Kisah Ratu Balqis yang Demokratis, Ibunya Ternyata dari Bangsa Jin
Selasa, 22 Maret 2022 - 16:41 WIB
Ratu Balqis adalah pemimpin perempuan di Negeri Saba’. Dia dikenal sebagai pemimpin yang demokratis. Balqis bisa menjadi pemimpin negeri Saba’ dengan usaha dan rintangan. Lalu siapa sejatinya perempuan hebat di era Nabi Sulaiman as ini?
Balqis adalah putri Raja Syarahil, pemimpin Negeri Yaman, keturunan Ya’rib bin Qahthan, nenek moyang Penduduk Arabia. Dalam Tafsir Al-Kasyaf, az-Zamakhsyari menceritakan bahwa Syarahil merupakan keturunan raja Negeri Yaman. Ia putra terakhir dari 40 bersaudara sekaligus pewaris takhta kerajaan ayahnya.
Ibu Balqis bukanlah sebangsa manusia, melainkan jin, bernama Raihanah binti Sakan. Konon, karena keluhuran derajat Raja Syarahil membuatnya tidak pantas menikah dengan perempuan mana pun dari bangsa manusia, sehingga ia memutuskan untuk menikah dengan jin.
Balqis adalah anak tunggal sehingga otomatis mengantikan ayahnya sebagai pemimpin di Yaman. Hanya saja tidak mudah bagi seorang wanita menjadi pemimpin.
Imam Husain bin Mas'ud Al-Baghawi (w. 1122 M) dalam "Ma'alimut Tanzil" atau lebih dikenal sebagai Tafsir al-Baghawi menceritakan, Balqis menaruh harapan untuk meneruskan jejak ayahnya dengan usaha keras meyakinkan penduduk Yaman.
Merespons usaha Balqis, kaum Yaman tidak semua sependapat. Ada yang mau mengakui kepemimpinan Balqis. Ada pula yang menolak. Dua respons yang pro-kontra tersebut menyebabkan Negeri Yaman terpecah menjadi dua. Satu bagian dipimpin Ratu Balqis. Bagian lainnya, dipimpin oleh seorang laki-laki.
Wilayah kepemimpinan Balqis di Yaman inilah yang disebut dengan Negeri Saba’. Di bawah kepemimpinan perempuan Saba' jusru menjadi negeri yang damai dan sejahtera. Sementara satu kerajaan Yaman yang lain bernasib buruk, sebab rajanya lalim terhadap rakyatnya.
Pemimpin yang Demokratis
Balqis adalah pemimpin yang demokratis. Al-Quran merekam sikap demokratis Ratu Balqis tersebut pada saat membahas surat dari Nabi Sulaiman yang ditujukan kepadanya. Allah SWT berfirman:
“Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.”
“Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,”
“Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
“Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku).”
Balqis adalah putri Raja Syarahil, pemimpin Negeri Yaman, keturunan Ya’rib bin Qahthan, nenek moyang Penduduk Arabia. Dalam Tafsir Al-Kasyaf, az-Zamakhsyari menceritakan bahwa Syarahil merupakan keturunan raja Negeri Yaman. Ia putra terakhir dari 40 bersaudara sekaligus pewaris takhta kerajaan ayahnya.
Ibu Balqis bukanlah sebangsa manusia, melainkan jin, bernama Raihanah binti Sakan. Konon, karena keluhuran derajat Raja Syarahil membuatnya tidak pantas menikah dengan perempuan mana pun dari bangsa manusia, sehingga ia memutuskan untuk menikah dengan jin.
Balqis adalah anak tunggal sehingga otomatis mengantikan ayahnya sebagai pemimpin di Yaman. Hanya saja tidak mudah bagi seorang wanita menjadi pemimpin.
Imam Husain bin Mas'ud Al-Baghawi (w. 1122 M) dalam "Ma'alimut Tanzil" atau lebih dikenal sebagai Tafsir al-Baghawi menceritakan, Balqis menaruh harapan untuk meneruskan jejak ayahnya dengan usaha keras meyakinkan penduduk Yaman.
Merespons usaha Balqis, kaum Yaman tidak semua sependapat. Ada yang mau mengakui kepemimpinan Balqis. Ada pula yang menolak. Dua respons yang pro-kontra tersebut menyebabkan Negeri Yaman terpecah menjadi dua. Satu bagian dipimpin Ratu Balqis. Bagian lainnya, dipimpin oleh seorang laki-laki.
Wilayah kepemimpinan Balqis di Yaman inilah yang disebut dengan Negeri Saba’. Di bawah kepemimpinan perempuan Saba' jusru menjadi negeri yang damai dan sejahtera. Sementara satu kerajaan Yaman yang lain bernasib buruk, sebab rajanya lalim terhadap rakyatnya.
Pemimpin yang Demokratis
Balqis adalah pemimpin yang demokratis. Al-Quran merekam sikap demokratis Ratu Balqis tersebut pada saat membahas surat dari Nabi Sulaiman yang ditujukan kepadanya. Allah SWT berfirman:
قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ
إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ
قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ أَفۡتُونِي فِيٓ أَمۡرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمۡرًا حَتَّىٰ تَشۡهَدُونِ
قَالُواْ نَحۡنُ أُوْلُواْ قُوَّةٖ وَأُوْلُواْ بَأۡسٖ شَدِيدٖ وَٱلۡأَمۡرُ إِلَيۡكِ فَٱنظُرِي مَاذَا تَأۡمُرِينَ
إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ
قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ أَفۡتُونِي فِيٓ أَمۡرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمۡرًا حَتَّىٰ تَشۡهَدُونِ
قَالُواْ نَحۡنُ أُوْلُواْ قُوَّةٖ وَأُوْلُواْ بَأۡسٖ شَدِيدٖ وَٱلۡأَمۡرُ إِلَيۡكِ فَٱنظُرِي مَاذَا تَأۡمُرِينَ
“Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.”
“Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,”
“Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
“Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku).”