Kisah Hijrah Nabi Ya'kub Saat Menghindari Permusuhan dengan Saudara Kembarnya

Minggu, 13 Maret 2022 - 17:30 WIB
Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke kanan dan ke kiri dan sadarlah ia bahwa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuai dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya.



Akhirnya, Ya'qub sampai di kota Fadan A'ram. Sesampainya di salah satu persimpangan jalan, dia berhenti sebentar bertanya ke salah seorang penduduk di mana letak rumah saudara ibunya Laban barada.

Laban seorang kaya-raya, pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu. Tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata kepada Ya'qub: "Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan Laban, Rahil, yang akan dapat membawa kamu ke rumah ayahnya".

Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri seorang gadis cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya, Ya'qub mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri. Rifqah ibunya, saudara kandung dari ayah si gadis itu, Laban.

Diterangkan lagi kepada Rahil, tujuannya datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan. Mendengar kata-kata Ya'qub yang bertujuan hendak menemui ayahnya, Laban, dan untuk menyampaikan pesan Nabi Ishaq. Maka, dengan senang hati, Rahil mempersilakan Ya'qub mengikutinya balik ke rumah untuk menemui ayahnya, Laban.

Setelah berjumpa, Laban bin Batu'il, menyediakan tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya itu, Ya'qub, yang tiada bedanya dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri. Dengan senang hati Ya'qub tinggal di rumah Laban seperti rumah sendiri.



Menikah dengan 4 Istri

Ya'qub tinggal di Harran cukup lama. Di rumah Laban, Ya’qub tertarik hatinya dengan anak perempuan bungsu Laban yang bernama Rahil (Rachel).

Ya’qub mengutarakan hasratnya dan gayung pun bersambut dengan syarat harus bekerja dengan Laban selama tujuh tahun. Ya’qub menyanggupi. Maka selama 7 tahun Ya'kub bekerja di situ demi bisa memetik buah hatinya.

Tujuh tahun berlalu, hari pernikahan pun ditetapkan. Akan tetapi Laban memberi tahu Ya’qub bahwa adat istiadat di sana tidak boleh seorang adik mendahului nikah sebelum kakaknya. Jadi Ya’qub mesti nikah dengan kakak Rahil dahulu yaitu Laya (Leah).

Laban merencanakan jika Ya’qub mau tetap nikah dengan Rahil maka dia harus bekerja tujuh tahun lagi. Ini pun disanggupi Ya’qub. Ketika itu belum ada larangan menikahi adik beradik dan ini dimasukhkan oleh Kitab Taurat kelak pada zaman Nabi Musa AS.

Bahkan Ya’qub kemudian dihadiahi budak oleh Laya dan Rahil sehingga beliau mempunyai empat orang istri di Harran.



Bertahun-tahun kemudian, Ya’qub memiliki harta kekayaan yang berlimpah di negeri Harran kerena sentiasa berpegang kepada perintah-perintah Allah di manapun beliau berada dan beliau tidak mengikuti kebiasaan penduduk negeri di sekitarnya.

Dalam perjalanannya kemudian, Nabi Ya'kub kembali kepada keluarganya (di Kan'an atau Kana'an) setelah Allah menganugerahinya sepuluh putra dari sepupunya dan istrinya yang lain.

Setelah Ya'qub kembali ke negeri Kan'an (Yabus), Allah menganugerahinya lagi dua putra, Yaitu Yusuf dan Bunyamin. Dengan demikian, jumlah putranya menjadi dua belas orang.

Allah menyebut 12 putra Nabi Ya'kub dengan sebutan asbat (keturunan Ya’qub) dalam Al-Quran. Dari Rahil lahirlah Nabi Yusuf AS dan Bunyamin. Dan dari Laya lahirlah Rubil, Syam’un, Lawi, Yahuda, Isakhar dan Zabilon.

Dari budak milik Rahil lahir Dan dan Naftali, dan dari budak milik Laya lahir Jad dan Asyir. Nabi Ya’qub juga mempunyai seorang anak perempuan bernama Dinah.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:  Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta bersungguh-sungguh menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan benar-benar taat pada suaminya.  Maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.

(HR. Ahmad 1:191)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More