Abdul Malik: Putra Umar bin Abdul Aziz, Inti Kalung di Antara 14 Saudaranya

Selasa, 19 April 2022 - 15:36 WIB
Maka datanglah kepadanya, selidikilah keadaannya dan lihatlah apakah engkau melihat tanda-tanda kesombongan dan kebanggaan pada dirinya? Karena dia masih terlalu muda, belum tentu aman dari tipu daya setan."

Maimun berkata : "Maka aku melakukan perjalanan menemui Abdul Malik hingga bertemu dengannya. Aku meminta izin lalu masuk. Ternyata dia adalah seorang pemuda yang masih belia, pemuda yang gagah, tampan dan tawadhu', dia duduk di atas alas dari rambut. Dia mendekat kepadaku kemudian berkata:

Abdul Malik: "Aku telah mendengar ayah menyebut-nyebut kebaikan anda, saya berharap agar Allah memberikan manfaat karena anda."

Maimun: "Bagaimanakah keadaan anda hari ini?"

Abdul Malik: "Mendapatkan keyakinan dan nikmat dari Allah subhanahu wa ta'ala. Hanya saja aku takut jika terpedaya oleh sikap husnudzhan ayah kepadaku, padahal saya belum mencapai keutamaan sebagaimana yang beliau duga. Aku khawatir jika kecintaan beliau kepadaku telah mengalahkan pengetahuan beliau tentang diriku, sehingga hal itu menjadi bencana bagiku."

Maimun: (aku sungguh heran bagaimana keduanya bisa sepakat pemikirannya) "Beritahukanlah kepadaku, darimana engkau mencari nafkah?"

Abdul Malik: "Dari hasil bumi yang telah aku beli dari orang yang mendapatkan warisan dari ayahnya, aku membayarnya dengan uang yang tidak ada syubhat di dalamnya. Dengannya aku dapat mencukupi kebutuhanku."

Maimun: "Apa yang kau makan setiap harinya?"

Abdul Malik: "Sehari daging, sehari adas dan sehari makan cuka dan zaitun, dengan ini cukup untuk hidup."

Maimun: "Apakah engkau merasa bangga dengan keadaanmu?"

Abdul Malik: "Begitulah pada awalnya, namun manakala ayah menasihatiku dan memberikan pengertian kepadaku dan mengingatkan akan kekuranganku, maka Allah memberikan manfaat kepadaku dengannya, semoga Allah membalas kebaikan ayah dengan balasan yang baik."



Kemudian aku (Maimun) duduk-duduk beberapa saat sambil berbincang-bincang dengannya, maka aku tidak melihat pemuda yang lebih tampan, lebih berakal, lebih bagus adabnya darinya kendati masih sangat muda dan sedikit pengalamannya.

Ketika waktu telah menjelang sore, seseorang mendatanginya dan berkata: "Semoga Allah menjadikan anda sejahtera, kami telah mengosongkannya."

Dia terdiam, lalu aku bertanya:

Maimun: "Apa maksud dia berkata, "kami telah mengosongkannya?"

Abdul Malik: "Kolam mandi"

Maimun: "Ada apa dengan kolam mandi itu?"

Abdul Malik: "Orang-orang mengosongkannya untukku"

Maimun: "Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang besar, hingga aku mendengar berita ini"

Abdul Malik: (dengan rasa takut dan membaca istirja'[inna lillahi wa inna ilaihi raji'un]) Lalu berkata : "Dalam hal mana wahai paman?"

Maimun: "Apakah kolam tersebut milikmu?"

Abdul Malik: "Bukan!"

Maimun: "Lantas atas dasar apa engkau menyuruh manusia keluar darinya kemudian engkau memakainya? Seakan engkau ingin mengunggulkan dirimu di atas mereka dan engkau menjadikan kehormatanmu di atas kehormatan mereka? Engkau juga mengganggu pemilik kolam tersebut untuk memenuhi kebutuhan hariannya dan engkau membuat orang-orang kecewa karena harus pulang lantaran tak boleh masuk."

Abdul Malik: "Tentang pemilik kolam, dia telah merelakan dan memberikan haknya kepadaku."

Maimun: "itulah pelayanan yang dengannya engkau dapat tercemari oleh takabur. Apa yang menghalangimu untuk masuk bersama manusia, sedangkan engkau seperti mereka juga?"

Abdul Malik: " yang menghalangiku adalah, sebagian orang-orang miskin masuk kolam tanpa menggunakan penutup, maka aku tidak suka melihat aurat mereka. Dan aku tidak bisa pula memaksa mereka untuk menggunakan penutup karena mereka akan menganggap saya menggunakan kekuasaan saya yang mana saya memohon kepada Allah agar membersihkan kami dari tendensi semacam itu. Maka berilah nasihat kepadaku semoga anda mendapatkan rahmat dari Allah, sehingga saya bisa mengambil manfaatnya. Dan berilah masukan agar saya bisa memecahkan persoalan ini."



Maimun: "Tunggulah sampai orang-orang keluar semua dari kolam di malam hari dan mereka telah kembali ke rumah mereka masing-masing, kemudian barulah kamu masuk kolam."

Abdul Malik: "Baik, aku janji tidak akan masuk ke dalamnya di siang hari setelah hari ini." Kemudian dia diam sejenak seakan memikirkan sesuatu. Lalu dia mengangkat kepalanya dan berkata : "Saya mohon kepada anda agar tidak menyampaikan kabar ini kepada ayah, karena aku khawatir dia akan marah kepadaku. Aku takut jika sewaktu-waktu ajal tiba sedangkan beliau dalam keadaan tidak ridha kepadaku."

Maimun: "Jika amirul mukminin bertanya apakah aku melihat suatu kejanggalan pada dirimu, maka apakah engkau rela jika aku harus berdusta kepada beliau?"

Dia menjawab : "Tentu saja tidak, na'udzu billah, akan tetapi anda bisa berkata : "aku memang melihat sesuatu darinya, lalu aku menasehatinya dan memberikan gambaran bahwa urusannya itu besar, kemudian dia mau memperbaiki dirinya."

Karena ayah tidak akan meminta anda untuk membuka rahasia ini selagi anda tidak menceritakan kepada beliau. Dan Allah subhanahu wa ta'ala telah menjaga beliau dari mengorek sesuatu yang menjadi rahasia."

Maimun berkata: "Aku belum pernah melihat seorang anak dan orang tua semisal keduanya, semoga Allah merahmati keduanya."

Halaman :
Follow
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci. Tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.

(HR. Bukhari No. 5604)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More