaf kepada Rasulullah SAW dengan membawa tulang kering.
Begitu pun dengan riwayat dari Ibnu ‘Abbas sebagaimana dimuat oleh al-Thabari juga diceritakan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Lapuk dan Hancur
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, kata ramim (رميم) di ujung ayat 78 berasal dari kata ramama (رمم) yang berarti lapuk atau hancur. Ini merujuk pada tulang yang telah diremukkan oleh Ubay bin Khalaf di hadapan Nabi sebagaimana yang disebutkan dalam sabab nuzul di atas.
Orang kafir itu, kata Hamka dalam tafsir Al-Azhar, telah membuat perumpamaan bagi Allah. Ia seakan-akan menyamakan perkara Allah dengan dirinya. Manusia biasa memang tidak mungkin bisa menghidupkan kembali tulang yang telah hancur, namun Allah Yang Maha Kuasa berbeda. Ia mampu melakukannya, bahkan yang lebih ‘sulit’ daripada itu, yaitu menciptakan manusia dari setetes air mani.
Laman Tafsir Al-Quran mengutip At-Tabataba’i menyebut penciptaan manusia dari mani ialah penciptaan yang pertama kali atau permulaan sebagaimana makna implisit dari kata “insya’” yang dibarengi dengan keterangan “awwala marrah”.
Allah SWT yang kuasa mewujudkan sesuatu untuk pertama kalinya, tentulah kuasa pula mewujudkannya untuk yang kedua kalinya, karena telah pernah ada bahannya. Meskipun demikian, menurut Quraish Shihab, tidak ada istilah “lebih mudah” maupun “lebih sulit” bagi Allah SWT.
Selain Maha Kuasa, Allah SWT juga Maha Mengetahui akan ciptaannya. Kutipan akhir ayat 79 itu mengisyaratkan bahwa Allah tidak pernah lupa akan sesuatu yang telah Ia ciptakan sebelumnya. Oleh karena itu penciptaan yang kedua kalinya tidaklah susah bagi Allah SWT.
Al-Bantani menjelaskan bahwa Allah SWT mengetahui dengan pasti seandainya anggota tubuh seseorang telah terpisah dari tubuhnya. Allah mengetahuinya meski bagian-bagian tubuh tersebut tercerai berai di berbagai belahan bumi atau telah berada di dalam perut binatang buas.
Allah akan mengembalikan bentuk tubuhnya hingga utuh seperti sedia kala. Mengumpulkannya menjadi satu kesatuan, lalu meniupkan kembali ruhnya pada tubuh tersebut.
Mengenai hal ini, az-Zuhaili mengaitkannya dengan teori yang dicetuskan Lavoisier. Teori tersebut berbunyi bahwa tidak ditemukan sesuatu dari ketiadaan dan sesuatu yang ada tidak akan menjadi tiada. Semua benda di dunia ini hanya bertransformasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Selanjutnya az-Zuhaili menjelaskan bahwa dua ayat di atas dan ayat-ayat seterusnya ialah bagian terakhir dari kandungan surah Yasin. Bagian sebelumnya membincang berbagai bukti kekuasaan Allah SWT, keharusan taat dan menyembahnya, serta penegasan akan kebatilan syirik padanya. Adapun bagian ini bertemakan jawaban Allah SWT atas syubhat para pengingkar Hari Kebangkitan.
(mhy)
Lihat Juga :