Bantahan Al-Qur'an Tatkala Malaikat Dibilang Anak Perempuan Allah Taala
Senin, 14 Februari 2022 - 18:28 WIB
“Tanyakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka (orang orang kafir Mekkah): apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki: atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan(nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: “Allah beranak." Dan sesungguhnya mereka benar benar orang yang berdusta.
Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki? Apakah yang terjadi padamu? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan? Maka apakah kamu tidak memikirkan? Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata?” ( QS Ash-Shaffat : 149-156)
Allah telah menjadikan ucapan mereka ini sebagai kesaksian yang akan dihisab pada hari Kiamat nanti. Pasalnya, salah satu dosa yang paling besar adalah mengatakan tentang Allah tanpa didasari ilmu. Allah SWT berfirman:
“Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung jawaban.” ( QS Az-Zukhruf : 19)
Ayat-Ayat Malaikat
Perihal malaikat banyak disampaikan dalam Al-Qur'an. Misalnya, malaikat selalu taat kepada Allah dan tidak pernah membantah ( QS at-Tahrim : 6), memiliki sayap 2, 3 dan 4 ( QS Fathir : 1), bisa terbang menembus langit dalam kecepatan yang sehari bagi mereka setara 50.000 tahun bagi manusia ( QS al-Ma’arij : 1-4), dsb.
Dalam kitab Qabasat min Nuril Qur’anil Karim karya Syekh ‘Ali ash-Shabuni disebutkan bahwa secara khusus, untuk membantah anggapan keliru bangsa Arab, ada ungkapan eksplisit dan implisit. Yang secara eksplisit menyatakan bahwa malaikat bukan perempuan dan tidak berjenis kelamin misalnya QS al-Isra’ : 40, surat ash-Shaffat: 150, dan surat az-Zukhruf: 19.
Adapun yang implisit, tampak dari cara Al-Qur’an memperlakukan kata “malak” dan “malaikah”.
Dalam bentuk mufrod, kata malak diperlakukan sebagai mudzakkar, misalnya dalam QS Yusuf : 31 disebut “malakun kariim” (ملك كريم), artinya malaikat yang mulia.
Bentuk na’at-man’ut (kata benda yang diiringi kata sifat) ini mudzakkar-mudzakkar.
Tapi ketika jamak, kadang kata malaikah diperlakukan sebagai mudzakkar (laki-laki) dan kadang mu’annats (perempuan).
Dalam QS al-Baqarah : 30-34, dalam kisah Adam, seluruh dhomir (kata ganti) yang merujuk kepada malaikah adalah dhomir jama’ mudzakkar. Misalnya pada kata qaaluu (قالوا) dan dhomir hum (هم) yang berulang-ulang muncul di sana. Ciri serupa muncul di banyak tempat lainnya dalam Al-Qur’an.
Uniknya, ketika kata malaikah didahului oleh fi’il (kata kerja), tiba-tiba dhomir yang dipakai berubah menjadi mu’annats. Misalnya:
فَنَادَتْهُ المَلَائِكَةُ…. — آل عمران : ٣٩
هَلْ يَنْظُرُوْنَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ المَلَائِكَةُ … — الأنعام : ١٥٨
Tapi perlakuan begini ternyata tidak selalu demikian, sebab kadang dhomir pada fi’il-nya juga mudzakkar, misalnya:
فَسَجَدَ المَلَائِكَةُ …. — الحجر : ٣٠
…وَنُزِّلَ المَلَائِكَةُ تَنْزِيْلًا — الفرقان : ٢٥
Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki? Apakah yang terjadi padamu? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan? Maka apakah kamu tidak memikirkan? Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata?” ( QS Ash-Shaffat : 149-156)
Allah telah menjadikan ucapan mereka ini sebagai kesaksian yang akan dihisab pada hari Kiamat nanti. Pasalnya, salah satu dosa yang paling besar adalah mengatakan tentang Allah tanpa didasari ilmu. Allah SWT berfirman:
وَجَعَلُوا الۡمَلٰٓٮِٕكَةَ الَّذِيۡنَ هُمۡ عِبَادُ الرَّحۡمٰنِ اِنَاثًا ؕ اَشَهِدُوۡا خَلۡقَهُمۡ ؕ سَتُكۡتَبُ شَهَادَتُهُمۡ وَيُسۡـَٔــلُوۡنَ
“Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung jawaban.” ( QS Az-Zukhruf : 19)
Ayat-Ayat Malaikat
Perihal malaikat banyak disampaikan dalam Al-Qur'an. Misalnya, malaikat selalu taat kepada Allah dan tidak pernah membantah ( QS at-Tahrim : 6), memiliki sayap 2, 3 dan 4 ( QS Fathir : 1), bisa terbang menembus langit dalam kecepatan yang sehari bagi mereka setara 50.000 tahun bagi manusia ( QS al-Ma’arij : 1-4), dsb.
Dalam kitab Qabasat min Nuril Qur’anil Karim karya Syekh ‘Ali ash-Shabuni disebutkan bahwa secara khusus, untuk membantah anggapan keliru bangsa Arab, ada ungkapan eksplisit dan implisit. Yang secara eksplisit menyatakan bahwa malaikat bukan perempuan dan tidak berjenis kelamin misalnya QS al-Isra’ : 40, surat ash-Shaffat: 150, dan surat az-Zukhruf: 19.
Adapun yang implisit, tampak dari cara Al-Qur’an memperlakukan kata “malak” dan “malaikah”.
Dalam bentuk mufrod, kata malak diperlakukan sebagai mudzakkar, misalnya dalam QS Yusuf : 31 disebut “malakun kariim” (ملك كريم), artinya malaikat yang mulia.
Bentuk na’at-man’ut (kata benda yang diiringi kata sifat) ini mudzakkar-mudzakkar.
Tapi ketika jamak, kadang kata malaikah diperlakukan sebagai mudzakkar (laki-laki) dan kadang mu’annats (perempuan).
Dalam QS al-Baqarah : 30-34, dalam kisah Adam, seluruh dhomir (kata ganti) yang merujuk kepada malaikah adalah dhomir jama’ mudzakkar. Misalnya pada kata qaaluu (قالوا) dan dhomir hum (هم) yang berulang-ulang muncul di sana. Ciri serupa muncul di banyak tempat lainnya dalam Al-Qur’an.
Uniknya, ketika kata malaikah didahului oleh fi’il (kata kerja), tiba-tiba dhomir yang dipakai berubah menjadi mu’annats. Misalnya:
فَنَادَتْهُ المَلَائِكَةُ…. — آل عمران : ٣٩
هَلْ يَنْظُرُوْنَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ المَلَائِكَةُ … — الأنعام : ١٥٨
Tapi perlakuan begini ternyata tidak selalu demikian, sebab kadang dhomir pada fi’il-nya juga mudzakkar, misalnya:
فَسَجَدَ المَلَائِكَةُ …. — الحجر : ٣٠
…وَنُزِّلَ المَلَائِكَةُ تَنْزِيْلًا — الفرقان : ٢٥
Lihat Juga :