Kisah Walid bin Mughirah Protes Mengapa Bukan Dirinya yang Jadi Nabi
Rabu, 23 Februari 2022 - 05:15 WIB
Al-Walid merengut dan berubah mukanya ketika ia menyadari kekeliruan pendapat yang telah ditetapkannya. Namun, ia juga sulit untuk menemukan ketetapan lain yang dapat diterima oleh si pemesan (Abu Jahal) dan yang memenuhi ambisi hawa nafsunya. Maka, terjadilah pergolakan yang akhirnya dimenangkan oleh nafsu dan ambisi.
Pada akhirnya, Allah memberikannya sanksi dengan cara mengutuknya karena menolak kebenaran al-Qur’an. Al-Walid dikutuk bukan karena ia berpikir. Akan tetapi, karena cara ia berpikir. Cara berpikirnya adalah menetapkan kesimpulan sesuai dengan pesanan Abu Jahal. Oleh karena itu, ia tidak objektif lagi dan tentu saja hasilnya tidak akan menyentuh kebenaran.
Riwayat lain menyebutkan bahwa pada akhir hayatnya, harta kekayaannya mulai mengikis dan habis, ia dinyatakan wafat dalam keadaan jatuh miskin. Bahkan, di Akhirat nanti, Allah berjanji untuk menyiksanya di neraka Saqar (QS al-Mudatstsir [74]: 26).
Anak Al-Walid yang Masuk Islam
Nama lengkapnya adalah Al-Walid ibn Al-Mughirah ibn Abdullah ibn Umar ibn Makhzum ibn Yagzhah ibn Murrah ibn Ka'ab ibn Lu'ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik. Ibunya bernama Shakhrah binti Al-Harits ibn Abdullah ibn Abd Syams.
Al-Walid lahir di Kota Mekkah pada 95 tahun sebelum hijrah, yaitu 530 M, dan meninggal pada 622 M. Dengan demikian, ketika dakwah Islam baru memancarkan sinarnya, Al-Walid sudah berkedudukan sebagai sesepuh serta dituakan, baik dalam internal kabilah Quraisy maupun oleh penduduk Mekkah pada umumnya.
Sehari-hari, dia biasa dipanggil Abd Syams atau Abu 'Abd Syams. Dilatarbelakangi kedudukannya yang terpandang, beberapa gelar (lagab) kehormatan disematkan pada dirinya.
Selain itu, Al-Walid juga memiliki banyak keturunan. Tercatat, ada tiga belas orang anak laki-laki dan tiga di antaranya kemudian memeluk Islam. Karena itulah, Al-Walid selalu membanggakan dirinya dengan berkata, “Akulah Al-Wahid putra Al-Wahid, tak ada orang Arab yang sebanding denganku.”
Tak hanya itu, dia juga digelari sebagai raihdnah Quraisy (flamboyan Quraisy)' karena popularitasnya di seantero Quraisy. Dia selalu menjadi pusat perhatian serta memiliki banyak pengagum dan pengikut.
Ibn Hisyam mengemukakan bahwa dari keturunannya yang banyak dan terpandang hanya 3 orang putranya yang memeluk agama Islam. Mereka adalah al-Walid Ibn al-Walid, Hisyam Ibn al-Walid, dan Khalid Ibn al-Walid.
Sedangkan, anak perempuannya yang masuk Islam adalah Najiyah binti Al-Walid (istri Shafwan ibn Umayyah), yang masuk Islam dalam peristiwa Fathu Makkah.
Al-Walid ibn Al-Walid masuk Islam setelah menjadi tawanan dalam Perang Badar. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Al-Walid ibn Al-Walid sudah tertarik masuk Islam sejak di Mekkah. Namun, dia tak berani menentang para pembesar Quraisy, termasuk ayahnya sendiri. Maka, bersama beberapa orang sahabatnya, yaitu 'Ayyash ibn Abi Rabi'ah dan Salamah ibn Hisyam, dia melarikan diri ke Madinah.
Rasulullah SAW mengetahui kedatangan mereka dan mendoakan mereka, “Ya Allah, selamatkaniah 'Ayyasy ibn Abi Rabah. Ya Allah, selamatkanlah Salamah ibn Hisyam. Ya Allah, selamatkanlah Al-Walid ibn Al-Walid. Ya Allah, selamatkan orang-orang mukmin yang tertindas" (HR Abd Al-Razzaq)
Setelah Al-Walid ibn Al-Walid masuk Islam, saudaranya, Khalid ibn Al-Walid ra, juga menyusul masuk Islam. Awalnya, Khalid ibn Al-Walid sangat membenci Islam. Bahkan, dia turut berperang melawan kaum Muslim dalam Perang Uhud. Namun, kemudian dia masuk Islam setelah Perjanjian Hudaibiyah. Hatinya tersentuh oleh kesantunan Rasulullah SAW setelah penawanan saudaranya, Al-Walid. Setelah masuk Islam, Khalid hijrah ke Madinah. Saat itu, ayahnya, Al-Walid ibn Al-Mughirah, telah meninggal dunia.
Dikenal sebagai kesatria tangguh, Khalid ibn Al-Walid adalah panglima perang yang paling perkasa dalam sejarah Islam. Berkali-kali Rasulullah SAW mengutusnya untuk memimpin pasukan kaum Muslim sehingga dia digelari sebagai Pedang Allah yang Terhunus (Syaifullah Al - Maslul). Pada masa Khalifah Abu Bakar, Khalid berhasil menaklukkan Yamamah dan orang-orang murtad.
