Tafsir Surah Al-Kahfi Ayat 22 dan Debat Jumlah Penghuni Gua yang Tidur Panjang
Kamis, 16 Juni 2022 - 17:26 WIB
Di sini Allah mengisyaratkan adanya segelintir manusia yang diberi Allah ilmu untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang penghuni-penghuni gua itu.
Siapakah yang sedikit itu? Ibnu ‘Abbas, seorang sahabat yang masih muda pada zamannya dan dipandang sebagai tokoh ilmiah di segala bidang, mengatakan bahwa dia termasuk di antara yang sedikit itu.
Ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu purbakala, mungkin dimasukkan ke dalam golongan yang kecil itu bilamana mereka dengan kegiatan penelitiannya memperoleh fakta-fakta sejarah tentang umat masa lampau.
Akan tetapi, yang terpenting untuk umat Islam dari ayat ini bukanlah mencari keterangan tentang jumlah pemuda-pemuda itu, melainkan bagaimana mengambil iktibar dan pelajaran dari peristiwa ini, yang bermanfaat untuk membina iman dan takwa kepada Allah SWT.
Setelah Allah menyebutkan kisah ini, Allah melarang Nabi dua hal: Pertama tidak boleh memperdebatkan tentang Ashhabul Kahf kepada Ahli Kitab. Nabi dilarang berdebat tentang hal itu kecuali dengan cara yang lembut, tanpa menentukan bilangan jumlah Ashhabul Kahf, dan tidak membodoh-bodohkan mereka karena hal itu tidak bermanfaat. Tujuan utama kisah ini adalah mengimani bahwa hari kebangkitan pasti terjadi.
Di lain surah dengan maksud yang sama Allah berfirman:
وَلَا تُجَادِلُوْٓا اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۖ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka. ( al-’Ankabut/29 : 46)
Larangan kedua, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi SAW agar tidak meminta keterangan tentang pemuda-pemuda itu kepada orang-orang Nasrani karena mereka juga tidak punya dasar pengetahuan tentang itu. Mereka hanya memperkirakan saja dan tanpa dalil yang kuat.
Siapakah yang sedikit itu? Ibnu ‘Abbas, seorang sahabat yang masih muda pada zamannya dan dipandang sebagai tokoh ilmiah di segala bidang, mengatakan bahwa dia termasuk di antara yang sedikit itu.
Ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu purbakala, mungkin dimasukkan ke dalam golongan yang kecil itu bilamana mereka dengan kegiatan penelitiannya memperoleh fakta-fakta sejarah tentang umat masa lampau.
Akan tetapi, yang terpenting untuk umat Islam dari ayat ini bukanlah mencari keterangan tentang jumlah pemuda-pemuda itu, melainkan bagaimana mengambil iktibar dan pelajaran dari peristiwa ini, yang bermanfaat untuk membina iman dan takwa kepada Allah SWT.
Setelah Allah menyebutkan kisah ini, Allah melarang Nabi dua hal: Pertama tidak boleh memperdebatkan tentang Ashhabul Kahf kepada Ahli Kitab. Nabi dilarang berdebat tentang hal itu kecuali dengan cara yang lembut, tanpa menentukan bilangan jumlah Ashhabul Kahf, dan tidak membodoh-bodohkan mereka karena hal itu tidak bermanfaat. Tujuan utama kisah ini adalah mengimani bahwa hari kebangkitan pasti terjadi.
Di lain surah dengan maksud yang sama Allah berfirman:
وَلَا تُجَادِلُوْٓا اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۖ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka. ( al-’Ankabut/29 : 46)
Larangan kedua, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi SAW agar tidak meminta keterangan tentang pemuda-pemuda itu kepada orang-orang Nasrani karena mereka juga tidak punya dasar pengetahuan tentang itu. Mereka hanya memperkirakan saja dan tanpa dalil yang kuat.
Baca Juga
(mhy)
Lihat Juga :