Konflik Politik Berdarah dan Tradisi Pembunuhan Khalifah Dinasti Abbasiyah

Kamis, 24 Maret 2022 - 18:51 WIB
Konflik politik berdarah mewarnai pemerintahan Dinasti Abbasiyah akibat sistem yang salah dalam pengangkatan putra mahkola. Foto/Ilustrasi: Ist
Konflik politik berdarah dan pembunuhan khalifah pada Dinasti Abbasiyah seakan menjadi tradisi. Ini akibat kesalahan penerapan pada sistem pengangkatan putra mahkota.

Syaikh Muhammad Al-Khudari dalam bukunya yang berjudul "Ad-Daulah Al-Abbasiyyah" mengatakan Bani Abbasiyah mengikuti sistem yang sama dalam mengangkat putra mahkota sebagaimana yang diterapkan Bani Umayyah .

"Kesalahan sistem yang dimaksud adalah mengangkat putra mahkota lebih dari satu orang dari putra-putra atau saudara sang khalifah tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan kebijakan khalifah sebelumnya," tutur Syaikh Muhammad Al-Khudari.

Kebijakan yang demikian itu, kata Syaikh Muhammad Al-Khudari, sudah tentu menjadi sumber bencana dan petaka yang dahsyat akibatnya. Ketika mereka meniru model pemilihan yang diterapkan para pendahulu mereka, maka pada dasarnya menceburkan diri mereka pada keburukan dan kehancuran itu sendiri.





Para khalifah sesudahnya tidak mau mengambil pelajaran dari kebijakan pendahulunya. Hal ini akan semakin jelas dengan penjelasan berikut:

Abul Abbas As-Safah mengangkat putra mahkotanya dari dua orang secara berurutan. Ia mengangkat saudaranya Abu Jafar Al-Manshur terlebih dahulu dan kemudian disusul dengan keponakannya, Isa bin Musa bin Muhammad bin Ali.

Ketika Abu Jafar Al-Manshur menjabat sebagai khalifah, sedangkan putranya, Muhammad Al-Mahdi, menginjak dewasa, maka berat baginya jika penganti sesudahnya adalah putra saudaranya dan menghalangi putranya sendiri.

Oleh karena itu ia kemudian menawarkan kepada Isa bin Musa bin Muhammad bin Ali agar ia mencabut haknya sebagai putra mahkota dengan catatan ia berhak menyandangnya kembali setelah putranya, Al-Mahdi.

Tampak bahwa Isa bin Musa enggan menerima tawaran tersebut. Mereka pun memaksakan suatu aturan yang tidak disukainya, kecuali ia harus mengikutinya. Situasi ini dilukiskan dengan baik dalam bait-bait syair,

Anda diberi kesempatan untuk memilih antara dua perkara,

Namun Anda harus kehilangan kedua-duanya

Antara merendahkan diri dan mengalah ataupun

membiarkan tragedi mewabah.



Dikatakan bahwa Abu Jafar memberikan minuman yang memabukkan kepadanya hingga membuatnya mabuk dan hampir membunuhnya. Akan tetapi ia berhasil sembuh dari sakitnya itu.

Pada akhirnya, Isa bin Musa pun memenuhi permintaan Abu Jafar meskipun Isa bin Musa telah memberikan kontribusi yang besar dalam berdirinya pemerintahan Daulah Abbasiyah dan mendukung pemerintahan Al-Manshur.

Ketika Al-Mahdi menjabat sebagai khalifah dan kedua putranya, Musa Al-Hadi dan Harun Ar-Rasyid, menginjak usia dewasa, maka sikap dan kebijakan semacam ini terulang kembali pada diri Isa bin Musa. Al-Mahdi memintanya untuk melepaskan haknya sebagai putra mahkota agar ia dapat mengangkat putranya sebagai putra mahkota, yang menggantikannya sesudahnya.

Al-Mahdi pun berhasil mencapai tujuannya setelah Isa bin Musa mengalami intimidasi dan penindasan luar biasa, meskipun pada dasarnya Al-Mahdi memahami dampak dari keputusannya mengangkat kedua putranya sebagai putra mahkota.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari empat perkara, yaitu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu', dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak didengar.

(HR. Ibnu Majah No. 3827)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More