Adapun Hisyam ibn Al-Walid merupakan mualaf yang tidak banyak tercatat namanya dalam kitab-kitab sejarah. Dia diperkirakan masuk Islam setelah peristiwa Fathu Makkah.
Pada akhirnya, Allah memberikannya sanksi dengan cara mengutuknya karena menolak kebenaran al-Qur’an. Al-Walid dikutuk bukan karena ia berpikir. Akan tetapi, karena cara ia berpikir. Cara berpikirnya adalah menetapkan kesimpulan sesuai dengan pesanan Abu Jahal. Oleh karena itu, ia tidak objektif lagi dan tentu saja hasilnya tidak akan menyentuh kebenaran.
Riwayat lain menyebutkan bahwa pada akhir hayatnya, harta kekayaannya mulai mengikis dan habis, ia dinyatakan wafat dalam keadaan jatuh miskin. Bahkan, di Akhirat nanti, Allah berjanji untuk menyiksanya di neraka Saqar (QS al-Mudatstsir [74]: 26).
Anak Al-Walid yang Masuk Islam
Nama lengkapnya adalah Al-Walid ibn Al-Mughirah ibn Abdullah ibn Umar ibn Makhzum ibn Yagzhah ibn Murrah ibn Ka'ab ibn Lu'ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik. Ibunya bernama Shakhrah binti Al-Harits ibn Abdullah ibn Abd Syams.
Al-Walid lahir di Kota Mekkah pada 95 tahun sebelum hijrah, yaitu 530 M, dan meninggal pada 622 M. Dengan demikian, ketika dakwah Islam baru memancarkan sinarnya, Al-Walid sudah berkedudukan sebagai sesepuh serta dituakan, baik dalam internal kabilah Quraisy maupun oleh penduduk Mekkah pada umumnya.
Sehari-hari, dia biasa dipanggil Abd Syams atau Abu 'Abd Syams. Dilatarbelakangi kedudukannya yang terpandang, beberapa gelar (lagab) kehormatan disematkan pada dirinya.
Selain itu, Al-Walid juga memiliki banyak keturunan. Tercatat, ada tiga belas orang anak laki-laki dan tiga di antaranya kemudian memeluk Islam. Karena itulah, Al-Walid selalu membanggakan dirinya dengan berkata, “Akulah Al-Wahid putra Al-Wahid, tak ada orang Arab yang sebanding denganku.”
Tak hanya itu, dia juga digelari sebagai raihdnah Quraisy (flamboyan Quraisy)' karena popularitasnya di seantero Quraisy. Dia selalu menjadi pusat perhatian serta memiliki banyak pengagum dan pengikut.
Ibn Hisyam mengemukakan bahwa dari keturunannya yang banyak dan terpandang hanya 3 orang putranya yang memeluk agama Islam. Mereka adalah al-Walid Ibn al-Walid, Hisyam Ibn al-Walid, dan Khalid Ibn al-Walid.
Sedangkan, anak perempuannya yang masuk Islam adalah Najiyah binti Al-Walid (istri Shafwan ibn Umayyah), yang masuk Islam dalam peristiwa Fathu Makkah.
Al-Walid ibn Al-Walid masuk Islam setelah menjadi tawanan dalam Perang Badar. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Al-Walid ibn Al-Walid sudah tertarik masuk Islam sejak di Mekkah. Namun, dia tak berani menentang para pembesar Quraisy, termasuk ayahnya sendiri. Maka, bersama beberapa orang sahabatnya, yaitu 'Ayyash ibn Abi Rabi'ah dan Salamah ibn Hisyam, dia melarikan diri ke Madinah.
Rasulullah SAW mengetahui kedatangan mereka dan mendoakan mereka, “Ya Allah, selamatkaniah 'Ayyasy ibn Abi Rabah. Ya Allah, selamatkanlah Salamah ibn Hisyam. Ya Allah, selamatkanlah Al-Walid ibn Al-Walid. Ya Allah, selamatkan orang-orang mukmin yang tertindas" (HR Abd Al-Razzaq)
Setelah Al-Walid ibn Al-Walid masuk Islam, saudaranya, Khalid ibn Al-Walid ra, juga menyusul masuk Islam. Awalnya, Khalid ibn Al-Walid sangat membenci Islam. Bahkan, dia turut berperang melawan kaum Muslim dalam Perang Uhud. Namun, kemudian dia masuk Islam setelah Perjanjian Hudaibiyah. Hatinya tersentuh oleh kesantunan Rasulullah SAW setelah penawanan saudaranya, Al-Walid. Setelah masuk Islam, Khalid hijrah ke Madinah. Saat itu, ayahnya, Al-Walid ibn Al-Mughirah, telah meninggal dunia.
Dikenal sebagai kesatria tangguh, Khalid ibn Al-Walid adalah panglima perang yang paling perkasa dalam sejarah Islam. Berkali-kali Rasulullah SAW mengutusnya untuk memimpin pasukan kaum Muslim sehingga dia digelari sebagai Pedang Allah yang Terhunus (Syaifullah Al - Maslul). Pada masa Khalifah Abu Bakar, Khalid berhasil menaklukkan Yamamah dan orang-orang murtad.
Adapun Hisyam ibn Al-Walid merupakan mualaf yang tidak banyak tercatat namanya dalam kitab-kitab sejarah. Dia diperkirakan masuk Islam setelah peristiwa Fathu Makkah.
(mhy)